Khamis, 30 Disember 2010

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Abu Vulkanik Merapi Dibuat Mangkok Keramik

Posted: 30 Dec 2010 06:52 AM PST

Kamis, 30 Desember 2010 21:52 WIB | Hiburan | Seni/Teater/Budaya | Dibaca 112 kali

Yogyakarta (ANTARA News) - Abu vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi oleh para seniman perajin digunakan sebagai bahan baku pembuatan mangkok keramik.

"Ide untuk membuat mangkok keramik dari abu vulkanik sifatnya coba-coba, dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga kami manfaatkan abu itu sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan tersebut dalam jumlah banyak, dari pada terbuang sia-sia," kata pembuat mangkok keramik dari abu vulkanik Indro Baskoro Miko Putro, di Yogyakarta, Kamis.

Dosen Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu, ditemui saat mengikuti pameran seni kriya Islami dalam rangkaian Festival Muharram 1432 Hijriyah di gedung Asri Medical Center, Yogyakarta. Pameran tersebut berlangsung dari 29 Desember 2010 hingga 2 Januari 2011.

Menurut dia, abu vulkanik mengandung silika hingga 50 persen, sehingga jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik, kualitas keramik itu sangat bagus dan istimewa setelah dipadukan dengan campuran beberapa bahan kimia seperti kalsium karbonat. "Desain dan warna keramik juga dibuat menarik," katanya.

Keistimewaan mangkok keramik yang terbuat dari abu vulkanik, kata dia dari segi warna jika dilihat secara visual menghasilkan efek menyerupai kumpulan magma yang mendidih, kemudian membeku. "Permukaan lapisannya menghasilkan warna yang natural seperti halnya warna magma di dalam perut bumi," katanya.

Ia mengatakan permukaan mangkok keramik yang terbuat dari abu vukanik ini membentuk sepertipori-pori besar dan kecil. Bentuk lapisannya menyerupai batu yang mengalami pelapukan atau sedimentasi.

Menurut Indro, kualitas dan daya tahan mangkok keramik tersebut tidak jauh berbeda dengan keramik yang terbuat dari tanah liat.

"Ada keistimewaan dalam proses pembuatannya, yakni tidak membutuhkan waktu lama dalam pengeringannya, yakni hanya sekitar 12 jam," katanya.

Meskipun demikian, kata dia, mangkok keramik ini harus tetap dibakar agar menghasilkan kualitas tinggi dan memuaskan. "Dibutuhkan suhu tinggi, yakni 1.280 derajat Celsius untuk pembakarannya " katanya.

Indro mengatakan mangkok keramik tersebut belum dijual kepada masyarakat, dan saat ini masih terusdikembangkan untuk memperoleh kualitas yang bagus dan kuat. "Masih terus dikembangkan oleh para pembuatnya, termasuk para mahasiswa yang kami bina," katanya.(*)
(ANT-161/M008/R009)

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Budayawan: Pemimpin Perlu Dalami Kearifan Lokal

Posted: 30 Dec 2010 05:12 AM PST

Kamis, 30 Desember 2010 20:12 WIB | Hiburan | Seni/Teater/Budaya | Dibaca 201 kali

Yogyakarta (ANTARA News) - Pemimpin di Indonesia perlu mendalami kearifan lokal, sehingga kepemimpinannya memiliki karakter, kata budayawan Sudjiwo Tedjo.

"Ketika kearifan itu diajarkan dan diolah, maka akan menghasilkan seorang pemimpin yang berkarakter dan pada akhirnya memiliki kepemimpinan dengan hati nurani," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Dengan demikian, menurut dia pada refleksi akhir tahun "Pemimpin Tanpa Nurani di Tengah Rentetan Kekalahan Rakyat", mampu memimpin rakyatnya berdasarkan hati nurani, bukan pada gelar semata.

"Hal itu penting karena permasalahan bangsa ini tidak hanya bisa diselesaikan dengan gelar keilmuan, tetapi juga dengan nurani yang bersih," katanya.

Ia mengatakan, memimpin itu harus dengan hati nurani, bukan hanya mengandalkan kecerdasan. Pemimpin juga harus mampu melihat permasalahan dari berbagai sudut, kemudian memutuskan dengan hati nurani.

"Namun, melihat potret negara ini, saya tidak yakin bangsa ini bisa melahirkan pemimpin yang bernurani jika paradigma korupsi saat ini dipandang jauh lebih mulia daripada teroris," katanya.

Padahal, menurut dia, seharusnya korupsi itu lebih buruk dari teroris karena membunuh bangsa ini secara pelan-pelan.

Ia mengatakan, seorang pemimpin harus seperti tanah, yang tetap bisa memberikan pertumbuhan meskipun diinjak-injak. Seorang pemimpin juga seperti matahari yang memberikan energi.

Seorang pemimpin juga seperti bulan yang menerangi dalam gelap dan layaknya samudera yang tidak pernah jenuh menerima kritik. Pemimpin itu juga harus seperti api yang selalu bekerja tuntas.

Seorang pemimpin juga harus seperti air yang memiliki sifat setara, yakni ketika berkumpul dengan orang yang lebih rendah tidak terlihat tinggi dan ketika bersama orang yang lebih tinggi tidak minder.

"Seorang pemimpin juga harus memiliki nurani yang ketika punya pendapat tidak ragu-ragu, tangguh seperti gunung, dan menjadi pengarah seperti bintang," katanya.(*)

(L.B015*H010/H008/R009)

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan