Rabu, 29 Jun 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Sastrawan: Mahasiswa Kurang Minati Cerpen

Posted: 29 Jun 2011 06:17 AM PDT

Pemain mementaskan teater berjudul "Bom" yang terinspirasi dari kumpulan cerpen Putu Wijaya di Institut Kesenian Jakarta, Kamis (31/3). Pentas yang disutradarai Joseph Ginting itu melibatkan dosen dan mahasiswa seni peran dan menyuguhkan potret Indonesia kini yang dibalut gabungan seni tradisi dan kontemporer. (ANTARA/Fanny Octavianus)

Padahal banyak sarana yang bisa digunakan oleh mereka, seperti banyaknya disediakan rubrik karya sastra dalam berbagai media cetak.

Berita Terkait

Semarang (ANTARA News) - Sastrawan asal Semarang, Triyanto Triwikromo, menilai kalangan anak muda khususnya mahasiswa masih kurang meminati cerita pendek (cerpen) sebagai bentuk wujud karya mereka.

"Kehadiran cerpenis muda yang baru lahir dari kalangan mahasiswa kebanyakan hilang begitu saja di tengah jalan," katanya di Semarang, Rabu.

Pria yang telah menerbitkan banyak karya cerpen seperti "Malam Sepasang Lampion", "Sayap Anjing", dan "Ragaula" itu mengaku tidak tahu persis apa yang menyebabkan hadirnya fenomena tersebut.

"Padahal banyak sarana yang bisa digunakan oleh mereka, seperti banyaknya disediakan rubrik karya sastra dalam berbagai media cetak," katanya yang juga dosen Penulisan Kreatif Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ia mengatakan, salah satu upaya yang bisa dilakukannya sebagai dosen dengan memberikan pemahaman kepada siswa didiknya bahwa siapapun bisa menulis asal ada kemauan dan niat dan menggunakan tulisan sebagai wujud ekspresi.

Salah satu pendiri Komunitas Beranda, yang biasa mengkaji kebudayaan dan aktif sebagai apresiator sekaligus sebagai kritikus, Jeny Rahmat Taufik, mengatakan bahwa perkembangan cerpen di kalangan mahasiswa saat ini memang masih kurang bisa berkembang secara optimal.

Hal tersebut, katanya, dipengaruhi berbagai kendala seperti waktu yang masih terbagi dengan jam kuliah, biaya serta perasaan takut jika karyanya tidak bisa diterima baik oleh penerbit atau masyarakat.

"Selain itu, kalangan mahasiswa biasanya mempunyai pemikiran yang sudah menganggap dirinya tidak mampu untuk menerbitkan karya-karya yang baik serta kemalasan untuk mengembangkan ide penulisan," katanya yang masih kuliah di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu dan Budaya, Universitas Diponegoro.

Untuk itu, ia mengajak para mahasiswa mengikuti acara terkait seperti bedah cerpen, maupun bergabung dalam suatu komunitas yang bergerak dalam bidang sastra.

"Hal tersebut bisa mendatangkan banyak manfaat bagi mereka, seperti mendapatkan masukan dan pengalaman baru, memperoleh gambaran serta imajinasi, juga bisa dilakukan sebagai tolak ukur dalam pembuatan karya cerpen," katanya.

Jeny yang karyanya sering diterbitkan di mdia cetak dan telah menerbitkan kumpulan cerpen pertamanya "Butterfly" di tahun 2010, berharap, kaum muda bisa mengembangkan potensi yang dipunyainya untuk menggantikan generasi cerpenis sebelumnya.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Festival Kuda Lumping Ramaikan HUT Kota Palembang

Posted: 29 Jun 2011 01:38 AM PDT

ilustrasi tari kuda lumping (ANTARA/R. REKOTOMO)

Berita Terkait

Palembang (ANTARA News) - Kelompok pelestari kuda lumping dan reog Ponorogo di Kota Palembang, Sumatera Selatan menggelar Festival Kuda Lumping III dipusatkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Rabu.

Festival Kuda Lumping III tersebut diselenggarakan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun ke-1.328 Kota Palembang pada tahun 2011 ini.

Saat membuka festival bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang, Ketua Kuda Lumping se-Kota Palembang, Mujianto, menyebutkan sebanyak 31 kelompok kuda lumping menjadi pesertanya.

Selain itu, kelompok reog ponorogo dari Kabupaten Muaraenim dan beberapa kelompok kuda lumping dari luar Kota Palembang, juga ikut berpartisipasi memeriahkan festival tersebut.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Ir H Sarimuda MT, Ketua Kuda Lumping dan Reog se-Sumsel, Slamet Sumo Sentono, pimpinan Pujasuma Sumsel Joko Siswanto, dan sejumlah tokoh Palembang dan Sumsel yang berasal dari Pulau Jawa ikut menghadiri festival itu.

Menurut Mujianto, pihaknya berupaya melestarikan seni dan budaya tradisi yang diwariskan nenek moyang kendati kini telah tinggal dan hidup di Kota Palembang.

Slamet Sumo Sentono dan Joko Siswanto juga sangat mendukung festival kuda lumping itu, sekaligus mendorong agar festival seni dan budaya yang bertujuan untuk melestarikan tradisi leluhur dari Pulau Jawa terus dilestarikan di daerah ini.

Dalam waktu dekat, juga direncanakan digelar festival campursari yang akan mengundang peserta kelompok pencinta dan pelestari seni tembang Jawa itu dari seluruh kabupaten dan kota di Sumsel.

Sebelum menampilkan sebanyak 31 grup kuda lumping peserta festival itu, ditampilkan reog ponorogo asal Muaraenim dan penampilan lagu-lagu daerah dan campursari, termasuk yang dinyanyikan beberapa tokoh Jawa di Palembang dan Sumsel, seperti Slamet Sumo Sentono dan beberapa lainnya.

Ratusan pengunjung membaur dengan para peserta, baik pria maupun wanita, serta anak-anak dan remaja, untuk menyaksikan penampilan kelompok kuda lumping (jatilan) yang oleh dewan juri masing-masing peserta mendapatkan kesempatan tampil selama maksimal 15 menit.

Di Palembang, Sumsel terdapat sejumlah kelompok warga yang berasal dari Pulau Jawa dan membentuk beberapa paguyuban serta terus berupaya melestarikan seni tradisi dari tanah leluhurnya di Pulau Jawa, kendati banyak di antara mereka sudah lahir, besar dan hidup di daerah ini.(*)
(T.B014/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan