Rabu, 7 Disember 2011

Sindikasi lifestyle.okezone.com

Sindikasi lifestyle.okezone.com


Tenun Ikat Flores Terhalang SDM

Posted: 07 Dec 2011 04:25 AM PST

PESONA keindahan motif dan ragam hiasnya menjadikan tenun ikat Flores cinderamata wajib setiap wisatawan yang bertandang ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Nyatanya, proses kreatif produk ini memiliki tantangan tersendiri.

Setiap daerah di NTT menampilkan corak serta warna tenun ikat berbeda-beda. Perbedaan ini menjadikan tenun ikat semakin menarik untuk disimak dan dikaji. Dan, tenun ikat Flores menjadi kriya tenun yang perlu dilestarikan keberadaannya.

Salah satu di antara sumber daya yang masih mengembangkan tenun ikat Flores, ialah tiga generasi tenun tradisi Flores "Yayasan Cinta Nusantara". Mereka adalah Martha Kloe (72), Alfonsa Horeng (37), dan Maria Yuwanti (29).

Kendati tenun ikat Flores sudah diakui dunia, mereka mengakui masih terdapat tantangan dari daerah asalnya. Halangan tersebut adalah sumber daya manusia (SDM).

"Sebab, satu orang wanita di sana bisa pegang enam yayasan tenun ikat sekaligus," papar Alfonsa kepada okezone ketika ditemui di "Katumbiri Expo 2011", Jakarta Convention Center, Rabu (7/12/2011).

Alasan itulah yang membuat mereka kesulitan mempertahankan kualitas tenun ikat yang dihasilkan.

"Kerjanya menjadi tumpang tindih. Bisa saja mereka mendapatkan banyak uang dengan bekerja di banyak yayasan, tapi begitu ditagih barangnya (hasil tenun-red) mereka kerepotan sendiri," jelasnya.

Alfonsa mencoba memberikan satu solusi. Ia mengatakan, para pengrajin perlu diberi jaminan dari satu yayasan saja untuk hidup yang lebih layak.

"Kalau ada yang menawarkan kain tenunnya ke saya, saya tak langsung beli, tapi lihat dulu bagaimana kualitas tenunnya. Kalau bagus, saya sarankan ia untuk bergabung hanya untuk yayasan saya. Kalau sudah terikat, semua akan terasa lebih baik," tutupnya. (ftr)

Full content generated by Get Full RSS.

Sentuhan Bunga di Aksesori Lisa "Face Off"

Posted: 07 Dec 2011 03:31 AM PST

DARI sekadar mengisi waktu, bisnis aksesori Lisa "Face Off" malah sukses. Sentuhan bunga menjadi kekuatan desainnya.

Menengok ke belakang, wanita bernama asli Siti Nurjazilah ini merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ia pernah disiram air keras pada bagian wajah dan tubuhnya oleh suami.

Ia lebih dikenal sebagai Lisa "Face Off" karena sudah menjalani operasi bedah reskontruksi wajah sebanyak 16 kali yang sempat menghebohkan masyarakat.

Kini, melalui arahan Nalini Muhdi selaku Psikiater Konsultan "Women's Mental Health" RSU Dr Soetomo, Lisa memanfaatkan waktu luangnya untuk membuat kerajinan tangan berupa aksesori, seperti bros, gelang, dan peniti jilbab berbahan kristal.

"Awalnya iseng karena saya juga masih menjalani perawatan. Karena enggak ada kerjaan, dari hobi saya mulai memasarkan aksesori. Tak disangka, pesanan justru mulai berdatangan," tuturnya kepada okezone ketika ditemui di "Katumbiri Expo 2011", Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (7/12/2011).

Ia mengakui, desain adalah buah idenya sendiri. Ia juga lebih senang mengerjakan aksesori tersebut secara langsung, tanpa menggambar desainnya terlebih dulu.

"Kalau digambar dulu, malah enggak jadi. Karena suka bunga, maka desainnya didominasi bentuk bunga. Lagipula, hampir semua orang menyukai bunga, kan? Namun, tetap saya beri sentuhan personal sesuai selera pemesan," tambahnya.

Dalam sehari, Lisa hanya mampu menyelesaikan satu produk yang kemudian ia tawarkan, mulai harga Rp25 ribu hingga Rp200 ribu. "Iya, belum bisa bikin banyak karena melakukan semuanya sendiri," tutupnya. (ftr)

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan