Selasa, 11 Jun 2013

Republika Online

Republika Online


Raih Adipura, Pemkot Sukabumi Komitmen Jaga Lingkungan

Posted: 11 Jun 2013 11:06 PM PDT

Wednesday, 12 June 2013, 13:06 WIB

matanews.com

Salah satu sudut kota Sukabumi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Kota Sukabumi kembali meraih penghargaan Adipura dari pemerintah pusat. Penghargaan ini merupakan untuk yang ketiga kalinya diraih Kota Sukabumi.

''Pemkot semakin memiliki komitmen untuk menjaga alam dan lingkungannya,'' ujar Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi. Salah satunya untuk membenahi berbagai sarana umum lainnya seperti pasar, trotoar, dan pedagang kaki lima (PKL).

Fahmi mengatakan, pembenahan ini dilakukan dengan berbasiskan pada aspek lingkungan. Sehingga kelestarian dan kebersihan lingkungan dapat terus terjaga.

Kota Sukabumi meraih penghargaan Adipura sebanyak tiga kali. Selain pada 2013 ini, piala ini diraih pada 2010 dan 2012 lalu.

Berdasarkan pantauan Republika Online di pusat perkotaan Sukabumi, salah satunya Jalan Ahmad Yani, pedagang kaki lima tampak memenuhi trotoar. Akibatnya, para pejalan kaki kesulitan untuk berjalan, terutama pada hari Sabtu dan Minggu.

Reporter : riga nurul iman
Redaktur : Heri Ruslan

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)((QS ar-Rum: 41))

  Isi Komentar Anda

Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.

Apindo: Rupiah Melemah, Tak Ada yang Diuntungkan

Posted: 11 Jun 2013 11:06 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani menilai tidak ada yang diuntungkan dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi akhir-akhir ini.
Kalaupun eksportir diuntungkan, ungkapnya, keuntungan yang diperoleh tidak terlalu besar. 

"Sementara importir jelas tidak diuntungkan karena pasarnya menggunakan rupiah. Menaikkan harga jelas bukan solusi yang mudah di tengah tekanan pada daya beli masyarakat," papar Franky kepada Republika saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (12/6). 

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Rabu (12/6), nilai tukar rupiah berada di titik Rp 9.856 per dolar AS atau melemah 35 poin dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp 9.821 per dolar AS.  Akhir pekan lalu, tepatnya Jumat (7/6), rupiah berada di titik Rp 9.790 per dolar AS.

Menurut Franky, pelemahan rupiah terkait erat dengan sejumlah kebijakan pemerintah, salah satunya rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Belum ada kepastian dan ini berdampak pada pelemahan rupiah sendiri," ujarnya.

Ia menjelaskan, walaupun pemerintah dan parlemen telah memberi sinyal harga BBM akan dinaikkan 17 Juni atau bertepatan dengan rapat paripurna DPR terkait Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013, faktanya kenaikan belum terjadi. "Jadi, saya kira sekarang proses wait and see terjadi," katanya.

Lebih lanjut, Franky mengatakan ada kekhawatiran di level pelaku industri atau bisnis pangan terkait harga BBM dan kesiapan menjelang puasa dan lebaran. Semakin lama kenaikan harga BBM diputuskan dan diberlakukan, otomatis akan terjadi inflasi yang besar. 

Kalangan industri pada khususnya, ujar Franky, melihat sejauh mana keputusan itu dapat segera dieksekusi. Selain permasalahan kenaikan harga BBM yang terkatung-katung, terdapat sejumlah masalah dari sisi neraca perdagangan maupun neraca keuangan yang menekan rupiah. "Saya kira poin-poinnya di situ," ujarnya menegaskan. 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan