Rabu, 19 Jun 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Tepuk Tangan Menular karena Tekanan Sosial

Posted: 20 Jun 2013 01:44 AM PDT

  • Kamis, 20 Juni 2013 | 08:44 WIB

Penelitian ilmiah di Swedia menunjukkan tepuk tangan menular bila seseorang berada dalam satu grup dan dilakukan karena tekanan sosial. Para peneliti di Universitas Uppsala, Swedia, mengatakan tepuk tangan hadirin dalam satu pertunjukkan tidak selalu terkait dengan kualitas tontonan namun karena perilaku orang lain.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of the Royal Society Interface menyebutkan beberapa orang yang tepuk tangan dapat menyebabkan reaksi berantai.

Reaksi orang di sekeliling untuk ikut bertepung tangan karena tekanan sosial dan juga karena volume suara tepuk tangan di tempat tertentu.

Salah seorang peneliti, Dr Richard Mann, mengatakan penelitian itu menunjukkan perilaku manusia dapat menular dalam satu grup.

Dari kerusuhan sampai mode

"Dalam satu kasus, sekelompok penonton mungkin melakukan tepuk tangan 10 kali per orang. Dalam pertunjukkan lain, mereka mungkin akan bertepuk tangan tiga kali lebih lama. Semua itu, karena tekanan sosial," kata Mann.

"Begitu seseorang mulai tepuk tangan, ada tekanan sosial untuk tidak berhenti bertepuk, sampai seseorang mulai berhenti tepuk tangan," tambahnya.

Mann mengatakan hasil itu menunjukkan sikap kelompok tercermin dalam suatu pola dan pengetahuan ini dapat digunakan untuk banyak hal.

"Seperti halnya kita mengukur bagaimana penyebaran influenza setiap tahun, kita juga dapat memperkirakan pola kerusuhan sosial atau mode terbaru menyebar," kata Mann.

"Bila kita dapat mengukur dan memperkirakan bagaimana pola manusia bersikap ini, kita dapat mempersiapkan satu kebijakan dan fasilitas kesehatan misalnya, jauh sebelumnya," tambah Mann.

Sumber :

Editor : Egidius Patnistik

China Intensifkan Pemantauan Digital atas Warga Tibet

Posted: 20 Jun 2013 01:34 AM PDT

  • Kamis, 20 Juni 2013 | 08:34 WIB

BEIJING, KOMPAS.COM China tampaknya akan mengintensifkan pengintaian terhadap warga Tibet, dengan mengharuskan mereka memberi tahu nama asli kepada operator-operator layanan IT dan mengirim ribuan anggota Partai Komunis ke desa-desa untuk memantau kegiatan-kegiatan warga.

Kantor berita resmi Pemerintah China—Xinhua—pada Rabu (19/6/2013) mengatakan bahwa pemerintah daerah otonomi Tibet telah mendaftarkan nama asli semua pengguna internet dan pelanggan layanan telepon dan ponsel yang berada di bawah jurisdiksinya.

Dikatakannya, 2,8 juta warga Tibet pengguna telepon dan 1,5 juta warga Tibet pengguna internet melengkapi proses pendaftaran selambat-lambatnya pada akhir tahun 2012, sebagaimana diharuskan dalam peraturan regional.

Xinhua mengutip pejabat regional Dai Jianguo yang mengatakan bahwa pemantauan Pemerintah China terhadap identitas pelanggan telepon dan internet di Tibet diperlukan untuk mencegah "merajalelanya penyebaran gosip, pornografi, dan pesan-pesan sampah secara online".

Namun, para aktivis HAM menuduh China memperluas pengintaiannya secara signifikan terhadap warga Tibet dalam beberapa tahun ini, guna berupaya menekan kelompok etnis yang dinilai sebagai ancaman keamanan.

Human Rights Watch yang berkantor di New York pada hari Rabu mengatakan, China telah mengirim lebih dari 20.000 anggota Partai Komunis ke desa-desa di Tibet untuk "melakukan pengawasan terhadap warga, memberi kembali pendidikan politik secara meluas, dan membentuk unit-unit keamanan partisan".

Direktur Human Rights Watch di China Sophie Richardson memberi tahu VOA, kegiatan-kegiatan semacam itu cukup berbeda dengan upaya memperluas standar hidup warga Tibet, yang diumumkan China sebagai tujuan program turun ke desa-desa, yang dilancarkan pada 2011 itu.

Sumber :

Editor : Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan