Khamis, 31 Mei 2012

Sindikasi international.okezone.com

Sindikasi international.okezone.com


Petinggi Militer Iran Kunjungi Pulau Abu Musa

Posted: 31 May 2012 06:03 AM PDT

TEHERAN - Komandan Garda Revolusi Iran Mohammad Ali Jafari dilaporkan melakukan kunjungan ke tiga pulau yang menjadi sengketa antara Iran dan Uni Emirat Arab (UEA). Kunjungan ini pun menjadi yang pertama kalinya bagi seorang petinggi militer Iran.

Televisi nasional Iran mengatakan Jenderal Mohammad Ali Jafari melakukan kunjungan ke Pulau Abu Musa serta dua pulau lainnya yang juga diklaim oleh UEA sebagai bagian dari kedaulatannya. Selain Jenderal Jafari, Ketua Angkatan Laut (AL) Garda Revolusi Iran Laksamana Ali Fadavi dilaporkan juga turut serta dalam kunjungan tersebut. Demikian diberitakan Associated Press Kamis, (31/5/2012).

Sengketa Pulau Abu Musa kembali mencuat setelah Presiden Mahmud Ahmadinejad melakukan kunjungan ke pulau-pulau itu pada awal April lalu. Kunjungan Presiden Ahmadinejad itu pun menuai protes dari sejumlah Negara-negara Teluk. Presiden Iran itu dinilai telah memperpanas sengketa dengan UEA melalui kunjungannya ke pulau-pulau tersebut.

Namun, kabar itu dibantah Iran. Menurut Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ramin Mehmanparast konflik atas ketiga pulau tersebut tidak lain merupakan bagian dari konspirasi Israel untuk mengobarkan perselisihan antar negara-negara di kawasan Teluk.

Teheran sempat menegaskan pihaknya bersedia melakukan pertemuan dengan UEA untuk menyelesaik pertikaian atas ketiga pulau tersebut. Namun, pembicaraan itu tidak ditujukan untuk mencapai kesepakatan apapun melainkan, Iran hanya akan menjelaskan silang sengketa yang dinilai hanyalah sebuah bentuk kesalahpahaman semata.

Pernyataan lebih keras pernah disampaikan oleh Iran melalui Panglima Angkatan Darat (AD) Brigadir Jenderal Ahmadreza Pourdastan. Petinggi militer Iran itu mengatakan, jika upaya diplomasi gagal dilaksanakan untuk mengakhiri sengketa wilayah maka Iran siap mengerahkan kekuatan militernya.(rhs)

Korsel Tangkap Dua Mata-Mata Korut

Posted: 31 May 2012 05:03 AM PDT

SEOUL - Dua orang warga Korea Selatan (Korsel), termasuk diantaranya seorang pebisnis di Selandia Baru ditangkap karena dicurigai mengumpulkan data intelijen peralatan militer bagi kepentingan Korea Utara (Korut). Otoritas setempat mengatakan, keduanya ditangkap sejak awal Mei lalu.

Kedua warga Korsel itu diketahui bernama Lee yang berusia 74 tahun dan Kim yang berusia 56 tahun, diketahui merupakan warga negara Selandia Baru. Pasangan ini pun kabarnya terlibat dalam hubungan dagang dengan Korut. Demikian diberitakan AFP, Kamis, (31/5/2012).

Menurut otoritas setempat Lee sebelumnya pernah ditahan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas dakwaan melakukan tindakan spionase pada 1972. Namun, ia segera dilepaskan pada 1990 setelah mengajukan pembebasan bersyarat. Meski sempat ditahan ternyata kesetiaan Lee kepada Korut tidak pudar karena terbukti ia kembali melakukan tindakan yang sama.

"Keduanya (Lee dan Kim) telah mengumpulkan informasi terkait dengan peralatan serta perlengkapan militer yang dapat menganggu sinyal Global Positioning System (GPS). Selain itu mereka juga melakukan pertemuan dengan seseorang yang dicurigai sebagai agen dari Korut pada Juli lalu di Kota Dandong, perbatasan China," ujar penyelidik.

Pihak penyelidik pun mengatakan, mereka telah mengamankan barang bukti terkait dengan tindakan spionase yang dilakukan oleh Lee dan Kim.

"Kami telah mendapatkan bukti bahwa mereka melakukan tindakan pengumpulan informasi intelijen atas peralatan militer yang sensitif. Namun, belum diketahui apakah informasi yang telah mereka dapatkan sudah diberikan kepada orang yang dicurigai sebagai agen Korut tersebut," ujar penyelidik.

Selama ini Korsel dilaporkan kerap melakukan penangkapan atas sejumlah orang yang ditengarai terlibat dalam tindakan mata-mata demi kepentingan tetangganya, Korut. Pemerintah Korsel sendiri telah mengancam akan menjatuhkan hukuman mati atas para pelaku tindakan spionase meski pada kenyataannya hukuman ini tidak pernah diberlakukan sejak 1997.

Kasus GPS ini merupakan kasus spionase terakhir yang terjadi antar kedua negara tetangga yang sejak lama berseteru ini. Dimana Korsel menuding Korut telah mengirimkan sinyal yang dirancang untuk mengacaukan sistem GPS ratusan kapal dan pesawat sipil di Korsel pada 28 April hingga 13 Mei lalu.

Menurut Seoul, sinyal yang menganggu sistem GPSnya ini berasal dari Kota Kaesong di Korut. Namun, tuduhan Korsel itu dibantah Korut. Negara komunis itu balik menuding, pernyataan Korsel itu sebagai bentuk fitnah dan kebohongan belaka.(rhs)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan