Selasa, 20 September 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Gus Dur layak jadi pahlawan nasional

Posted: 20 Sep 2011 07:08 AM PDT

Pamekasan (ANTARA News) - Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Madura, Jawa Timur Khairul Kalam menilai, mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur layak dinobatkan sebagai pahlawan nasional, karena jasa-jasa terhadap bangsa selama ini.

"Dia sangat berjasa dalam hal demokratisasi, wawasan kebangsaannya sangat bagus, iklusif dalam hal pemikiran serta menghargai perbedaan," kata Khairul Kalam.

Tidak hanya itu saja, menurut Khairul Kalam Gus Dur semasa hidup juga dikenal sebagai tokoh perdamaian, bahkan pembela kelompok minuritas.

"Pahlawan dalam konteks kekinian hemat saya adalah seperti. Bukan lagi memanggul senjata, akan tetapi memerangi hal-hal yang bersifat tiranik dan kurang manusiawi. Nah Gus Dur itu orangnya seperti itu," kata Khairul Kalam.

Gusdur tidak termasuk dari 22 nama yang diusulakan menjadi calon pahlawan ke Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri, meski sebelumnya banyak kalangan menginginkan agar Gusdur dijadikan sebagai pahlawan nasional.

Mantan Presiden lainnya yang juga sempat diusulkan menjadi pahlawan nasional adalah mantan Presiden Soeharto.

"Tapi hemat saya, Gusdur ini masih lebih baik dengan pertimbangan pemikirannya itu," kata Kahirul Kalam menjelaskan. (ANT)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Dunia usaha minta kepastian soal perombakan kabinet

Posted: 20 Sep 2011 06:46 AM PDT

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi. (ANTARA)

Berita Terkait

Video

Jakarta (ANTARA News) - Dunia usaha meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan kepastian terhadap wacana perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II demi kepastian hukum dan juga kestabilan pasar bursa.

Permintaan tersebut disampaikan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi dalam dialog antara Apindo dan pemerintah di ruang sidang utama Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa.

Menurut Sofjan, topik perombakan kabinet adalah salah satu yang diangkat oleh pengusaha yang hadir dalam dialog tersebut dan ditanyakan langsung kepada Presiden.

"Kami meminta ke Bapak Presiden bahwa demi kepastian hukum dan bursa kita, dan supaya para menteri tenang, kalau mau ada `rehuffle`, ya `reshuffle` saja. Jangan membuat semua resah dan kami tidak bisa bekerja karena semua menunggu nasib," ujarnya.

Sofjan mengemukakan, wacana perombakan kabinet yang marak diberitakan oleh media massa telah mengganggu dunia usaha karena setiap orang seperti ragu-ragu untuk bertindak dan hanya bersikap menunggu.

"Pasti mengganggu kita dan ini kita sampaikan supaya ada keterbukaan. Supaya menteri-menteri ada kepastian, sehingga kita bisa bekerja lagi. Jangan sampai semua orang takut bekerja," katanya.

Presiden dalam tanggapannya, menurut Sofjan, mengaku memang sedang melakukan evaluasi terhadap para menterinya setelah dua tahun bekerja.

Evaluasi tersebut, kata Sofjan, merupakan penilaian keseluruhan guna menilai kinerja para menteri.

"Bahwa setelah dua tahun bekerja, bisa diketahui siapa yang mampu, dan yang tidak mampu. Siapa yang kena masalah dan siapa yang sakit, Presiden akan memutuskan bulan depan," ujarnya.

Meski demikian, lanjut Sofjan, Presiden Yudhoyono tidak bersedia memberikan penjelasan tentang perombakan kabinet yang akan dilakukan.

"Cuma apa yang akan diputuskan, beliau tidak bersedia memberi tahu kita. Tapi itu yang kita tanyakan, supaya ada kepastian, jangan kita diombang-ambing, kita tidak bisa bekerja juga," ujarnya.

Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan Presiden Yudhoyono telah menyampaikan kepada dirinya bahwa perombakan kabinet tinggal menunggu waktu.

"Tapi tidak ada yang tahu kapan. Tidak ada yang tahu sesungguhnya kapan waktunya," ujarnya.

Menurut Julian, Presiden telah berkomunikasi dengan Wakil Presiden Boediono dan juga meminta masukan dari menteri-menteri koordinator tentang perombakan kabinet meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan Presiden.

(T.D013/I007)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan