Sabtu, 19 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Vendor Eropa Lirik PT LEN Kerjakan MRT Singapura

Posted: 19 Jan 2013 10:51 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Vendor persinyalan asal Eropa, Thales, mengajak bekerja sama pada PT LEN Industri untuk mengerjakan proyek MRT Singapura yang akan digarapnya.

Thales sendiri, ditunjuk sebagai pemenang tender modernisasi sistem persinyalan MRT Singapura koridor North-South Line dan East-West Line.

Menurut Kepala Bagian Hukum dan Humas PT LEN Industri, Wargita, ketertarikan vendor Eropa untuk mengajak PT LEN bekerja sama, berawal pada 2007. Saat itu, LEN dipercaya oleh Siemens untuk membantu mengerjakan proyek modifikasi persinyalan MRT di Stasiun Bishan Singapore.

Pekerjaan modifikasi ini, kata dia, terkait penambahan perangkat PSD (Platform Screen Door) di stasiun yang dijadikan interchange dengan koridor Circle Line yang merupakan koridor baru saat itu. ''Ternyata, hasil pekerjaannya sangat memuaskan dan mendapat apresiasi yang tinggi dari LTA (Land Transport Authority) Singapura,'' ujar Wargita dalam Pers Rilisnya, Ahad (20/1).

Sejak saat itu, sambung dia, tanpa diminta LEN selalu dipromosikan kepada para vendor yang akan mengerjakan proyek terkait persinyalan MRT di Singapura. Salah satunya, Thales.

Thales, kata dia, tertarik untuk melakukan kerja sama dengan LEN untuk lingkup pekerjaan desain perangkat dan pabrikasi perangkat pengontrol persinyalan moderen berbasis teknologi CBTC (Communication Based Train Control). Yakni, menggantikan sistem lama yang sudah terpasang lebih dari 20 tahun.

CBTC, kata dia, merupakan teknologi terkini untuk mengontrol sistem kereta api terutama jenis urban transport seperti MRT. Teknologi ini berdasarkan standard IEEE 1474 yang menggabungkan antara sistem ATC (Automatic Train Control) dan deteksi posisi KA dengan resolusi tinggi berbasis radio. ''Teknologi ini, rencananya akan diterapkan juga pada MRT Jakarta,'' tutur Wargita.

ATC sendiri, lanjut dia, merupakan gabungan dari tiga sistem utama, yaitu ATP (Automatic Train Protection) sebagai sistem pengaman yang menghindarkan dari kejadian tabrakan, ATS (Automatic Train Supervisory) untuk menggantikan posisi PPKA untuk mengatur rute perjalanan secara otomatis, dan ATO (Automatic Train Operation) sebagai pengganti masinis yang mengatur kecepatan kereta pada batas kecepatan yang ditentukan oleh ATP dengan memperhitungkan kenyamanan penumpang.

Ekspor Perikanan Mulai Terganggu Cuaca Ektrem

Posted: 19 Jan 2013 10:37 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor perikanan mulai terganggu banjir. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Saut Hutagalung, mengatakan ekspor dari Jakarta, khususnya Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru Jakarta terganggu sejak Kamis (17/1).

Sejak Kamis lalu, kata Saut, listrik PLN terputus dari pelabuhan itu. Rata-rata, sebanyak 200-250 ton ikan/hari biasa diekspor dari pelabuhan ini melalui udara atau Tanjung Priuk. Per tahun, ekspor dari PPS Nizam Zachman berkontribusi hingga  160 juta Dolar per tahun.

"Mungkin (pemadaman listrik PLN) ini tindakan pengamanan dari resiko sengatan listrik," ujar Saut, kemarin. Ia mengatakan kegiatan pengolahan ikan umumnya hanya dilakukan oleh Unit Pengolahan Ikan (UPI) yg memiliki genset.

Akses jalan masuk ke kawasan pelabuhan juga sulit dilalui karena ketinggian air mencapai 50-120 cm. Hal ini menyebabkan truk kontainer tidak bisa lewat.

Saut memperkirakan kegiatan pengolahan belum bisa dilakukan hingga lima hari mendatang. Pasalnya, kalaupun banjir sudah surut, perlu waktu untuk membersihkan kawasan pabrik sehingga bisa beroperasi kembali.

Banjir dan gelombang ini menurunkan produksi ikan laut mencapai 30-50 persen. Penurunan produksi terjadi di beberapa pelabuhan lain di pulau Jawa. Banjir, kata saut juga mengganggu transportasi ikan ke pasar dan kota.

Saut mengatakan, pasokan ikan laut yang menurun ini bisa diisi dari pasokan ikan terutama dari cold storage dan ikan air tawar. Setelah air surut, Saut mengatakan pelayanan di pelabuhan harus segera diperbaiki, terutama untuk pelayanan laboratorium uji mutu (LPPMHP) DKI Jakarta.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), Thomas Darmawan, mengatakan meskipun ekspor dari Jakarta terganggu, menurut dia hal ini belum sampai mengganggu kinerja ekspor ikan secara nasional.

Pasalnya, ekspor masih bias dilakukan melalui pelabuhan lain seperti dari Surabaya, Makassar. Lagipula, menurut dia ekspor melalui Jakarta cenderung lebih sedikit dibandingkan pelabuhan lain. "Memang ada gangguan di Jakarta, tapi ekspor masih bisa melalui pelabuhan lain," kata Thomas, saat dihubungi, Ahad.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan