Ahad, 30 Januari 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Habibie: Jangan Mempersulit Mesir

Posted: 31 Jan 2011 03:55 AM PST

Habibie: Jangan Mempersulit Mesir

Penulis: Caroline Damanik | Editor: Heru Margianto

Senin, 31 Januari 2011 | 11:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Presiden BJ Habibie enggan berkomentar ketika ditanya apakah pemerintah perlu melakukan evakuasi terhadap warga negara Indonesia (WNI) di Mesir menyusul panasnya kondisi politik di negeri itu.

Habibie hanya mengatakan agar semua pihak menahan diri. "Kita jangan ikut mempersulit keadaan di Mesir. Bagaimanapun juga itu negara yang dekat dengan Indonesia," katanya sebelum mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, Senin (31/1/2011).

Mesir memiliki peranan penting dalam sejarah Indonesia. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Lebih dari sekadar pengakuan, sikap Mesir kala itu juga menegaskan bahwa setiap bangsa di dunia memiliki hak untuk berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Saat ini, terkait situasi politik yang memanas, sejumlah negara sudah mulai mengupayakan evakuasi warga negaranya dari Mesir. Amerika Serikat akan mulai mengevakuasi warga negaranya sejak hari ini sampai beberapa hari ke depan dengan menyewa sejumlah pesawat.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

99 Persen Sudan Selatan Pilih Pisah

Posted: 31 Jan 2011 02:49 AM PST

JUBA, KOMPAS.com Sudan Selatan nyaris secara bulat memilih berpisah dari Sudan Utara dalam satu referendum, kata beberapa pejabat, Minggu (30/1/2011).

Hasil itu mendorong orang melakukan perayaan di ibu kota Sudan Selatan, Juba. Ribuan orang bergembira, menari, dan berteriak setelah para pejabat mengumumkan hasil awal resmi pertama yang memperlihatkan 98,83 persen warga mendukung pemisahan diri, demikian keterangan di jejaring pelaksana pemungutan suara. "Untuk inilah, kami memberi suara sehingga rakyat dapat bebas di negara mereka sendiri. Saya mengucapkan selamat sejuta kali," kata Presiden Sudan Selatan Salva Kiir kepada khalayak.

Pemungutan suara tersebut telah dijanjikan dalam kesepakatan perdamaian 2005, yang mengakhiri beberapa dasawarsa konflik utara-selatan, perang saudara paling lama di Afrika, yang merenggut 2 juta jiwa.

Kiir, pemimpin bekas gerakan pemberontak Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM), memuji mantan musuhnya Presiden Sudan, Omar Hassan Al-Bashir, karena menyetujui kesepakatan 2005. "Omar Al-Bashir mengambil keputusan yang berani untuk mewujudkan perdamaian. Al-Bashir adalah seorang pemenang dan kami harus membela dia," kata Kiir, yang berbicara dengan bahasa campuran, Inggris, dan dialek Arab lokal. "Proyek ini belum selesai. Kami tidak bisa memproklamasikan kemerdekaan hari ini," katanya.

Menurut ketentuan kesepakatan itu, Sudan Selatan akan dapat memproklamasikan kemerdekaan pada 9 Juli, menunggu penandatanganan hukum terhadap hasil tersebut. Para pemimpin Sudan Utara dan Selatan masih harus menyepakati perbatasan bersama mereka—cara mereka akan memisahkan hasil penjualan minyak setelah pemisahan diri itu dan kepemilikan wilayah sengketa Abeyi.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyambut baik pemungutan suara damai tersebut, tetapi mengatakan dalam pertemuan puncak Uni Afrika di Addis Ababa, Etiopia, ia masih prihatin dengan masalah yang belum terselesaikan.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan