Sabtu, 27 Julai 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Anggota Komite Konvensi Partai Demokrat Ditentukan Usai Lebaran

Posted: 27 Jul 2013 11:09 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrat berencana menentukan nama-nama anggota komite konvensi calon presiden (capres) Partai Demokrat setelah hari raya Idul Fitri.

Anggota komite konvensi itu nantinya akan terdiri dari kader partai dan tokoh independen.

"Belum dikeluarkan juga (nama). Nanti setelah idul fitri," ujar Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR RI Jafar Hafsah seusai buka puasa bersama Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Sabtu (27/7/2013) malam.

Partai Demokrat tengah membentuk komite konvensi untuk menjalankan seluruh proses seleksi capres.

Menurut Demokrat, keputusan mengenai capres yang akan diusung dilihat dari hasil survei.

Sejumlah nama yang disebut bakal diusulkan menjadi anggota komite konvensi.

Antara lain adalah rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, pengamat politik Tjipta Lesmana, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshidiqie.

Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengatakan bahwa jumlah anggota komite konvensi Partai Demokrat akhirnya menjadi 18 orang.

Secara terpisah, Ketua Harian DPP Partai Demokrat Syarief Hasan mengatakan anggota komite konvensi calon presiden akan diumumkan sebelum 1 Agustus mendatang.

Terkait siapa yang akan mengumumkan nama-nama anggota komiter konvensi, Menteri Koperasi dan UKM ini belum menyebutkan.

Syarief hanya memastikan, tidak ada menteri asal Demokrat yang duduk sebagai anggota komite konvensi.

Editor : Ervan Hardoko

Pak SBY, Tolong Dibuka Ya Gerejanya...

Posted: 27 Jul 2013 10:51 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Edward Matthew Sitorus adalah bocah 12 tahun yang taat beribadah. Sejak kecil, dirinya rutin pergi ke Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin bersama keluarganya.

Namun kegiatan menghadap Tuhan itu tidak bisa lagi dilakukannya sejak 2008 lalu. Gereja tempatnya beribadah disegel Wali Kota Bogor, Diani Budiarto.

Gereja tersebut dianggap tidak memiliki Izin sah. Merasa mengalami diskriminasi bocah yang biasa disapa Edo itu tidak tinggal diam.

Bocah yang baru duduk di bangku sekolah dasar itu, berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai warga negara indonesia yang bebas memeluk agama dan beribadah.

Sejak penyegelan gerejanya itu, Edo bersama jemaaah GKI Yasmin lainnya, beribadah di depan Istana Presiden, Jakarta.

Mereka beribadah di atas trotoar, bertemankan cuaca yang tidak pasti. Jika cuaca panas, maka sinar matahari yang akan menyengat kulit mereka.

Basah dan kedinginan juga akan mereka alami jika hujan turun mengguyur.

Lagu-lagu keagamaan yang biasanya mereka nyanyikan tanpa gangguan, kini harus bersaing dengan suara bisingnya kendaraan ibu kota.

Meskipun dengan berbagai halangan, Edo tetap rutin beribadah setiap dua pekan sekali.

Edo dan umat GKI Yasmin melakukan ini dengan harapan Presiden Susilo Bambang Ydhoyono akan tergerak hatinya.

Sayangnya, hingga saat ini harapan untuk mendapat perhatian orang nomor satu di negeri ini belum terwujud.

Tidak hanya melakukan ibadah di depan Istana, Edo juga menulis surat untuk SBY yang dikirim langsung ke Istana Kepresidenan.

Surat tersebut berisi curahan hati Edo yang hanya terdapat satu permohonan kecil didalamnya yaitu agar Presiden bisa segera menyelesaikan masalah yang dihadapi Gereja GKI Yasmin.

Entah dibaca atau tidak, yang jelas surat Edo tersebut hingga kini tidak mendapatkan respon.

Satu tahun berselang, Edo kembali menulis surat untuk Presiden SBY.

Pesimis suratnya akan dibaca Presiden, kali ini Edo lebih memilih suratnya dibacakan di depan anak-anak dari kelompok minoritas lain yang sedang berkumpul merayakan Hari Anak Nasional di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.

Puluhan anak dari kelompok minoritas seperti anak-anak umat Syiah, Ahmadiyah, HKBP Filadelfia, hingga Rohingya mendengarkan curahan hati Edo.

Kali ini Edo senang suratnya didengarkan. Ibu Edo, Renata Anggraini (39) mengungkapkan bahwa Edo saat ini sudah mulai tidak mempercayai negara dan pemerintah.

Sikapnya selalu apatis jika melihat aparatur negara. Dia menilai hal itu sebagai efek yang wajar jika melihat perjuangan Edo selama ini.

Renata juga bercerita bahwa Edo pernah menanyakan kegunaan belajar PKN di sekolah.

Menurutnya, ilmu yang didapat di pelajaran tersebut, sangat berbeda dengan kehidupan sehari-hari.

"Karena hal ini dia sekarang sudah tidak percaya presiden, tidak percaya polisi, tidak percaya pemerintah. Dia bahkan sempat mempertanyaka keguanaan belajar PKN," papar Renata.

Meski demikian Edo tetap tidak kehilangan semangat dan harapan. Hingga saat ini dia masih tetap berharap gereja GKI Yasmin dapat segera dibuka kembali.

Dia berharap tidak kembali merayakan Natal di trotoar depan GKI Yasmin seperti tahun lalu.

"Lima bulan lagi kami mau natalan. Kami nggak mau Natalan di trotoar seperti tahun lalu. Pak SBY, tolong dibuka ya gerejanya," ucap Edo penuh harap.

Editor : Ervan Hardoko

Tiada ulasan:

Catat Ulasan