Jumaat, 11 Mei 2012

Republika Online

Republika Online


Ini Dia Kebiasaan Orang Indonesia yang Picu Kanker

Posted: 11 May 2012 07:58 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pengecekan kesehatan rutin merupakan langkah antisipasi yang paling mungkin dilakukan untuk meminimalisasi berkembangnya sel kanker. Sayangnya, kebiasaan itulah yang justru jarang dilakukan sebagian besar orang Indonesia.

"Orang Indonesia umumnya jarang 'check up'. Mereka biasanya menganggap enteng jika terserang batuk-batuk ringan. Padahal bisa saja itu cikal bakal tumbuhnya sel kanker," kata ahli onkologi paru dan pernapasan dokter Elisna Syaruddin Sp.P(K)

Hal itu senada dengan pernyataan Kepala klinik Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dr. Adityawati Ganggaiswari, M. Biomed bahwa hanya 10 hingga 15 persen pertumbunan sel kanker, terutama untuk kanker paru- paru, dipengaruhi oleh genetik, sementara sebesar 90 hingga 95 persen disebabkan faktor lingkungan dan gaya hidup.

"Gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan merokok merupakan faktor pemicu terbesar sel kanker tumbuh," katanya.

Dokter Adityawati menambahkan kanker paru- paru juga tidak mengenal kalangan tertentu. "Selama orang itu merokok atau memiliki gaya hidup yang tidak sehat, potensi terkena kanker pun besar tidak peduli dia dari kalangan mana," kata Adityawati.

Dia berharap masyarakat sadar akan bahayanya merokok sehingga melakukan pengecekan rutin sejak dini untuk mengantisipasi risiko terkena kanker paru-paru.

"Pemerintah juga berperan penting dalam hal ini, percuma saja kita sudah menjalani gaya hidup sehat tetapi lingkungan masih penuh asap rokok,'' katanya.

Deteksi Kanker Payudara dengan 3D Sonomamogram

Posted: 11 May 2012 01:07 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Kanker payudara selalu membayang-bayangi perempuan. Banyak perempuan yang tidak tahu atau bahkan terlambat mengetahui bahwa dirinya terkena penyakit mematikan ini. Untuk itu, kesadaran untuk melakukan deteksi dini mutlak diperlukan. Metode yang paling gampang, adalah dengan metode SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

Kanker payudara, menurut ahli bedah onkologi dari RS Pondok Indah, Dr Sonar Sonny Panigoro SpB Onk, adalah ketidaknormalan pertumbuhan sel dalam jaringan payudara. Kanker ini bisa bermula dari sel-sel yang melapisi saluran kecil yang membawa susu dari kelenjar air susu ke puting (duktus), atau juga dari kelenjar produksi air susunya (lobulus). "Gejala fisik yang terlihat adalah benjolan, walaupun tidak semua benjolan adalah kanker, tapi perlu diwaspadai," ujarnya.

Selain melakukan deteksi dini dengan metode SADARI, para perempuan juga sebaiknya memeriksakan dengan metode medis. Teknologi medis tercanggih yang kini tersedia untuk mendeteksi kanker payudara ini, adalah dengan 3D Sonomamogram.

"Ini adalah alat pencitraan terbaru dengan teknologi ultrasound 3D untuk memperoleh, menganalisis, dan melaporkan volume anatomi payudara secara rinci," ujar Kepala Radiologi RS Pondok Indah, Dr Adji Saptogino. Alat ini sudah tersedia di beberapa Rumah Sakit besar di Indonesia, termasuk RS Pondok Indah.

3D Sonomamogram juga biasa disebut dengan Automatic Breast Volume Scanner. Alat ini, menurutnya mampu memberikan hasil gambar payudara lengkap secara tiga dimensi dan komprehensif. "Pemeriksaannya pun hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat, 15 menit saja," paparnya.

Pencitraan yang dihasilkan mencakup seluruh anatomi koronal payudara, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan dengan teknologi konvensional. Gambaran yang lebih lengkap dan deteksi kanker payudara yang lebih akurat, bisa didapatkan dengan pemeriksaan menggunakan mesin ini. "Hasil diagnosa akan lebih akurat dan detil jika melakukan pemeriksaan dengan teknologi ini," ujarnya.

Hasil pemeriksaan dengan 3D Sonomamogram ini, akan terekam dalam bentuk Breast Imaging Reporting and Data System (BI-RADS) semi otomatis dan komprehensif. Hasil ini bisa digunakan untuk keprluan klinis, bahkan bisa digunakan di seluruh dunia, karena sudah memenuhi standar internasional. "Untuk melakukan pemeriksaan ini, biaya yang diperlukan Rp 600 ribu hingga Rp 900 ribu," tambahnya.

Dua dari lima perempuan Indonesia terkena kanker payudara. Dengan melakukan deteksi dini sendiri secara rutin juga menggunakan teknologi 3D Sonomamogram ini, banyak nyawa akan terselamatkan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan