Selasa, 5 Mac 2013

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Dennis Adhiswara ogah beli "sofware" bajakan

Posted: 05 Mar 2013 12:37 AM PST

Jakarta (ANTARA News) - Aktor Dennis Adhiswara enggan membeli perangkat lunak bajakan. Menurut dia perangkat lunak orisinal lebih unggul daripada bajakan.

"Komputer nggak nge-hang, terus nggak repot cari crack untuk serial key, kan pusing juga carinya," kata dia di Jakarta, Selasa.

CEO Independent Online Video Aggregator Layaria itu mengatakan bahwa menggunakan perangkat lunak asli juga membuat kerja semakin produktif.

"Nggak ada alasan nggak bisa kerja karena komputernya error, jadi lancar deh."

Meskipun begitu, Dennis mengaku bahwa perangkat lunak yang asli kadang terlalu mahal. Oleh karena itu, Dennis dengan jeli selalu mencari diskon perangkat lunak.

"Rela deh kalau antre. Urusan software sih gue emak-emak banget, cari diskon," selorohnya.

Selain perangkat lunak, Dennis juga menghindari game bajakan. Untuk masalah game, dia pun pintar-pintar mencari barang diskon.

"Gue pernah dapat 20 game keren-keren cuma 25 dolar, habis itu pamer dong sama teman," ujarnya.

Aksi menghindari perangkat lunak bajakan baru dilakoni Dennis selama lima tahun terakhir. Pemicunya adalah video pembuatan game yang sedang digandrunginya.

"Habis nonton itu gue sadar kalau para programmer itu sama seperti kita, orang yang menghidupi keluarganya juga. Nggak seperti pemikiran umum kalau sebodo amat beli bajakan, toh pembuatnya juga udah kaya. Gue nggak mau mengambil rezeki mereka," tukas dia.

(nan)

140 anak Merapi akan pentaskan karya Shakespeare

Posted: 04 Mar 2013 10:43 PM PST

Magelang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Sekitar 140 anak di kawasan Gunung Merapi akan mementaskan teater berjudul A Midsummer Night's Dream, karya sastrawan Barat, William Shakespeare (1564-1616), di Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Anak-anak itu telah berlatih sejak awal Februari, sedangkan sutradara pementasan adalah Catherine 'Kati' Basset, sutradara Prancis yang juga doktor antropologi etnomusikologi spesialis budaya Bali dan Jawa," kata koordinator pementasan itu yang juga pemimpin komunitas anak-anak Tlatah Bocah Kabupaten Magelang, Gunawan Julianto, di Magelang, Selasa.

Pementasan A Midsummer Night's Dream dengan judul yang diubah sesuai kearifan lokal Gunung Merapi, menjadi Impen Wengi ing Merapi (Mimpi Malam di Merapi) itu, katanya, rencananya pada Senin (11/3) pukul 20.00-22.00 WIB.

Ia mengatakan, turut terlibat dalam penggarapan pementasan itu, antara lain sutradara dan pemain teater dari Teater National Populer Perancis, Nicholas Gonzales, asisten sutradara Pere David Lerouge (Prancis), para tokoh Padepokan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor Sitras Anjilin (penata tari) dan Bambang Tri Santoso (penata musik), serta pemimpin Sanggar Bangun Budaya Desa Sumber Untung Pribadi (penata tari).

"Pementasan teater itu meskipun tentang cerita Barat, akan tetapi dikemas menjadi bernuansa Jawa, antara lain karena adanya kesamaan nilai-nilai kearifan lokal," katanya.

Ia mengatakan karya A Midsummer Night's Dream yang aslinya berupa drama komedi ditulis Shakespeare pada 1590-1596 itu, antara lain tentang drama percintaan para tokohnya dengan filosifi yang tinggi, peperangan, perubahan musim, dan perubahan zaman.

Drama itu, katanya, tentang peristiwa sekitar pernikahan Raja Athena, Theseus dengan Ratu Amazon, Hippolyta. Lakon itu satu karya Shakespeare yang terkenal dan dipentaskan di seluruh dunia.

Ia mengatakan beberapa khasanah kesenian lokal Merapi yang akan secara kuat mewarnai pementasan lakon itu oleh anak-anak setempat, antara lain kesenian tradisional jaran kepang, topeng ireng, angguk rame, grasak, reog, dan gagak merak.

Ia mengatakan Kati yang juga pengajar seni, kosmologi, dan ritus Asia Tenggara serta budaya Jawa di Institut National des Langues et Civilisations Orientales (Inalco) dan anggota lepas Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS) Prancis, untuk tim besar Asia Tenggara dan tim kecil tentang etnopuisi itu, sejak awal Februari hingga pertengahan Maret 2013 tinggal di kawasan Merapi di Desa Sumber.

Pada kesempatan itu Gunawan juga menjelaskan tentang manfaat anak-anak kawasan Gunung Merapi mementaskan lakon karya sastrawan besar William Shakespeare tersebut.

"Anak-anak mengenal karya sastra dunia, kebetulan Kati berada di sini sehingga mereka memanfaatkan untuk belajar banyak juga dari sutradara terkenal itu. Mereka belajar tentang opera Barat dan mengenal Barat, karya-karya sastrawan besar Barat pada masa lalu ternyata ada kesamaan nilai dengan kearifan lokal dan cerita-cerita yang berkembang dalam masyarakat di Merapi," katanya. 

(M029)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan