Rabu, 29 Ogos 2012

KOMPAS.com - Regional

KOMPAS.com - Regional


20.000 Hektar Sawah Terancam Tak Bisa Ditanami

Posted: 29 Aug 2012 07:50 AM PDT

20.000 Hektar Sawah Terancam Tak Bisa Ditanami

Penulis : Defri Werdiono | Rabu, 29 Agustus 2012 | 14:50 WIB

BANJARMASIN, KOMPAS.com — Bila daerah lain mengalami kekeringan pada masim kemarau, di Kalimantan Selatan justru sebaliknya. Sekitar 20.000 hektar lahan sawah lebak di Kalsel terancam tidak bisa tanam bila permukaan air tidak kunjung surut dalam beberapa pekan ke depan.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Aus Alkausar, Rabu (29/8/2012), mengatakan, biasanya sawah lebak sudah tertanami padi bulan September. Namun, sampai akhir Agustus ini masih banyak yang belum ditanami padi. Potensi lebak di Kalsel mencapai 140.000 hektar.

Sampai akhir Agustus masih ada lahan sawah lebak yang airnya belum surut. Jadi, kemungkinan waktu tanamnya mundur. "Harapannya musim hujan tidak segera datang. Jika datang, peluang tanamnya tertutup lagi," ujarnya di Banjarmasin.

Editor :

Tjahja Gunawan Diredja

Replika dari Sampah Kertas Laku hingga Rp 1 Juta

Posted: 29 Aug 2012 07:26 AM PDT

LUWU TIMUR, KOMPAS.com -- Sampah kertas dan plastik bisa dijadikan sesuatu yang bernilai tinggi oleh tangan-tangan kreatif. Seperti yang dilakukan Hasan Basri, salah seorang warga di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Hasan mampu menyulap sampah kertas dan plastik menjadi karya seni yang indah dan bernilai ekonomi.

Jika kita berkunjung ke Desa Nike Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, alangkah baiknya sejenak meilhat aktivitas usaha sampah daur ulang yang diolah menjadi berbagai macam karya oleh kelempok usaha kecil menengah (UKM) Sorowako Green Community. Dengan menempati sebuah ruangan yang berukuran sedang, Hasan Basri bersama 3 orang rekannya mengolah sampah kertas dan plastik bekas menjadi karya seni.

Setiap harinya Hasan dan ketiga rekannya berbagi tugas sesuai keahliannya masing-masing. Ada yang bertugas memilah sampah kertas dan plastik yang kemudian digiling dengan menggunakan mesin blender jus. Sementara yang lainnya mencetak adonan yang telah halus diblender di atas mal berbagai macam replika.

Setelah bahan adonan kering dan berbentuk mengikuti struktur mal cetakan, lalu dihaluskan dan selanjutnya diberikan warna cat dengan cara disemprot. Hasilnya pun sangat luar biasa, berbagai macam replika dapat kita lihat di ruang ini, mulai dari amplop, lukisan, perahu tradisional, guci, topi, keris, hingga replika hewan yang terlihat sangat mirip dengan bentuk aslinya.

"Ide pembuatan daur ulang ini saya dapatkan dari internet, kemudian saya kembangkan sekitar 2 tahun lalu setelah mendapat suntikan dana CSR dari perusahaan tambang nikel PT. Vale, yang beroperasi di kampung kami," ungkap Hasan Basri, pendiri UKM SGC, Rabu (29/8/2012).

Dengan replika kualitas bagus, harga dari hasil karya yang dihasilkan Hasan bersama 3 orang rekannya pun tidak keci. Ada replika yang dihargai hingga Rp 1 juta dan termurah Rp 250ribu.

Menurut Hasan, harga disesuaikan tingkat kesulitan pembuatan. Misalnya, replika perahu tradisional masyarakat Matano, serta lukisan timbul dijual dengan harga Rp 1 juta karena pembuatannya sangat sulit. Sementara replika guci, keris dan hewan rusa harganya bervariasi dari Rp 250 ribu hingga 800 ribu.

Menurutnya, walaupun ukura replika itu cukup besar dan menggunakan bahan cukup banyak, namun harganya bisa murah karena membuatnya tidaklah susah. Selama ini karya daur ulang dari sampah kertas dan plastik yang dihasilkan Hasan bersama 3 rekannya, sering mengikuti pameran dan lomba tingkat daerah, provinsi hingga nasional. Bahkan dia telah beberapa kali mendapat penghargaan di tingkat nasional sebagai hasil karya UKM terbaik.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan