Sabtu, 11 Februari 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Wisatawan Prancis ke Bali naik 7,06 persen

Posted: 10 Feb 2012 08:26 PM PST

Mereka sebagian besar datang melalui Bandara Ngurah Rai Bali dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya, hanya 58 orang lewat pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar.

Berita Terkait

Denpasar (ANTARA News) - Bali menerima kunjungan wisatawan Prancis sebanyak 111.491 orang selama 2011, atau meningkat 7,06 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya tercatat 104.142 orang.

"Mereka sebagian besar datang melalui Bandara Ngurah Rai Bali dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya, hanya 58 orang lewat pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Gede Suarsa, MSI di Denpasar, Sabtu.

Peningkatan yang cukup signifikan itu menjadikan Prancis naik peringkat dari menempati urutan kesembilan menjadi urutan ketujuh dari sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Bali, tutur Gede Suarsa.

Kondisi itu menjadikan Prancis mampu memberikan kontribusi sebesar 3,94 persen dari total wisman berkunjung ke Bali sebanyak 2,82 juta orang selama 2011.

Hal itu mengalami peningkatan sebesar 9,73 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 2,57 juta orang.

Prancis merupakan salah satu pasaran potensial pariwisata Bali, sehingga upaya promosi ke negara itu perlu lebih diintensifkan, antara lain melalui misi kesenian., dengan harapan mampu menarik minat masyarakat negeri itu untuk berlibur ke Pulau Dewata, harap Gede Suarsa.

Tim kesenian Bali yang beranggotakan sekitar 30 seniman tabuh dan tari itu menurut Ketua Yayasan Yasa Putra Sedana, Payangan Gianyar, Dewa Rai Budiasa pernah mengadakan lawatan ke Perancis pada Agustus 2011 untuk ikut ambil bagian dalam atraksi budaya akbar pawai mobil hias dengan bunga-bunga indah.

Tim kesenian Bali mendapat kehormatan untuk bisa mengisi acara budaya yang sudah dikenal masyarakat internasional, sejajar dengan tim kesenian dari negara lain di belahan dunia.

Kehadiran tim kesenian Bali mendapat perhatian besar dari masyarakat internasional, sehingga secara tidak langsung sebagai sarana promosi pariwisata Bali.

Gede Suarsa menambahkan, dari sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Bali, sembilan negara di antaranya mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, hanya satu negara menunjukkan adanya penurunan.

Kesembilan negara yang masyarakatnya semakin banyak berliburan ke Bali selain Prancis juga Australia sebesar 22,85 persen dari 641.979 orang menjadi 788.664 orang dan China 20,28 persen dari 196.925 orang menjadi 236.867 orang.

Demikian juga Malaysia naik 8,13 persen dari 156.946 orang menjadi 169.707 orang, Taiwan 5,69 persen dari 122.271 orang menjadi 129.226 orang dan Korea Selatan 1,56 persen dari 124.762 orang menjadi 126.702 orang.

Singapura naik 14,09 persen dari 97.429 orang menjadi 111.153 orang, Inggris 6,68 persen dari 96.536 orang menjadi 102.969 orang dan Amerika Serikat 29,86 persen dari 68.977 orang menjadi 89.573 orang.

Satu-satu negara yang masyarakatnya berkurang ke Bali adalah Jepang sebesar 25,62 persen dari 245.212 orang selama tahun 2010 menjadi 181.385 orang, tutur Gede Suarsa.

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Praktisi: daerah perlu buat undang-undang cagar budaya

Posted: 10 Feb 2012 07:27 PM PST

Penari cilik menarikan Tari Piriang (Piring) saat pembukaan Pergelaran Seni se- Sumatera (PPSS) XIV 2011 di Taman Budaya Sumbar, di Padang, Sumbar, Rabu (23/11). Pergelaran yang berlangsung 21 -24 November 2011 tersebut bertujuan sebagai barometer pembinaan dan pengembangan kesenian Sumatera dan meningkatkan apresiasi seni sekaligus forum komunikasi seniman se-Sumatera. (FOTO ANTARA/Arif Pribadi)

Dari inventarisasi dan data Balai Pelestarian Peninggalan Pusaka (BP3) Batusangkar yang telah diklarifikasi, aset cagar budaya yang paling banyak berada di kota Padang, namun secara historis tiap daerah di Sumbar memiliki potensi cagara budaya yang s

Berita Terkait

Padang (ANTARA News) - Pakar Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat Alfa Noranda mengutarakan daerah perlu membuat Undang-Undang Pelestarian Cagar Budaya guna mencegah berkurangnya jumlah cagar budaya yang ada.

"Dari inventarisasi dan data Balai Pelestarian Peninggalan Pusaka (BP3) Batusangkar yang telah diklarifikasi, aset cagar budaya yang paling banyak berada di kota Padang, namun secara historis tiap daerah di Sumbar memiliki potensi cagara budaya yang sama," katanya, di Padang, Sabtu.

Menurut dia, untuk pelestarian situs cagar budaya yang sesuai UU secara teknis, baru diterapkan di Kota Sawahlunto.

Ia mengatakan, terkait pelestarian cagar budaya, para legislator harus mengetahui konteks pelestarian benda cagar budaya.

Konteks pelestarian benda cagar budaya, lanjut Alfa, harus melihat bahan, bentuk, dan keaslian cagar budaya itu.

Alfa menilai, tindakan penyemenan situs budaya akan menghilangkan konteks keaslian benda. Sebagai contoh adalah lubang Jepang yang ada di kota Bukittinggi.

"Pelestari dan pemerintah belum menemukan solusi yang tepat untuk pelestarian situs cagar budaya," ujar Arkeolog lulusan UGM itu.

Ia mengemukakan, pelestari dan pemerintah harus membuat perencanaan dalam pengolaan cagar budaya yang sesuai dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya.

Sementara untuk menghindari bentrok antar kepentingan maka sangat perlu dibuat UU tingkat daerah yang sama-sama mengakomodir kepentingan budaya dan sektor lainnya.

Di Sumatera Barat, kata dia, baru di Kota Sawahlunto yang mempunyai UU pelestarian situs cagar budaya tingkat daerah.

Sementara itu, melihat kondisi cagar budaya di Kota Padang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Padang menyatakan cagar budaya yang ada di kota tersebut saat ini mulai menipis.

"Saat ini hanya tersisa 40 cagar dari sebelumnya mencapai 73 aset," kata Kepala Bidang Seni dan Budaya Didsbudpar Padang Muharman.

Ia menyebutkan, sebanyak 33 cagar telah hancur akibat gempa pada 30 September 2009.

Ia mengatakan, salah satu jenis cagar budaya di Padang yang masih terhitung banyak yakni seperti rumah peninggalan zaman Belanda dan Jepang.

Rumah-rumah itu, saat ini menjadi milik pribadi dari sebagian warga yang berada di kawasan "Padang Kota Lama" dan tempat lainnya.

Selain itu, cagar budaya terdiri atas kantor seperti kantor Balaikota Padang, Bank Indonesia di Batang Arau, dan Sekolah Dasar (SD) Agnes, katanya.

"Dulunya, Hotel Ambacang yang hancur karena gempa 30 September 2009 juga termasuk dari cagar budaya di Padang, namun setelah direkonstruksi, saat ini bentuk hotel itu tidak lagi serupa dengan mulanya" katanya.

Muharman menyebutkan, kendala dalam melestarikan cagar budaya adalah masalah dana. Sedangkan untuk cagar budaya yang telah menjadi milik pribadi, maka biaya perawatannya diserahkan kepada oleh pemilik.

"Sedangkan kantor, bank, hotel dan sekolah dibiayai oleh instansi masing-masing," kata dia.

Ia menambahkan, di Kota Padang, memang belum ada UU terkait pelestarian cagar budaya itu.

Menurut dia, hal itu memang berdampak negatif terhadap pelestarian cagar budaya di "Kota Bingkuang" itu.

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan