Sabtu, 2 Februari 2013

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Pencegahan Kebutaan Perlu Terus Diupayakan

Posted: 02 Feb 2013 08:04 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Promosi kesehatan dan pencegahan kebutaan perlu terus diupayakan dan ditingkatkan. Sebab, 70 persen bahkan lebih kebutaan itu dapat dicegah. Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi saat meresmikan Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center @ Kedoya, Sabtu (2/2/2013), di Jakarta.

Peresmian RS Mata Jakarta Eye Center (JEC) @ Kedoya bertepatan dengan hari ulang tahun ke-29 JEC (1984-2013). Acara tersebut dihadiri Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Supriyantoro, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI Akmal Taher, Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung Hikmat Wangsaatmadja, Ketua Umum Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Nila F Moeloek,  Pendiri Gerakan Mata Hati Panji Wisaksana, serta para delegasi ASEAN Association of Eye Hospital dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Acara dimeriahkan dengan pementasan tarian topeng dan pertunjukan seni lukis pasir.   Nafsiah mengatakan, kebutaan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Diperkirakan 1,5 persen penduduk Indonesia, sekitar 3,6 juta mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan adalah katarak,  glaukoma, kelainan refraksi, gangguan retina, kelainan kornea, dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut.

Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2011 menunjukkan bahwa jumlah pasien rawat jalan untuk penyakit mata adalah  672.168 orang. Berdasarkan data tersebut, dilaporkan pula jumlah gangguan refraksi sebanyak 198.036,  katarak 94.582, dan glaukoma 25.176. Sementara itu, data tahun sebelumnya, SIRS 2010 menunjukkan, penyakit mata termasuk 10 penyakit dengan kunjungan rawat jalan terbanyak di rumah sakit. "Yang paling banyak dilaporkan adalah gangguan refraksi dan akomodasi," kata Nafsiah.

Total ganguan refraksi dan akomodasi sebanyak 180.310 kasus kunjungan atau 1,72 persen dari total kunjungan rawat jalan di rumah sakit yang berjumlah 10.466.415 kunjungan. Dari jumlah tersebut, Provinsi DKI Jakarta menyumbang jumlah terbanyak. "Jumlahnya 46.177 kunjungan dalam setahun," sebut Nafsiah.

Nafsiah mengatakan, masalah gangguan penglihatan perlu mendapat perhatian serius. Pasalnya, gangguan penglihatan pada orang dewasa akan mengganggu produktivitas dan mengurangi kualitas hidupnya. Sementara, gangguan penglihatan pada anak-anak akan sangat mempengaruhi masa depan mereka, tak terkecuali kemampuan mereka menyerap pelajaran.

Menurut Nafsiah, untuk mengatasi permasalahan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia pemerintah berkomitmen mewujudkan visi Mata Sehat tahun 2020. Tujuannya ialah agar setiap warga negara di Indonesia terpenuhi haknya untuk mempunyai penglihatan optimal.

Nafsiah pun mengapresiasi kehadiran RS Mata JEC @ Kedoya sebagai salah satu rumah sakit mata yang memiliki teknologi mutakhir di Indonesia. Rumah sakit mata yang beroperasi sejak 2 April 2012 tersebut sudah melayani sekitar 50.000 pasien rawat jalan dengan 10-15 persen di antaranya menjalani tindakan operasi mata.             "Dengan makin meningkatnya harapan hidup, makin menuanya penduduk Indonesia, juga karena berbagai polusi, perubahan gaya hidup, berbagai penyakit, seperti diabetes, AIDS, dan sebagainya, memang dibutuhkan suatu center excellent dalam kesehatan mata," tuturnya.

Nafsiah pun berharap pihak rumah sakit memberikan pelayanan terbaik kepada semua masyarakat, terutama masyarakat yang tidak bisa datang ke Jakarta. Selain itu, pihak rumah sakit diharapkan terus melakukan upaya promosi kesehatan dan pencegahan kebutaan.

Direktur Utama JEC @ Kedoya Darwan M Purba mengatakan, tindakan promosi kesehatan dan pencegahan kebutaan bagi masyarakat sudah dilakukan melalui berbagai kegiatan seminar. "Melalui seminar-seminar itu masyarakat diberitahu bagaimana harus menjaga kesehatan mata," katanya.

Kontribusi JEC pada masyarakat juga diwujudkan dalam bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berupa operasi katarak gratis. Kegiatan CSR operasi katarak gratis dilakukan bekerjasama dengan berbagai organisasi, seperti Gerakan Mata Hati.

