Selasa, 30 Ogos 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Replika ketupat raksasa Meriahkan takbiran

Posted: 30 Aug 2011 07:59 AM PDT

Magelang (ANTARA News) - Seniman petani Sanggar Wonoseni, Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengusung replika ketupat terbuat dari anyaman ratusan janur saat menjalani kirab takbiran menjelang Idul Fitri 1432 Hijriah, Selasa malam.

Mereka bersama ratusan warga baik tua muda, lelaki, perempuan, pemuda, dan anak-anak berjalan kaki dengan menandu replika itu mengelilingi berbagai jalan kampung sepanjang sekitar 500 meter di Dusun Wonolelo, Desa Bandongan, Kabupaten Magelang.

Puluhan anak-anak membawa obor dan sejumlah seniman Sanggar Wonoseni dengan pemimpin tertinggi Ki Ipang itu memainkan atraksi "sembur api" selama kirab yang juga ditandai dengan lantunan takbir tersebut.

Suara berbagai alat musik tradisional seperti bedug, terbang, dan kentongan bertalu-talu ditabuh mereka selama takbiran yang dimulai dari depan Sanggar Wonoseni dan berakhir di halaman Masjid Al-Mu`in di dusun setempat yang berjarak sekitar tujuh kilometer barat Kota Magelang tersebut.

Saat rombongan kirab takbiran tiba di depan masjid setempat, sejumlah warga menyalakan puluhan kembang api, sedangkan anak-anak mengumpulkan obor mereka di halaman itu untuk dibentuk gunungan api unggun.

Ketua Harian Sanggar Wonoseni Bandongan, Bambang Ardiansah, mengatakan, anggota seniman setempat membuat replika ketupat raksasa berdiameter empat meter dengan lebar 2,5 meter menggunakan sekitar 600 batang janur, selama empat hari terahir.

"Masyarakat mengungkapkan kegembiraan menyambut 1 Syawal 1432 malam ini (30/8) melalui kirab takbir dengan mengusung ketupat raksasa," katanya.

Ia menyebut ketupat sebagai simbol atas permintaan maaf terutama antarmasyarakat Islam setempat setelah sebulan berpuasa.
(M029*H018)

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

RSU Dr Soetomo rawat lima korban petasan

Posted: 30 Aug 2011 06:03 AM PDT

Ilustrasi pesta petasan (REUTERS/Mohammed Dabbous)

... korban kecelakaan akibat petasan selama bulan Agustus yang masuk RSU Dr Soetomo sebanyak 13 orang...

Berita Terkait

Video

Surabaya (ANTARA News) - Petasan dengan bunyi dan efek letusannya memang memesona. Asik memang main petasan, tapi ternyata Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya sudah merawat lima korban ledakan petasan itu.
 
Kelima orang itu adalah bagian dari 12 orang pasien dari luar kota yang menjadi korban kecelakaan, termasuk tujuh korban kecelakaan lalu-lintas.

"Untuk saat ini baru 12 pasien yang masuk dan semua pasien berasal dari luar kota Surabaya," ujar Kepala Instalasi Rawat Darurat RSU Dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo, ketika dikonfirmasi wartawan di Surabaya, Selasa.

Dengan demikian, korban kecelakaan akibat petasan selama bulan Agustus yang masuk RSU Dr Soetomo sebanyak 13 orang.

Sebelumnya, delapan korban petasan --produk kebudayaan mesiu China sejak sebelum masehi-- sudah dirujuk ke rumah sakit terbesar di kawasan timur Indonesia tersebut.

Dari pasien korban petasan tersebut, lanjut Urip Murtedjo, beberapa di antaranya ada yang harus diamputasi bagian jari tangannya, karena kondisinya luka parah.

"Kurangnya kesadaran dan minimnya informasi tentang bahaya petasan menjadi salah satu faktor penyebab masih banyaknya masyarakat yang bermain petasan," kata Urip.

Sementara itu, pada tahun ini jumlah korban petasan yang dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya meningkat lebih dari 50 persen. Menurut catatan, pada 2011 korban berjumlah 13 pasien, sedangkan tahun lalu hanya lima orang.

Dari beberapa korban, ada yang menderita luka paling parah, yakni mengalami luka bakar di bagian tangan dan harus menginap di rumah sakit selama satu malam.

Masing-masing korban bernama Sulaiman (50) dan Misnadi (51) asal Surabaya. Kemudian satu lagi, yakni Imron (20) yang dirujuk dari Bangkalan. Bahkan, ketiganya harus rela satu ruas jarinya dipotong karena luka bakar cukup parah.

Urip Murtedjo yang juga Ketua Forum Pers RSU dr Soetomo itu, mengimbau masyarakat agar tidak bermain petasan, karena selain merugikan diri sendiri, petasan juga sangat merugikan orang lain.

"Daripada dibuat beli mercon (petasan), uangnya lebih baik dimanfaatkan untuk keperluan lain yang lebih penting," ujar dokter spesialis bedah kepala leher tersebut. (*)

Editor: Ade Marboen

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan