Sabtu, 16 Mac 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Militer Kolombia sita 3,9 ton kokain

Posted: 16 Mar 2013 09:08 PM PDT

Bogota (ANTARA News) - Militer Kolombia menyita 3,9 ton kokain dari Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (Revolutionary Armed Forces of Colombia/FARC) di Cauca, bagian barat-daya negeri itu.

"Tentara menemukan 3,9 ton kokain, dua ton daun koka, lebih dari setengah ton bahan kimia padat, lebih dari 3.000 galon pasokan cairan dan banyak barang yang digunakan dalam pembuatan kokain," demikian laporan militer yang dikutip kantor berita Xinhua pada Sabtu (16/3).

Laporan militer Kolombia menyebutkan, Brigade Khusus Anti-Narkotika bekerja sama dengan Kantor Kejaksaan Agung menemukan kokain itu di laboratorium yang tersembunyi di pedalaman Cauca yang dikenal dengan nama Timbiqui.

Menurut laporan, laboratorium satu lantai dengan luas 500 meter persegi, cukup untuk menampung sampai 70 orang, yang dilengkapi dengan generator listrik, kipas angin, blender industri dan tujuh pompa air itu memiliki kapasitas produksi lebih dari satu ton kokain per hari.

Pusat pengumpulan tersebut berfungsi sebagai sumber dana bagi FARC, yang melakukan kejahatan di berbagai wilayah Valle del Cauca, Cauda dan Narino. Penyitaan akan memberikan pukulan paling keras terhadap keuangan FARC, kata laporan itu.

Penerjemah : Chaidar Abdullah

Ulama Arab Saudi keluarkan peringatan langka soal reformasi

Posted: 16 Mar 2013 08:37 PM PDT

Riyadh (ANTARA News) - Seorang ulama terkemuka Arab Saudi menyampaikan peringatan langka kepada pemerintah bahwa pemerintah bisa menghadapi "percikan kerusuhan" jika masalah tahanan, layanan yang buruk dan korupsi tidak ditangani.

Sheikh Salman Al-Awdah, tokoh konservatif yang dipenjarakan tahun 1994 sampai 1999 karena menganjurkan perubahan politik yang memiliki 2,4 juta pengikut di Twitter, menyampaikan keprihatinannya dalam surat terbuka di media jejaring sosial.

Ia menggambarkan suasana stagnan yang menurut dia disebabkan oleh kurangnya perumahan, masalah pengangguran, kemiskinan, korupsi, sistem pendidikan dan kesehatan yang buruk, nasib buruk tahanan dan ketiadaan prospek reformasi politik.

"Jika revolusi ditindas, mereka akan berubah menjadi aksi bersenjata, dan jika mereka diabaikan maka mereka akan meluas dan menyebar. Penyelesaiannya adalah keputusan bijaksana dan tepat pada waktunya untuk menghindari percikan kerusuhan," demikian tulisan Sheik Salman Al-Awdah yang dikutip Reuters.

Awdah juga menulis bahwa penduduk Saudi "seperti penduduk di seluruh dunia" tidak akan "selalu diam tentang semua atau sebagian" hak mereka.

Masalah tahanan telah membuat sebagian pengikut aliran liberal dan gerakan Islam di Arab Saudi menentang apa yang mereka pandang sebagai pendekatan hukuman untuk keamanan negara.

Sepekan lalu, dua pegiat hak asasi manusia terkemuka dipenjara setelah bertahun-tahun mengkampanyekan masalah itu.

Juru bicara keamanan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi dua hari sebelumnya memperingatkan para pegiat menggunakan Internet untuk mendorong protes di jalan dengan menyebarkan "keterangan palsu".

Kerajaan konservatif yang merupakan sekutu AS di Teluk itu terhindar dari kerusuhan besar yang melanda mayoritas negara Muslim Sunni selama revolusi Arab Spring, setelah Raja Abdullah menjanjikan 110 miliar riyal pengeluaran sosial dan tokoh agama kuat mendukung larangan orang melancarkan protes.

Setiap tanda penentangan terhadap pemerintah diawasi secara seksama di negara pengekspor minyak dunia tersebut sementara demonstrasi kecil makin sering terjadi dalam beberapa bulan belakangan oleh keluarga orang yang ditahan sebagai tersangka pengikut militan Islam.

Penerjemah : Chaidar Abdullah

Tiada ulasan:

Catat Ulasan