Ahad, 3 Jun 2012

Republika Online

Republika Online


Sering Deg-degan? Hati-hati Stroke Mengintai!

Posted: 03 Jun 2012 09:04 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap orang harus waspada jika denyut jantung sering tidak teratur atau bahkan ada denyut yang hilang, karena ternyata bisa saja hal itu merupakan gangguan irama jantung yang berpotensi untuk memicu serangan stroke.

Kepala Divisi Aritmia di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Yoga Yuniardi, SpJP(K) mengatakan kejadian stroke yang sering tidak diketahui penyebabnya bisa disebabkan oleh fibrilasi atrium yakni salah satu jenis gangguan irama jantung yang tidak terdeteksi sebelumnya.

"Secara teknis stroke disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak, sehingga fungsi otak bisa hilang sebagian atau seluruhnya secara cepat," kata Yoga dalam sebuah seminar di Jakarta.

Hal itu dimungkinkan karena pada jenis stroke iskemik (non-hemoragik), bekuan darah yang terbentuk pada pembuluh darah (trombosis) atau pada tempat lain dan mengikuti aliran darah (emboli) yang juga menyuplai darah ke jaringan otak.

"Berbeda dengan penderita stroke hemoragik, yang disebabkan oleh robeknya dinding pembuluh darah perdarahan di otak atau pada permukaan otak, kasus ini hanya diderita oleh sekitar 15-20 persen penderita," kata Yoga.

Saat ini ada sekitar 10-15 juta penderita gangguan irama jantung (fibrilasi atrium/FA) yang seluruhnya berpotensi terkena stroke dengan risiko yang terus meningkat seiring bertambahnya usia, katanya.

Menurut Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2007, stroke merupakan penyebab kematian terbesar penduduk Indonesia berusia lebih dari 5 tahun, yaitu 15,4 persen dari jumlah kematian penduduk Indonesia dengan rata-rata kejadian stroke di 33 provinsi di Indonesia sebesar 0,8 persen dengan kisaran 1,66 persen di Aceh dan 0,38 persen di Papua.

"Pembekuan dan penggumpalan darah (tromboemboli) adalah persoalan paling besar bagi pasien dengan fibrilasi atrium (FA) karena mereka berpotensi lima kali lebih besar terkena stroke, belum termasuk berbagai pemicu stroke lain seperti diabetes atau hipertensi," kata Yoga.

Selain itu, ia juga memaparkan bahwa penderita stroke dengan FA berpotensi mengalami dampak yang lebih parah dengan rekurensi dan resiko kematian yang juga lebih tinggi.

 "Pengulangan serangan (frekurensi) pada penderita FA adalah 6,9 persen sementara pasien tanpa FA hanya 4,7 persen, memang dari angka tidak terlalu signifikan tetapi serangan stroke juga dipicu oleh berbagai faktor lain, bukan hanya FA saja," katanya.

Beberapa faktor risiko pada penderita FA di antaranya adalah pasien lebih tua dari 60 tahun, penderita diabetes, memiliki tekanan darah yang tinggi, mempunyai penyakit jantung koroner atau pernah mengalami serangan jantung.

Sementara penderita gagal jantung, kelainan jantung bawaan, dan penyakit jantung struktural yang pernah mengalami operasi jantung terbuka juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena FA.

"Hal itu juga berlaku pada penderita tiroid, penyakit paru menahun, kelainan tidur yang menyebabkan lupa bernafas (sleep apnea), serta orang yang mengkonsumsi alkohol atau kopi secara berlebihan," katanya.

Menurut Yoga, FA sebenarnya tidak secara langsung berhubungan dengan gaya hidup penderita, tetapi beberapa faktor risiko lain seperti hipertensi dan diabetes tentunya dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan si penderita.

Demi Bunaken, AS Rela Kucurkan Jutaan Dolar, Mengapa?

Posted: 03 Jun 2012 08:02 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO---Pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan dana sebesar Rp 7 juta dolar AS untuk membantu nelayan di kawasan Taman Nasional Bunaken, Provinsi Sulawesi Utara.

"Kami telah melakukan kerja sama di bidang lingkungan dengan pemerintah Indonesia dan khususnya di area Taman Nasional Bunaken selama 1997-2003," kata Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kristen Bauer, saat mengunjungi Taman Nasional Bunaken di Manado.

Dia mengatakan anggaran sebesar ini dimanfaatkan untuk membantu nelayan dalam melakukan budi daya ikan untuk menopang kehidupan keseharian.

Selain itu, nelayan bersama-sama dengan instansi terkait melakukan patroli dalam kawasan taman nasional untuk memastikan masyarakat melakukan aktivitas di tempat yang tepat.

"Kami juga ingin memastikan apakah sistem yang telah terbangun sejak lama masih berkelanjutan? Apakah nelayan masih melindungi dan menjaga kelestarian lingkungannya sambil terus melakukan budi daya," ungkapnya.

Kristen memberikan apresiasi untuk semua agensi yang secara bersama-sama melakukan kegiatan konservasi untuk memastikan ketersediaan ikan serta kelestarian terumbu karang.

Dia berharap, ada terobosan baru dalam meningkatkan pendapatan sehingga membantu mempertahankan terumbu karang serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Apakah bisa dinaikkan biaya kunjungan wisatawan sehingga hanya sedikit divers yang datang namun uang yang didapat lebih banyak. Mudah-mudahan menejemen dapat menemukan sebuah solusi perbaikan," ungkapnya.

Berkaitan dengan peningkatan kesadaran pengunjung ke Taman Nasional Bunaken, manajemen Dewan Pengelola Taman Nasional Bunaken (DPTNB) diharapkan bisa bekerja sama dengan lembaga pendidikan dasar.

Selain itu, memberikan pemahaman kepada turis sebelum mereka datang ke Bunaken. "Hal ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dan kesadaran agar mereka dapat membuang sampah pada tempatnya," katanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan