Selasa, 7 Ogos 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pria bersenjata serang pos pemeriksaan Sinai, Mesir

Posted: 07 Aug 2012 07:14 PM PDT

Kairo (ANTARA News) - Beberapa pria bersenjata, Rabu, melepaskan tembakan ke satu pos pemeriksaan di Kota Al-Arish di semenanjung Sinai, Mesir.

Beberapa hari sebelumnya, 16 penjaga perbatasan ditembak hingga tewas dalam satu serangan yang sebagian diduga dilakukan oleh gerilyawan garis keras Palestina.

Serangan itu terjadi di dekat tempat penyeberangan perbatasan Rafah, tempat perbatasan Mesir, Israel dan Jalur Gaza bertemu.

Baku tembak berlanjut hingga Rabu dinihari tapi belum ada laporan mengenai korban, kata kantor berita resmi Mesir, MENA.

"Beberapa pria tak dikenal yang bersenjata melepaskan tembakan ke satu pos pemeriksaan di jalan utama antara Al-Arish dan Rafah --kota yang berada di perbatasan antara Mesir dan Israel," kata MENA dalam laporan yang juga disiarkan oleh stasiun resmi.

Penguasa Jalur Gaza, HAMAS, mengutuk serangan terhadap satu pos perbatasan Mesir sehingga menewaskan sebanyak 16 orang, Ahad (5/8).

"HAMAS mengutuk kejahatan keji ini, yang menewaskan sejumlah prajurit Mesir dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban dan pemimpin serta rakyat Mesir," kata kelompok itu dalam satu pernyataan.

Beberapa sumber mengatakan satu kendaraan lapis baja dicuri dari tempat kejadian. Satu sumber keamanan, sebagaimana dikutip MENA, mengatakan para penyerang berusaha melarikan diri dari lokasi kejadian dengan menggunakan dua kendaraan ke Jalur Gaza.

Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan para penyerang membajak dua kendaraan dan bergerak menuju wilayah Israel di dekat pos penyeberangan Kerem Shalom.

Mesir lalu menutup pos penyeberangan Rafah dengan Jalur Gaza, setelah serangan terhadap pos pemeriksaan keamanan.

Serangan itu terjadi tak lama setelah Matahari terbenam, saat orang menikmati buka puasa, ketika tentara tiba-tiba diserang oleh beberapa pria bertopeng yang bersenjata.

(C003)

Bashar didukung Iran, militer gempur gerilyawan di Aleppo

Posted: 07 Aug 2012 07:05 PM PDT

Aleppo, Suriah (ANTARA News) - Iran telah menawarkan dukungan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad sementara pasukannya berusaha menaklukkan gerilyawan di Kota Aleppo, Suriah utara.

Bashar berusaha memulihkan wewenangnya setelah mengalami kemunduran besar dalam protes 17-bulan dengan puncaknya pembelotan perdana menterinya pada Senin (6/8).

Ia tampil di TV dalam pertemuan Selasa dengan seorang pejabat senior dari sekutu utamanya di wilayah tersebut.

Itulah tayangan pertama pemimpin yang berusia 46 tahun itu selama dua pekan.

Penampilan itu isiarkan sehari setelah perdana menteri baru sementara ditayangkan televisi sedang memimpin pertemuan kabinet yang diselenggarakan secara tergesa-gesa.

Penayangan tersebut diduga untuk membantah laporan bahwa menteri lain telah membelot bersama dengan perdana menteri Riyad Hijab.

Saeed Jalili, pemimpin Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengatakan Iran takkan membiarkan kemitraan eratnya dengan pemimpin Suriah terguncang oleh aksi perlawanan dan permusuhan eksternal, demikian laporan Reuters di Jakarta, Rabu pagi.

"Iran takkan membiarkan poros perlawanan, dan Suriah dianggap sebagai bagian penting, pecah karena apa pun," kata Jalili sebagaimana dikutip televisi Suriah.

"Poros perlawanan" merujuk kepada persekutuan anti-Israel Iran yang berpaham Syiah dengan penguasa Suriah, kelompok Alawi, salah satu cabang aliran Syiah, dan kelompok gerilyawan Syiah di Lebanon, Hizbullah, yang terlibat perang satu bulan melawan Israel pada 2006, dengan dukungan Iran dan Suriah.

Damaskus dan Teheran menganggap negara Suni di Teluk dan Turki --semuanya sekutu Amerika Serikat dan Eropa-- bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Suriah dengan mendukung gerilyawan Sunni.

Negara Barat yang bersimpati pada gerilyawan prihatin kelompok anti-Barat dapat meraih keuntungan dari kemenangan pasukan anti-Bashar.

Kantor berita Iran, Fars, melaporkan Jalili memberitahu Bashar bahwa Iran siap memberi bantuan kemanusiaan kepada Suriah.

Dalam satu kunjungan untuk memperbaiki hubungan ke Turki, Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengatakan ia ingin bekerja sama dengan Ankara guna menyelesaikan krisis tersebut.

Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan menggambarkan sebagai "mengkhawatirkan" komentar yang dikeluarkan Senin (6/8) oleh jenderal senior Teheran, yang menyalahkan Turki, Arab Saudi dan Qatar atas pertumpahan darah di Suriah.
(ANT)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan