Selasa, 9 Julai 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Sempat Buron, Pelaku Pencabulan Serahkan Diri

Posted: 09 Jul 2013 12:31 AM PDT

KEDIRI, KOMPAS.com - Setelah sempat beberapa minggu menjadi buronan polisi, Eko Pujianto (24), akhirnya menyerahkan diri ke Mapolres Kediri Kota, Jawa Timur.

Warga Ngetrep, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri ini, melarikan diri dari perkara pemerkosaan terhadap terhadap seorang wanita yang masih berusia 17 tahun.

Selama pelariannya itu, Eko mengaku bersembunyi di rumah istrinya di Jombang. Saat itu, menurut Eko, sang istri sedang sakit dan dalam kondisi hamil muda, sehingga ia harus merawat sekaligus menghindari kejaran polisi.

"Saya lari ke Jombang," kata Eko Pujianto saat ditemui di Mapolres Kediri Kota, Selasa (9/7/2013).

Peristiwa pemerkosaan itu, menurut pria yang bekerja sebagai kuli bangunan ini, bermula dari perkenalannya dengan si korban sekitar sebulan lalu. Perkenalannya itu difasilitasi oleh AR, tante korban, dalam bentuk pemberian nomor telepon.

Komunikasi berjalan intensif hingga berlanjut ke pertemuan. "Pada hari Minggu, kami janjian di lapangan di Tulungagung, lalu saya jemput dan saya ajak ke Kediri pake motor. Boncengan bertiga sama Budi (tersangka lain dan sudah tertangkap)," imbuhnya.

Di Kediri, mereka bertiga menuju areal hutan karet di kawasan wisata Besuki, Kabupaten Kediri. Di tempat itulah, pria berperawakan kecil ini mengaku melakukan pemerkosaan terhadap korban.

Eko juga mengaku melakukannya secara bergantian bersama tersangka Budi Prasetyo. "Saya cuma sekali melakukannya (pemerkosaan). Dia (korban) juga sudah gak perawan," dalihnya.

Kepala Sub-Bag Humas Polres Kediri Kota, Ajun Komisaris Polisi Surono mengatakan, kedua tersangka masih berada di Mapolres untuk menjalani kelengkapan pemeriksaan petugas. Keduanya akan dikenakan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

"Kedua tersangka masih terus menjalani pemeriksaan. Kasusnya ditangani oleh PPA," kata Surono.

Editor : Glori K. Wadrianto

BPBD Malang Minta 12 Desa Siaga Gempa Susulan

Posted: 09 Jul 2013 12:18 AM PDT


MALANG, KOMPAS.com - Pascagempa berkekuatan 5,9 Skala Richter, yang menggoncang wilayah Malang, Senin (8/7/2013), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang meminta pada 12 desa di empat kecamatan, bersiaga menghadapi gempa susulan.

Hal tersebut disampaikan Kepala BPBD Kabupaten Malang Hafi Lutfi, Selasa (9/7/2013). "Diminta siaga, karena dikhawatirkan, gempa susulan mungkin bisa terjadi. Sehingga kesiagaan perlu ditingkatkan," jelasnya.

Selain itu, setelah melihat realitas yang terjadi, gempa sudah beberapa kali terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. "Tak salah jika kita selalu waspada," akunya.

Ke-12 desa yang harus bersiaga adalah Desa Sidoasri, Kecamatan Sumbermanjing Wetan; Desa Pujiharjo, Desa Purwodadi, dan Desa Sitiarjo di Kecamatan Tirtoyudo; Desa Srigonco, Sumberbening, Bandungrejo, Kecamatan Bantur; DesaTulungrejo, Banjarejo, Purwodadi, Sumberoto, dan Mentaraman di Kecamatan Donomulyo.

Diberitakan sebelumnya, gempa mengguncang Malang, berpusat di kedalaman 10 kilometer Samudera Hindia, yang berjarak 112 kilometer tenggara Malang, 114 kilometer barat daya Lumajang, 130 kilometer barat daya Jember, atau 202 kilometer kilometer tenggara Surabaya, di kedalaman 10 kilometer.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangkates, Malang, perairan selatan Malang memiliki kerawanan tinggi terjadinya gempa laut yang besar. "Sebab, terdapat jalur pertemuan dari rangkaian gunung aktif di dunia atau yang disebut Cincin Api Pasifik yang terletak di sekitar 200 kilometer selatan lepas pantai Malang," jelas Adi Soepriyanto, Kepala BMKG Karangkates.

Ia menambahkan, jalur pertemuan itu berada di bawah perairan berupa persilangan dan membentang lempengan Indo Australia dan Eurasia. "Melihat kondisi itu, prediksi gempa dipastikan akan terjadi lagi," katanya serius.

Kedua lempengan, katanya, selalu bergerak aktif dan menimbulkan tumbukan yang menyebabkan penumpukan energi, dan ketika batas elastisitas lempengan terlampaui akan menimbulkan gempa bumi atau gempa laut.

"Karena itu, gempa diprediksi pasti akan terjadi dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. Bisa kapan saja. Makanya, memang harus waspada," jelasnya.

Editor : Kistyarini

Tiada ulasan:

Catat Ulasan