Selasa, 11 September 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


Taman Nasional Merbabu Terbakar

Posted: 11 Sep 2012 08:11 AM PDT

Kebakaran Hutan

Taman Nasional Merbabu Terbakar

Penulis : Amanda Putri Nugrahanti | Selasa, 11 September 2012 | 15:11 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com- Sekitar lima hektar lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM), Selasa (11/9/2012), terbakar. Hingga kini tim SAR, relawan, dan masyarakat peduli api (MPA) masih berupaya memadamkan api.

Kepala BTNGM Seksi I Kopeng, Marawayan, mengatakan, kebakaran mulai terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, tepatnya di Dusun Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kebakaran terjadi di sekitar pos pendakian pertama.

Wayan memperkirakan, luas lahan yang terbakar sekitar lima hektar, dan hingga kini masih berupaya dipadamkan. "Sudah ada sekitar 30 orang yang naik ke atas untuk memadamkan api," kata Wayan.

Penyebab kebakaran diduga karena aktivitas warga setempat yang membuat arang di sekitar lokasi TNGM. Karena situasi hutan sangat kering, maka percikan api sekecil apa pun tetap berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran.

Editor :

Marcus Suprihadi

Kelas Rusak, Puluhan Siswa Belajar di Mushala

Posted: 11 Sep 2012 08:00 AM PDT

Kelas Rusak, Puluhan Siswa Belajar di Mushala

Penulis : Kontributor Surakarta, M Wismabrata | Selasa, 11 September 2012 | 15:00 WIB

SRAGEN, KOMPAS.com - Atap kelas bolong dan rusak, puluhan siswa di Sragen terpaksa mengungsi dan belajar di mushala sekolah. Siswa kelas tiga Sekolah Dasar Pelemgadung Karangamalang, Sragen, tampak serius meski harus belajar lesehan di lantai mushala yang hanya berukuran 8 kali 5 meter persegi.

Sebanyak 34 siswa harus berbagi dengan rekan mereka saat mengikuti pelajaran dari guru. Tampak beberapa siswa membawa meja kecil dari rumah untuk lebih memudahkan menulis. Namun tidak semua siswa membawa meja kecil, jadi mereka pun berbagi dengan siswa lain.

Atap di dua ruang kelas, kelas 3 dan 1 serta satu ruang laboratorium komputer, terpaksa disangga dengan bambu agar tidak roboh. Kondisi kayu yang sudah rapuh karena dimakan rayap, membuat sekolah tidak mau ambil risiki untuk menggunakan tiga ruang tersebut. Atap kelas yang sudah berlubang dan rapuh, membuat kondisi balajar mengajar terhambat karena para siswa harus bergiliran menggunakan di ruang kelas dua yang masih utuh. Siswa kelas satu harus berbagi dengan kelas 2.

"Untuk kelas satu, bergiliran dengan kelas 2. Kita pun membagi jamnya, misalnya kelas satu masuk jam 7.15 sampai pukul 10.00, lalu kelas 2 baru masuk pukul 10.00 sampai 12.30," kata Ning Rahayu, kepala SD Pelemgadung.

Sedangkan untuk ruang laboratorium komputer beserta peralatan komputer dipindahkan sementara di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Pihak sekolah berharap ada perbaikan segera dari pemerintah agar aktivitas belajar mengajar bisa berjalan normal.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan