Isnin, 23 April 2012

Republika Online

Republika Online


Duh, Anak Cowok Kok Kasar dan Keras, Bagaimana Mengatasinya?

Posted: 23 Apr 2012 08:04 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Anak laki-laki Anda yang baru berusia tiga tahun ternyata sangat keras dan aktif. Nah, yang bikin pusing adalah ketika marah, ia suka memukul atau menendang, sering juga disertai dengan kata-kata kasar. Bila ini yang terjadi, jangan cemas dulu.

Menurut psikolog dan pemerhati masalah anak, Elly Risman Musa, pada dasarnya pengasuhan adalah kewajiban ayah dan ibu sehingga anak dapat dibentuk tingkah lakunya. ''Pengasuhan adalah pembentukan tingkah laku atau dengan kata lain disiplin,'' ungkap Elly dalam sebuah konsultasi. Jika pembentukan tingkah laku dimulai sejak dini, tentu hal ini akan memudahkan orangtua dalam berinteraksi dengan anak.

Di mata Elly, anak harus belajar menahan keinginannya, dengan demikian dia belajar bahwa ada kata 'tidak' dalam hidup ini. Ini penting untuk perkembangan emosi anak kelak.

Rumah adalah tempat penanaman moral dan aturan sebelum anak memasuki dunia sosial. Pembentukan kebiasaan efektif dilakukan pada usia satu sampai lima tahun untuk membangun dasar-dasar kepribadian anak. Membiasakan anak sikat gigi sebelum tidur, berkata baik dan meminta izin adalah usaha yang membutuhkan kesabaran dalam pembiasaannya.

Permasalahan dapat muncul jika proses disiplin dilakukan secara keras (otoriter). ''Jika orangtua banyak memarahi anak, tidak memberi anak kesempatan untuk bermain dan membatasi ruang gerak anak, anak akan frustrasi,'' papar Elly.

Gejala yang muncul adalah marah, rewel, dan berkata kasar. Oleh karena itu orangtua perlu memahami kebutuhan anak seperti kebutuhan kasih sayang, berlari, dan makanan yang cukup.

Kata-kata kasar dan tindakan memukul serta menendang adalah ciri ekspresi marah seorang laki-laki yang dipengaruhi oleh kerja otak laki-laki. Namun, anak tetap harus diajarkan ekspresi marah yang lebih diterima oleh norma-norma.

Mengajar anak untuk mengenali perasaan marahnya adalah cara membiasakan anak menunjukkan perasaan negatif yang tepat. ''Anak akan terbiasa mengucapkan: ''Aku marah pada adik'' daripada memukul adik jika ia sedang marah,'' kata Elly.

Anak Kena Kanker Berobat ke Orang Pintar, Kok Bisa?

Posted: 23 Apr 2012 07:04 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Masih ada saja orang tua yang menolak terapi kanker untuk anaknya. Mereka lebih memilih untuk pergi ke 'orang pintar' dengan cara pengobatan yang tak rasional. "Gara-gara tak mendapatkan perawatan yang tepat, anak yang semula berada di stadium satu ketika kembali ke dokter sudah stadium empat," sesal Prof Dr dr Djajadiman Gatot SpA (K).

Penolakan terapi terhadap advis medis pada anak yang sakit juga terjadi di Amerika Serikat. Kasus meninggalnya Medaline Kara Neumann menjadi salah satu contoh yang mengenaskan. Orang tua Kara memilih bersandar pada kekuatan doa ketimbang mengobati diabetes yang menggerogoti tubuh gadis berusia 11 tahun tersebut. Ayah dan ibu Kara dijatuhi hukuman penjara 10 tahun atas tuduhan pembunuhan (homicide).

Di ruang praktiknya, Djajadiman kerap mendapatkan reaksi beragam pada orang tua yang anaknya didiagnosis kanker. Tak jarang orang tua marah kepada dokter atas diagnosis yang disampaikan. "Harus dimaklumi, sebab kabar itu bukan sesuatu yang mudah untuk diterima," komentar ahli hematologi anak ini.

Agar orang tua tak lari ke pengobatan yang irasional, dokter pun mengubah pendekatannya. Mereka berusaha menjelaskan rencana terapi dengan hati-hati. "Sampaikan mungkin anak harus dirawat sekitar satu pekan, perpanjangan rawat inap dimungkinkan terjadi karena apa, dan manfaat serta jadwal kemoterapi atau pengangkatan tumor," saran Djajadiman dalam International Confederation of Childhood Cancer Parent Organisations (ICCCPO) Meeting Asia di Yogyakarta.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan