Selasa, 15 November 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Australia buka pendaftaran pertukaran tokoh muslim muda

Posted: 15 Nov 2011 07:04 AM PST

Kupang (ANTARA News) - Pemerintah Austalia membuka kesempatan Pertukaran Tokoh Muslim Muda Indonesia Australia (MEP) untuk membangun hubungan baik antara masyarakat Muslim di kedua negara dengan meningkatkan pemahaman dan pengertian akan peranan agama dalam masyarakat di masing-masing negara.

Program yang didanai Pemerintah Australia itu dan dilaksanakan oleh Australia-Indonesia Institute (AII), pada 2005 ditetapkan sebagai salah satu program AII unggulan. Sampai sekarang 27 peserta Australia dan 82 peserta Indonesia telah ikut serta dalam program ini," kata pengelola program MEP, Angky, melalui telepon genggamnya di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan program ini melibatkan kelompok muda Muslim tokoh masyarakat dari berbagai profesi (seperti penulis, pegawai pemerintah, akademisi,dan pekerja lembaga swadaya masyarakat dan organisasi keagamaan), untuk kunjungan beberapa minggu ke Australia dan sebaliknya kunjungan serupa oleh mitra mereka dari Australia.

Kunjungan peserta Australia difokuskan agar peserta mendapat pemahaman dengan menyaksikan langsung keberadaan aliran Islam di Indonesia, begitu pula bagi peserta Indonesia agar dapat membuka mata terhadap kemajemukan masyarakat di Australia.

"Calon peserta diwawancarai dan diseleksi oleh sebuah panitia independen berdasarkan kemampuan dan keluasan jaringan kerja mereka dan dapat bertindak sebagai duta bangsa dan peserta dalam dialog lintas agama," katanya.

Dia menyebut syarat-syarat pendaftaran bagi peserta Indonesia Pria dan Wanita berusia dibawah 40 tahun, berikut lancar berbicara bahasa Inggris dengan melampirkan salinan score TOEFL (international atau institusional) minimal 450.

Mengisi formulir aplikasi yang telah disediakan panitia seleksi dapat di akses di website Universitas Paramadina www.paramadina.ac.id atau Kedubes Australia www.indonesia.embassy.gov.au

"Batas akhir pengiriman lamaran Jumat, 25 November 2011 pukul 16.00 WIB via pos ke Universitas Paramadina, Jl.Gatot Subroto Kav.97, Mampang, Jakarta Selatan 12790 atau email ke panitiamep2010@paramadina.ac.id," katanya.

Australia-Indonesia Institute (AII) didirikan oleh Pemerintah Australia pada bulan April 1989 bertujuan untuk meningkatkan saling pengertian yang lebih luas di antara masyarakat Indonesia dan Australia.

Australia-Indonesia Institute menyelenggarakan program spesial, Pertukaran Tokoh Muslim Muda antara Indonesia dan Australia, dimana tokoh/aktivis muslim muda dari Indonesia akan mengunjungi Australia selama 2 minggu dan bertemu baik Muslim maupun non-Muslim untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Sebaliknya tokoh muslim muda Australia juga mengunjungi Indonesia dalam program yang sama.

Australia-Indonesia Institute mendukung program pertukaran ini untuk meningkatkan pemahaman terutama mengenai peran dari agama di masing-masing negara.

Program ini juga ditujukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap Islam di kedua negara dan untuk meningkatkan kesadaran mengenai keanekaragaman budaya di Australia maupun Indonesia.

(ANT-084/S006)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Sultan: rasa kebersamaan mulai pudar

Posted: 15 Nov 2011 06:57 AM PST

Sri Sultan Hamengku Buwono X (FOTO ANTARA/Regina Safri)

Berita Terkait

Video

Yogyakarta (ANTARA News) - Rasa kebersamaan masyarakat sudah mulai pudar, sehingga ikatan primordial menjadi sangat kuat, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Kondisi itu mencerminkan lemahnya ketahanan sosial," katanya dalam sambutan yang dibacakan Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sigit Sapto Rahardjo di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia pada sarasehan dalam rangka menyambut Hari Ibu 2011 Tingkat Provinsi DIY, kondisi itu dirasakan sangat memprihatinkan, karena dapat menimbulkan konflik horizontal maupun vertikal yang akan mengancam persatuan bangsa.

"Wawasan kebangsaan yang kehilangan hakikat akan menimbulkan perpecahan. Hal itu ditambah dengan terjadinya krisis ekonomi yang bekepanjangan yang dapat berdampak pada krisis sosial dan politik yang tidak sehat," kata Sultan.

Ia mengatakan, masyarakat dihadapkan pada situasi yang tidak menentu seperti isu demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan pluralisme, yang akan berdampak pada keragaman dan kebangsaan.

"Kondisi itu menjadi tantangan bagi Bangsa Indonesia untuk mencari solusi yang baik dan bisa diselesaikan bersama," kata Sultan.

Menurut dia, masyarakat harus menyadari bahwa keberadaan negara Indonesia adalah negara yang beraneka, baik kebudayaan, adat istiadat, agama maupun ras atau sukunya yang memiliki nilai norma sendiri-sendiri.

"Dengan keanekaragaman itulah kita bisa bersatu, sehingga memberi corak kebanggaan dengan ciri khas Bangsa Indonesia dalam satu naungan Merah Putih dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu," katanya.

Ketua Panitia Sarasehan, Christina mengatakan, kegiatan itu bertujuan Untuk memberdayakan peran wanita dan meningkatkan pemahaman pentingnya menghargai keberagaman bangsa.

"Kegiatan itu juga untuk mendorong wanita agar berperan dalam mewujudkan situasi yang kondusif, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa selalu terjaga," katanya.

Menurut dia, sarasehan tersebut terselenggara atas kerja sama Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Provinsi DIY dan Panitia Peringatan Hari Ibu Tingkat Provinsi DIY.

"Selain sarasehan, juga dilaksanakan berbagai kegiatan sosial, di antaranya donor darah dan penanaman pohon. Kegiatan sosial itu merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan," katanya.

(L.B015*H010)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan