Khamis, 26 Julai 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Batang Kayu Dipercaya Punya Kuasa Menyebuhkan

Posted: 27 Jul 2012 04:30 AM PDT

Batang Kayu Dipercaya Punya Kuasa Menyebuhkan

Jumat, 27 Juli 2012 | 11:30 WIB

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Sebatang kayu gelondongan di Kamboja menarik ribuan warga yang percaya bahwa kayu itu berkekuatan menyembuhkan orang dan bisa memprediksi nomor lotre yang bakal menang.

Sekitar 4.000 hingga 5.000 orang telah melihat kayu gelondongan sepanjang 13 meter yang ditemukan awal bulan ini ketika sebuah keluarga menggali kolam di Provinsi Pursat di wilayah barat Kamboja, kata Kepala Desa Prey Yeang, Hun Nov, kepada kantor AFP melalui telepon, Kamis (26/7).

"Mereka percaya batang kayu itu punya kekuatan magis," katanya. Ia menambahkan, para pengunjung datang membawa berbagai macam sesajen seperti kepala babi dan ayam utuh yang direbus. Hal itu mereka lakukan setelah sejumlah penduduk setempat yang menyentuh kayu itu kemudian memenangkan uang lotre.

"Sedikitnya seratus orang per hari mengunjungi batang kayu itu guna meminta nomor undian dan untuk menyembuhkan penyakit mereka," katanya. "Mereka percaya takhayul."

Masyakat Kamboja sangat percaya pada takhayul, khususnya di pedesaan di mana orang masih menggabungkan praktek animisme dengan Buddhisme.

Hun Nov mengatakan, beberapa yang orang percaya mengusap bedak pada kayu itu. Mereka berharap bisa melihat nomor lotre keberuntung mereka. Yang lain meminum air dari kolam dan mengolesi tubuhnya dengan lumpur dari lokasi terdekat dalam upaya untuk menyembuhkan penyakit mereka.

Walau kepala desa itu sendiri tidak percaya dengan kekuatan batang kayu itu, ia tidak mengahalangi orang-orang yang datang. "Kami, pihak berwajib, tidak berhak untuk menghentikan mereka," katanya.

Editor :

Egidius Patnistik

Australia Didesak Redakan Ketegangan di Laut Cina Selatan

Posted: 27 Jul 2012 03:03 AM PDT

Australia Didesak Redakan Ketegangan di Laut Cina Selatan

Jumat, 27 Juli 2012 | 10:03 WIB

SYDNEY, KOMPAS.com - Sebuah lembaga think tank di Sydney mendesak pemerintah Australia berbuat lebih banyak untuk membantu meredakan ketegangan di Laut China Selatan.

Berbagai negara mempersengketakan hak wilayah di Laut China Selatan sejak ratusan tahun lalu. Namun, ketegangan yang meningkat baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran konflik bersenjata bisa pecah di sana.
 
China mendasarkan klaimnya atas bagian luas Laut Cina Selatan pada sejarah 2.000 tahun lalu, yang memberikan negara itu alasan untuk menguasai bagian luas wilayah itu. Para pejabat China mengatakan, Kepulauan Paracel dan Spratly pernah menjadi bagian penting bangsa China dan punya cadangan besar minyak.
 
Namun, Vietnam dan Filipina menepis klaim China.
 
Lembaga think-tank yang berkantor di Sydney, Institut Lowy, mengatakan, ketegangan yang terjadi baru-baru ini meningkatkan kemungkinan timbul kekerasan di kawasan itu. Direktur Eksekutif Lowy, Michael Wesley, mengatakan sengketa itu bisa berdampak global.
 
"Tingkat pertama adalah serangkaian sengketa wilayah antara China dan beberapa negara Asia Tenggara. Tingkat kedua adalah sengketa antara China  dengan Amerika mengenai syarat yang mengatur pelayaran di wilayah itu yang membawa sekitar sepertiga barang ekspor dunia. Saya rasa ada kemungkinan konflik bisa pecah karena kekuatan-kekuatan maritim yang tidak berpengalaman, dengan sedikit atau tanpa saling pengertian bagaimana mengatasi insiden maritim," papar Wesley.
 
Wesley mengimbau Australia, yang punya hubungan militer akrab dengan Amerika dan hubungan ekonomi kuat dengan China agar menjadi penengah dalam masalah Laut Cina Selatan itu.
 
"Australia perlu lebih peduli pada isu ini. Sekitar 54 persen perdagangan Australia melalui Laut China Selatan, dan yang benar-benar dipertaruhkan Australia di sini adalah akibat sengketa antara China dengan Amerika yang bisa berdampak pada perimbangan strategis wilayah Samudera Pasifik. Jadi Australia punya kepentingan besar dalam hal ini," paparnya lagi.
 
Wesley mengatakan ketegangan maritim menghadapkan China komunis dengan Vietnam yang juga komunis, menyatukan Tiongkok dan Taiwan yang bermusuhan, dan menarik masuk lagi Amerika ke dalam kemitraan dengan Vietnam.
 
ASEAN terus menggali pemikiran-pemikiran baru untuk menyelesaikan sengketa ini.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan