Selasa, 22 November 2011

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Tradisi menulis lebih rendah dari minat membaca

Posted: 22 Nov 2011 07:06 PM PST

Ilustrasi (fhs.dearbornschools.org)

Berita Terkait

Bandung (ANTARA News)- Kepala Balai Bahasa Bandung, Abdul Khak menuturkan, tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan tradisi membaca, terlebih di kalangan anak muda.

"Minat membaca saja sebenarnya masih rendah. Bayangkan, minat menulis justru berada di bawah minat membaca. Ini tentunya sangat mengkhawatirkan," kata Abdul Khak ketika dihubungi di Bandung, Rabu.

Abdul menerangkan, rendahnya tradisi menulis ini akibat rendahnya minat membaca.

"Kedua kegiatan ini saling mempengaruhi. Membaca itu referensi untuk menulis. Bagaimana bisa seseorang menulis jika tidak suka membaca," terangnya.

Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi keduanya juga terletak dari proses kegiatannya. Abdul menuturkan, membaca termasuk kegiatan yang pasif dan bisa dilakukan di mana saja. Berbeda dengan menulis yang termasuk kegiatan aktif.

"Kalau menulis itu orang butuh energi yang lebih ketimbang membaca karena kegiatan aktif. Kalau membaca bisa dilakukan di mana saja, bisa di rumah sambil santai atau dalam angkutan umum ketika dalam perjalanan," katanya.

Saat ini, kata Abdul, banyak dosen-dosen di sejumlah perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri yang mengeluhkan kualitas tulisan mahasiswa.

"Kualitas dan kemampuan menulis mahasiswa saat ini cenderung rendah. Ini juga membuktikan bahwa, minat membaca mahasiswa sekalipun rendah," lanjutnya.
(277/I006)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Ekspor lada Indonesia 2011 diperkirakan turun tajam

Posted: 22 Nov 2011 07:02 PM PST

PRODUKSI LADA TURUN. Pedagang menunjukkan lada di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. (ANTARA/Rosa Panggabean)

Berita Terkait

Mataram (ANTARA News) - Ekspor lada Indonesia pada 2011 diperkirakan turun tajam karena produksinya pun menurun drastis, kata Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami.

"Hingga Oktober 2011, ekspor lada Indonesia baru mencapai 29.000 ton, turun 40 persen dibandingkan volume ekspor pada periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 48.000 ton," kata Gusmardi di sela Sidang Komunitas Lada Internasional, di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Mataram, Rabu.

Sidang Komunitas Lada Internasional ke-39 negara-negara anggota "International Pepper Community" (IPC) yang dibuka Selasa (22/11) malam oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi itu akan berlangsung hingga 26 November 2011 dengan diikuti sedikitnya 100 peserta.

Peserta kegiatan itu para eksportir lada terkemuka, selain pejabat pemerintah dan pihak terkait lainnya.

Sidang IPC sekaligus pertemuan para ahli teknis produksi dan perdagangan lada berasal dari enam negara anggota IPC (Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam), guna menyelaraskan program dan kegiatan.

Gusmardi yang menjabat Ketua IPC 2011 itu mengatakan, penurunan volume ekspor lada tersebut bukan hanya dialami Indonesia tetapi juga negara-negara produsen lada utama lainnya seperti Brasil dan India.

"Turunnya produksi lada itu disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, tanaman sudah tua dan tidak menghasilkan (gagal produksi) serta adanya perubahan iklim," ujarnya.

Ia mengatakan, pada 2011 kapasitas ekspor lada Indonesia sangat terbatas karena produksinya rendah terutama di dua daerah produsen lada yakni Lampung dan Bangka.

Produksi lada di Kalimantan, katanya, masih cukup baik namun terserap untuk konsumsi dalam negeri.

Menurut dia, pada 2011 produksi lada Indonesia diperkirakan turun mendekati angka 30.000 ton atau mengalami penurunan sekitar 40 persen dari produksi 2010 sebanyak 59.000 ton, terutama yang dihasilkan di Lampung.

Oleh karena itu, katanya, kerja sama antarnegara produsen lada guna mengatasi penurunan produksi melalui forum IPC sangat penting.

"Berbagai strategi akan dirumuskan bersama, baik di tingkat produksi maupun pada level pemasaran dengan tujuan lebih menjamin keberlangsungan pasokan lada dengan harga yang menguntungkan para petani," ujarnya.
(A058/M029)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan