Jumaat, 22 Mac 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Demo Tolak Qanun Bendera Berakhir Ricuh

Posted: 22 Mar 2013 08:07 AM PDT

BANDA ACEH

Demo Tolak Qanun Bendera Berakhir Ricuh

Penulis : Kontributor Kompas TV, Raja Umar | Jumat, 22 Maret 2013 | 15:07 WIB

KOMPAS TV/ RAJA UMAR

Aksi demonstrasi penolakan terhadap qanun bendera dan lambang Aceh, Jumat (22/3/2013), berakhir ricuh.

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Aksi demonstrasi penolakan terhadap qanun bendera dan lambang Aceh, Jumat (22/3/2013), berakhir ricuh. Aksi ini dilakukan oleh puluhan mahasiswa yang berasal dari dataran tinggi Gayo di Depan Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Banda Aceh.

Kericuhan dipicu bebarapa anggota polisi yang mengawal demo saat mencoba membubarkan aksi massa ini. Pantauan di lokasi, aksi penolakan qanun lembaga wali nanggroe, bendera dan lambang Aceh disuarakan mahasiswa yang menamakan diri Gayo Merdeka. Mereka memulai aksi sekitar pukul 10.30 WIB.

Aksi yang awalnya berlangsung tertib ini berubah menjadi ricuh saat beberapa mahasiswa membakar keranda yang dibawa ke depan gedung dewan. Mahasiswa juga membawa sejumlah bendera merah putih dan bendera kerajaan Linge. Aksi mahasiswa ini berlangsung saat para anggota dewan sedang memparipurnakan qanun bendera dan lambang Aceh di dalam Gedung DPR Aceh.

Aksi yang mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian ini juga sempat mengganggu arus lalu lintas di depan kantor DPRA selama beberapa saat. Setelah melakukan aksi beberapa saat, aksi kemudian berubah menjadi anarkis, setelah beberapa anggota kepolisian mencoba memadamkan api dari ban bekas yang dibakar mahasiswa.

Mahasiswa juga memainkan tarian khas Gayo dan atraksi membakar di dalam tempurung. "Atraksi api dalam tempurung yang dimainkan mahasiswa itu tiba-tiba ditepis anggota polisi sehingga dua masiswa terkena percikan api dan terluka," kata Koordinator Aksi, Jawahir Putra Gayo kepada wartawan setelah aksi bubar.

Pada saat mencoba membubarkan aksi massa itu, salah seorang peserta aksi juga sempat dipukul. Akibatnya, muka salah seorang mahasiswa  lebam. "Sehingga ada dua orang yang mengalami luka fisik," jelasnya.

Aksi itu akhirnya berhasil dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian. Koordinator aksi Jawahir, yang ditemui usai demo itu menjelaskan, aksi penolakan qanun dan lambang Aceh ini dilakukan karena dinilai sudah keluar dari acuan yang telah disepakati. "Banyak yang menolak qanun lambang dan bendera ini. Bukan hanya dari daerah Gayo, tapi masyarakat lain juga banyak yang tidak setuju," kata Jawahir.

Editor :

Glori K. Wadrianto

Rumah-Rumah Warga di TTU Beratap Alang-alang

Posted: 22 Mar 2013 07:57 AM PDT

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Ternyata bantuan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang disalurkan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) RI, sampai saat ini belum juga dinikmati oleh warga di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.

Ayub Boymau, warga Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, TTU, yang rumahnya masih menggunakan atap alang-alang dan berdindingkan bebak. Saat ditemui Kompas.com, Jumat (22/3/2013), dia mengaku bersama lima orang tetangganya yang juga memiliki kondisi rumah yang sama, sudah lama memasukan berkas untuk menerima bantuan rumah ke pihak Kelurahan. Namun sampai saat ini mereka belum mendapat respons.

"Baru dua warga yang dapat bantuan rumah, sedangkan kami tiga Kepala Keluarga yang kondisi rumah alang-alang hingga kini belum juga dapat. Tetapi kami dapat informasi dari tetangga, bahwa kami akan dapat bantuan pada tahap berikutnya sehingga sampai sekarang, kami masih menunggu dalam ketidakpastian," kata Ayub.

Ayub juga merasa rendah diri dengan kondisi rumahnya yang seperti ini karena sebagian besar tetangganya memiliki rumah permanen yang bagus dan mewah."Kami malu dengan tetangga-tetangga kami yang rumahnya bagus sehingga pada saat kami mendengar bahwa ada bantuan rumah dari pemerintah pusat, kami pun merasa senang, tetapi pada saat bantuan itu datang kok kami belum dapat," kata Ayub.

"Kondisi rumah kami ini juga kalau pada saat hujan tiba, sering kemasukan air akibat bocor di bagian atap rumah yang sebagiannya sudah rusak," keluh Ayub.

Ayub berharap bantuan rumah dari pemerintah pusat itu harus benar-benar diberikan kepada warga yang memiliki kondisi rumah seperti miliknya dan tiga orang tetangga lainnya.

Pantauan Kompas.com di Kelurahan Sasi, terlihat tiga unit rumah beratap alang-alang dan berdindingkan bebak yang berada persis di pinggir jalan protokol atau jalan negara yang menghubungkan Kefamenanu dan Timor Leste. Tiga unit rumah itu masing-masing milik, Yezekiel Boymau, Yakob Talak dan Zakeus Falo.

Terkait dengan itu, Bupati TTU Raymundus Fernandes yang dihubungi secara terpisah mengatakan saat ini pemerintah daerah masih terus melakukan pendataan melalui program Korpri Pulang Kampung (KPK) terhadap warga yang masih memiliki kondisi rumah yang tidak layak.

"Program KPK masih sementara pendataan dan belum sampai pada tahap distribusi bantuan perumahan. Nanti tahun 2013 ini baru akan diperhatikan," kata Fernandes.

Editor :

Glori K. Wadrianto

Tiada ulasan:

Catat Ulasan