Setiap tahun JEC menjalankan 2-3 kali aktivitas CSR operasi katarak gratis dengan jumlah 50-100 penderita per kegiatan. Menurut Purba, kegiatan CSR operasi katarak gratis sudah dilangsungkan sejak JEC berdiri. "Ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan untuk membantu program pemerintah memerangi kebutaan di Indonesia yang masih sangat memprihatinkan," ungkapnya.

Anis Matta Tak Mau Lagi Bicara soal Konspirasi

Posted: 02 Feb 2013 07:17 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta mengatakan tak ingin lagi membahas soal tudingan konspirasi yang sempat dilontarkannya. Tudingan yang dimaksud adalah dugaan adanya konspirasi dalam kasus dugaan suap impor daging sapi yang menjerat mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Sebelumnya, dalam pidato politik pertama setelah ditetapkan sebagai presiden baru PKS, Anis menyatakan bahwa penetapan tersangka terhadap Luthfi Hasan adalah bagian dari konspirasi besar yang ingin menghancurkan partainya.

"Saya tidak mau memikirkan itu lagi. Sekarang saya mau mengurus diri saya dulu dan partai saya untuk berbenah dulu. Saya tidak peduli dengan apa yang dilakukan orang kepada saya, tapi saya lebih peduli apa yang saya lakukan," ujar Anis, Sabtu (2/2/2013), di Kantor DPP PKS, Jakarta.

Menurut Anis, fokus utamanya saat ini adalah menjaga moral kader PKS. Ia menyatakan, PKS akan menyerahkan kasus Luthfi Hasan sepenuhnya kepada tim kuasa hukum. "Saya juga melarang semua pengurus untuk terlibat membicarakan masalah ini. Saya mohon pengertian teman-teman media tidak lagi menanyakan ini kepada pengurus kecuali ke tim pengacara yang sudah kami bentuk," ujarnya.

Bertolak belakang

Pernyataan sikap Anis itu bertolak belakang dari pidato politiknya, Jumat. "Yang dihadapi PKS adalah sebuah konspirasi besar yang bertujuan menghancurkan partai ini," kata Anis dalam pidato politiknya. 

Anis mengatakan, peristiwa tersebut akan menjadi hentakan sejarah bagi PKS untuk bangkit. "Ini adalah hentakan sejarah yang membangunkan macan tidur PKS," ujar Anis yang sempat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKS dan Wakil Ketua DPR.

Ia yakin bahwa cobaan yang dihadapi PKS kali ini adalah sebuah isyarat untuk berbenah diri dan kebangkitan partai. Anis mengaku tugas-tugasnya ke depan bersama pengurus PKS lain tidaklah mudah. Ia berharap agar persoalan yang menimpa PKS bisa segera berlalu.

"Saya percaya dengan pertolongan Allah tidak ada satu pun kekuatan di negeri ini yang bisa menghancurkan gerakan PKS. Tidak akan," ujar Anis.

Tersandung kasus sapi

Seperti diberitakan, Luthfi Hasan Ishaaq, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging sapi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia lalu ditangkap pada Kamis seusai memimpin rapat di kantor PKS. Sehari kemudian, Luthfi menyatakan mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden PKS.

Dalam kasus dugaan suap impor daging sapi ini, KPK menetapkan tiga tersangka lainnya, yakni orang dekat Luthfi, Ahmad Fathanah, serta dua direktur PT Indoguna, yakni Arya Abdi Effendi dan Juard Effendi. Luthfi dan Fathanah diduga menerima suap terkait kebijakan impor sapi dari dua Direktur PT Indoguna tersebut.

Penetapan Luthfi sebagai tersangka tersebut berawal dari operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK, Selasa malam. Dari situ, KPK mengamankan empat orang, yakni Ahmad Fathanah, Arya Abdi Effendi, Juard Effendi, dan seorang wanita bernama Maharani.

Bersamaan dengan penangkapan tersebut, KPK menyita uang Rp 1 miliar yang disimpan dalam kantong plastik dan koper. Keempatnya lalu diperiksa seharian di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta.

Melalui proses gelar perkara, KPK menyimpulkan ada dua alat bukti yang cukup untuk menetapkan Luthfi sebagai tersangka. Informasi dari KPK menyebutkan, uang yang dijanjikan PT Indoguna terkait kebijakan impor daging sapi ini mencapai Rp 40 miliar. Adapun uang Rp 1 miliar yang ditemukan saat penggeledahan tersebut, diduga hanya uang muka.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Skandal Suap Impor Daging Sapi

Editor :

Inggried Dwi Wedhaswary

Tiada ulasan:

Catat Ulasan