Rabu, 1 Mei 2013

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Ribuan Pendemo Joget Diiringi Musik Benjang

Posted: 01 May 2013 08:25 AM PDT

BANDUNG, KOMPAS.com - Peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) di depan Gedung Sate Kota Bandung, Rabu (1/5/2013) diramaikan oleh ribuan demonstran yang asik berjoget-joget diiringi alunan musik Benjang.

Kelompok musik asli daerah Ujungberung itu, sengaja didatangkan oleh rombongan demonstran dari Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Bandung Raya. Tak tampak wajah kelelahan dari para musisi, meski harus memanggul alat-alat musik yang cukup besar dan berat seperti kendang dan gong sepanjang Jalan Diponegoro.

Mereka terus menerus menabuh gong dan juga gendang mengikuti untaian lirik-lirik lagu yang keluar dari sound system alakadarnya. Selain tembang-tembang sunda, beberapa lagu dangdut yang sudah tidak asing ditelinga para buruh pun terus mengalun. Keringat yang membasahai tubuh dan baju mereka tak menghalangi dansa mereka di tengah jalan.

"Benjang ini kita bawa untuk meramaikan May Day kali ini dan juga memperkenalkan budaya sunda kepada masyarakat," kata Koordinator KASBI Jawa Barat, Sudaryanto di sela-sela aksi.

Tak henti-hentinya alunan musik Benjang itu berkumandang, bahkan hingga aksi mereka dilanjutkan menuju ke kantor Pengadilan Hubungan Industrial pada pukul 13.00 WIB, para demonstran KASBI terus melenggang.

Sebelumnya diberitakan, barisan seribu orang buruh yang sebagian mengenakan helm berwarna kuning dari Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI), menutup akses jalan Diponegoro tepat di depan Gedung Sate. Dari pantauan di lokasi, ribuan orang beratribut merah, kuning dan hitam itu, sambil berjalan kaki, sesekali mengisi aksinya dengan gerakan-gerakan dan nyanyian perlawanan yang unik dengan mengusung slogan 'Muda Berani Militan.'

Tak hanya itu saja, aksi buruh KASBI se-Bandung Raya itu pun juga diiringi dengan aksi teatrikal arak-arakan balon berbentuk bola dunia oleh dua orang yang bertelanjang dada.

Dikatakan Koordinator KASBI Jawa Barat, Sudaryanto, aksi-aksi yang disuguhkan pada peringatan May Day yang jatuh pada hari ini, adalah sebuah bentuk penggambaran kondisi buruh yang belum mendapatkan kesejahteraan hingga saat ini. "Aksi teatrikal ini adalah simbol kondisi dunia saat ini di mana buruh masih ditindas khususnya oleh rezim saat ini," kata Sudaryanto saat ditemui di sela aksi.

Puluhan orang berhelm kuning di depan barisan, kata Sudaryanto, bertujuan untuk menunjukkan identitas dari KASBI dan memperlancar jalannya aksi, mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum berpihak kepada buruh. "Hingga saat ini tidak ada yang berpihak dan tidak ada yang memperhatikan kesejahteraan buruh. Belum lagi dengan adanya rencana kenaikan BBM, kita semkin merasa tidak dimanusiakan," ungkapnya.

Dalam aksi tersebut mereka menuntut untuk memberlakukan upah layak nasional, menghapuskan sistem tenaga alih daya, pemberangusan mafia peradilan, pendidikan gratis dan juga secara tegas menolak kenaikan BBM. 

Editor :

Glori K. Wadrianto

BBM Subsidi untuk Nelayan Jangan Naik

Posted: 01 May 2013 08:21 AM PDT

NUNUKAN, KOMPAS.com- Para nelayan di daerah perbatasan, seperti Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, berharap BBM subsidi tidak naik.

Mereka sangat berharap harga BBM tetap seharga Rp 4.500 per liter.

Hal tersebut dikatakan Masjidil, Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pulau Sebatik, Rabu (1/5/2013) . Tolong pertimbangkan juga golongan masyarakat kecil yang keberatan dengan kenaikan harga seperti nelayan.

"Kami minta pemerintah bijak, dan tahu kondisi perbatasan," katanya.

Sekitar 1.300 kapal penangkap ikan yang dijalankan 2.600 nelayan di Pulau Sebatik, selama ini kesulitan mendapat BBM.

Jika tidak bisa mendapat bensin di Agen Penjual Minyak Solar (APMS) di Nunukan atau Kota Tarakan, mereka membeli dari seorang pengusaha yang kulakan BBM dari Malaysia.

Membeli BBM negara lain itu, sebenarnya ya termasuk ilegal, namun mau bagaimana lagi. BBM Malaysia itu harganya Rp 6.500-Rp 7.000 per liter, sama d engan harga di kios eceran.

Tapi sepertinya kualitas BBM Malaysia lebih bagus dari BBM Indonesia. Membeli eceran di kios, kadang harganya pun malah lebih mahal. Jadi, kami mendingan membeli BBM Malaysia, katanya.

Namun nelayan di Sebatik tetap memilih me mbeli di APMS karena harganya lebih murah, Rp 5.000 per liter. Jika membeli Rp 6.500-Rp 7.000 per liter, akan memberatkan secara keuangan. Karena itu harga BBM yang sudah pasti dinaikkan pemerintah, sangat memukul nelayan, juga warga perbatasan.

 

Editor :

Tjahja Gunawan Diredja

Tiada ulasan:

Catat Ulasan