Jumaat, 17 Jun 2011

Sindikasi welcomepage.okezone.com

Sindikasi welcomepage.okezone.com


Pencapaian Q1 RIM 'Suram'

Posted: 17 Jun 2011 12:26 AM PDT

TORONTO - Kendati sudah memangkas prediksi keuntungannya sekira tujuh pekan lalu, Research In Motion (RIM) menutup kuartal pertama 2011 dengan hasil sangat mengecewakan.
 
New York Times melansir, Jumat (17/6/2011), keuntungan produsen BlackBerry itu turun 9,6 persen dibandingkan Q1 2010 lalu. Jika tahun lalu RIM berhasil meraup keuntungan USD769 juta, kini mereka harus puas dengan angka USD695 juta.
 
Selain itu, RIM juga melaporkan hanya berhasil menjual 13,2 juta BlackBerry sepanjang Q1, yang notabene jauh di bawah ekspektasi. Perusahaan asal Kanada itu agaknya kian tertekan oleh iPhone (Apple) dan ponsel berbasis Android (Google) mendominasi pasar smartphone.
 
Kendati demikian, RIM toh berhasil mendongkrak pendapatannya di kuartal ini, yaitu mencapai USD4,9 miliar. Raihan ini naik 16 persen dibandingkan kuartal pertama tahun lalu.
 
Kehadiran Playbook agaknya berperan besar terhadap raihan ini. Pihak RIM mengklaim telah mengapalkan sebanyak 500 ribu unit PlayBook sejak peluncurannya dua bulan lalu. Namun RIM menolak merinci berapa sebenarnya unit PlayBook yang dibeli konsumen.
(van)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

(Lagi-lagi) Sepeda dan Pertanyaan Retorisnya

Posted: 17 Jun 2011 12:21 AM PDT

RASANYA retoris; Kampanye bersepeda ke kampus sudah lama dilakukan banyak orang, baik pihak pemerintah, kampus, bahkan komunitas mahasiswa pencinta sepeda. Tanyalah sembarang mahasiswa, maka tak ada satu pun dari mereka yang meragukan 'khasiat' model transportasi ini. Semuanya mengakui bersepeda itu sehat, 'menggowes' itu mengurangi polusi, mencegah global warming. Ya, semua orang tahu akan hal itu.

Namun mengapa kegiatan bersepeda di kampus masih tergolong minim? Dan mengapa akhir-akhir ini sepeda menjadi digemari kembali kawula muda Indonesia?

Bersepeda itu tidak (dianggap) Keren!

Kita harus mengakui satu hal. Bersepeda itu tidak (dianggap) keren. Stigmatisasi yang dilakukan pariwara sepeda motor atau mobil jelas mengalahkan popularitas sepeda sebagai alat transportasi masa kini. Sepeda itu manual dan capek. Jelas berbanding terbalik dengan tren pasar yang semakin otomatis. Mobil/motor gigi otomatis, stander otomatis, lampu otomatis, kemudi otomatis.

Harga barang-barang otomatis tersebut pun semakin terjangkau akibat produksi massal dan permintaan yang membeludak. Di sisi lain, harga sepeda yang layak dan bagus pun semakin mahal akibat kurangnya permintaan. Walhasil, semakin hilanglah sepeda dari tren pasar transportasi Indonesia, khususnya mahasiswa

Masyarakat konsumtif yang latah tren

Jangan dikira naiknya popularitas sepeda belakangan ini akibat sadarnya masyarakat akan manfaat sepeda. Seperti blackberry, boyband korea, dan behel (kawat gigi), kini konsumsi pun meningkat di ranah sepeda. Fixie, sepeda dengan gigi tetap/fixed gear kini booming di pasaran.

Hal menarik yang patut dicermati di sini adalah naiknya branding sepeda di mata masyarakat Indonesia. Berkat fixie, kini pemilik sepeda tidak lagi malu menggunakan sepedanya untuk berpergian. Kebanggaan akan kepemilikan sepeda mulai tumbuh kembali, komunitas kembali bergairah. Industri sepeda pun tak ketinggalan mengeluarkan model-model baru yang semakin menyemarakkan pasar baru sepeda tanpa rem ini.

Layaknya dua mata pisau, konsumerisme dalam ranah sepeda bisa berakibat positif atau negatif. Tingginya permintaan akan barang yang dipengaruhi tren membuat Indonesia menjadi surga pasar barang-barang dari negara lain. Orientasi konsumsi berlebihan akan menurunkan produktivitas dan kreativitas. Pada jangka panjang ini sangat berbahaya mengingat neraca perdagangan Indonesia selalu defisit pada produk-produk siap pakai.

Namun sisi baiknya, semakin banyak orang yang menggunakan sepeda. Jika dalam konteks ini mahasiswa, maka kuantitas kendaraan yang masuk kampus menjadi berkurang. Kesehatan mahasiswa pun meningkat secara tidak langsung, dan dalam jangka panjang terbentuklah mahasiswa yang memiliki raga bugar, dan kualitas penyerapan ilmu yang lebih maksimal.

Akhir kata, sepeda tetaplah alat transportasi yang hanya bisa digowes tanpa berkata apa-apa. Tinggal bagaimana stakeholder terkait bisa memanfaatkan animo masyarakat untuk kemaslahatan Indonesia yang lebih baik.

Aditya Rian Anggoro (ara)

Mahasiswa Ilmu Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (UI)(//rfa)

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan