Ahad, 7 Ogos 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Ekspatriat Jepang Perkenalkan Permainan "Karuta"

Posted: 07 Aug 2011 06:33 AM PDT

Kuta (ANTARA News) - Clean Up! Bali, perkumpulan ekspatriat Jepang di Pulau Dewata yang peduli terhadap masalah lingkungan, memperkenalkan sebuah permainan khas bernama "Karuta" yang biasa dimainkan oleh anak-anak di negara tersebut.

"Kami terinspirasi untuk memperkenalkan permainan ini kepada anak-anak di Bali sejak dua tahun lalu. Baru tahun lalu kami bisa mencetak kartu permainan `Karuta`," ungkap Koordinator Clean Up! Bali, Masamitsu Ishibashi saat menggelar permainan Karuta perdana secara umum di Mall Bali Galeria, Kuta, Minggu.

Ishibasi mengatakan, sejak mulai mencetak kartu permainan karuta, perkumpulan orang-orang Jepang tersebut juga sudah menyebarkan bentuk permainan itu kepada anak-anak di sekolah-sekolah dasar di Denpasar dan Ubud, Gianyar.

"Sudah ada 12 sekolah yang kita datangi dan ajarkan permainan karuta, yakni di Denpasar dan Ubud," katanya.

Dalam permainan karuta, anak-anak atau peserta yang berjumlah bisa lebih dari satu diminta untuk menebak dan mengambil sebuah kartu bergambar yang menunjukkan sebuah cerita sesuai dengan kata kunci yang disebutkan oleh pemberi permainan.

Dari sekian banyak kartu bergambar yang tersebar tersebut, anak-anak yang bisa langsung menebak sekaligus mengambil kartu dimaksud dan yang tercepat mendapatkannya, menjadi pemenangnya.

"Semakin dia banyak mendapatkan kartu dan tepat jawabannya, dialah yang berpotensi memenangkan permainan itu," jelas Ishibasi.

Dijelaskan, permainan itu mengambil topik lingkungan hidup, dengan harapan anak-anak dapat melihat dan mengetahui masalah lingkungan atau sampah di bumi ini dengan benar sambil bermain.

"Semua kalimat yang terdapat dalam kata kunci permainan dan gambarnya pun mengisahkan tentang lingkungan hidup," katanya.

Menurut Ishibasi, permainan yang menghadirkan topik lingkungan hidup dipercaya dapat perlahan memecahkan masalah lingkungan atau sampah yang diawali dari diri sendiri, terutama diajarkan sejak anak-anak.

"Kami senang bila isi kalimat tentang lingkungan bisa masuk ke dalam hati anak-anak dengan cara bermain kartu, sehingga akhirnya menjadi langkah awal bagi mereka untuk turut memikirkan masalah lingkungan," harapnya.

Ishibasi mengaku, kepedulian perkumpulan orang Jepang di Bali terhadap lingkungan tersebut bermula dari rasa prihatin terhadap keindahan Pulau Dewata yang mulai tercemar oleh sampah berserakan.

"Bali itu sangat cantik, tapi akhir-akhir ini ada banyak sampah. Bali tidak boleh begitu," katanya.

Karen Angela (11), salah seorang pengunjung mal yang turut mencoba permainan tersebut mengaku senang dan mendapat pengetahuan baru. "Senang aja. Seru bisa berebut kartu dengan anak-anak lainnya,," ungkapnya.

Tiap set kartu "Bali Eco Karuta" itu dijual RP100 ribu, dan rencananya dari hasil penjualan tiap set kartu tersebut akan digunakan untuk biaya cetak kartu guna disumbangkan ke sekolah-sekolah maupun yayasan secara gratis.(*)

(T.KR-PWD/T007)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Topi Bambu 2 Meter Cetak Rekor MURI

Posted: 07 Aug 2011 05:29 AM PDT

Jakarta (ANTARA News) - Topi bambu berdiameter 2 meter buatan Komunitas Topi Bambu Tangerang, Banten, berhasil mencetak rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

"Kami berharap ini bisa meningkatkan citra perajin topi bambu di wilayah kami yang kini mulai terlupakan," kata Ketua Komunitas Topi Bambu Tangerang, Agus Hasanudin, setelah penyerahan piagam MURI dalam penutupan Pameran Kridaya 2011 di JCC Jakarta, Minggu.

Topi tersebut bahkan dinyatakan oleh MURI sebagai topi terbesar di dunia dengan diameter helai 2 m, jari-jari helai 1 m, tinggi lingkaran topi 20 cm, lingkaran kepala topi 60 cm, dan berat 2 kg.

Agus mengatakan, topi tersebut dibuat oleh anggota komunitas yang terdiri dari para perajin dan pengayam dengan bahan dasar bambu tali.

"Pembuatan membutuhkan 2 ilaban atau bahan setengah jadi topi bambu, dan membutuhkan empat batang bambu yang panjangnya minimal 12 meter," katanya.

Agus menambahkan, waktu mengayam satu ilaban sekitar 7 hari (siang dan malam).

"Topi ini memerlukan dua ilaban sehingga total pengerjaan 15 hari ditambah waktu finishing dua hari proses perendaman," katanya.

Secara keseluruhan proses pembuatan topi memakan waktu 17 hari meliputi proses penempelan, penjemuran, hingga penjahitan.

Agus kini mengelola komunitas online topi bambu di www.topibambu.com yang beranggotakan sekitar 30 anggota.

"Kita berusaha untuk membantu promosi dan mengangkat derajat perajin topi bambu Tangerang," katanya.

Pihaknya mencatat sampai saat ini perajin topi bambu khas Tangerang hanya tersisa 20 orang meskipun jumlah pengayamnya berkisar 7.000-an orang.

Agus berharap ada perhatian lebih dari berbagai pihak untuk mendukung promosi topi bambu agar nasib perajin topi bambu semakin membaik di masa depan.

Ketua Umum Panitia Pameran Kridaya 2011, Triesna Wacik, menyambut baik kreativitas warga Tangerang untuk membuat topi bambu terbesar pencetak rekor MURI itu.

Pada kesempatan yang sama ia juga mengatakan, pihaknya mendorong semakin banyaknya penggunaan produk bambu termasuk topi dalam kehidupan sehari-hari.

"Kita mendorong produk dan kerajinan bambu bisa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ini pasti akan membantu perajin dan meningkatkan kesejahteraan mereka," katanya.

Menurut dia, semakin masyarakat menggunakan produk bambu dalam kehidupan sehari-hari semakin mendorong perajin untuk terus berproduksi sekaligus melestarikan budaya lokal bangsa.(*)

(T.H016/R010)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan