Ahad, 3 Mac 2013

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Kebingungan, Ibu Muda Sayembarakan Nama Bayinya

Posted: 04 Mar 2013 03:44 AM PST

LOS ANGELES, KOMPAS.com - Jika Anda kebingungan memberi nama calon anak yang akan lahir maka cara yang digunakan Natasha Hill (26), seorang ibu muda asal Los Angeles, Amerika Serikat ini mungkin bisa ditiru.

Natasha, seorang guru seni, akan melahirkan bayinya npada September mendatang. Meski demikian, saat ini dia sudah mulai memikirkan nama bayinya itu. Awalnya dia akan memberi nama Katorah atau yang berarti musim dingin.

Sayangnya, Nastasha merasa belum "mantap" dengan nama yang direncanakannya. Sehingga, Natasha memutuskan ikut sebuah kompetisi yang digelar Belly Ballot, sebuah organisasi yang berpusat di Austin, Texas.

Menurut situs resmi organisasi itu akan menggalang nama bayi dari para pemilih. Belly Balot dan sponsor kompetisi akan mengajukan 10 usulan nama -lima nama anak laki-laki dan lima nama anak perempuan.

Nama yang paling banyak dipilih akan menjadi nama bayi Natasha Hill, setidaknya sampai anak itu berusia 18 tahun. Pendiri Belly Ballot, Lacey Moler menjami pihaknya tidak akan menyediakan nama-nama yang terlalu "gila" untuk dipilih.

"Saya kira ini adalah ide yang unik. Saya sangat senang menunggu hasil akhirnya" kata Natasha lewat blog Belly Ballot.

"Konsep Belly Ballot adalah hubungan sosial dan bersenang-senang. Saya tak sabar melihat nama apa yang dipilih untuk anak saya," ujarnya.

Sayangnya, suami Natasha tak seantusias istrinya. Dia khawatir para pemilih tak tahan untuk tidak memilih nama-nama yang gila dan aneh.

Natasha menyatakan dia tidak akan melihat hasil voting ini hingga hasilnya diumumkan pada 18-22 Maret mendatang. Natasha khawatir jika dia terlalu sering memantau maka dia akan kecewa dengan pilihan warga.

Namun, kompetisi ini bukannya tanpa pro dan kontra. Sebagian orang menyatakan kontes memberi nama untuk bayi ini tidak pantas dilakukan.

"Ini gila. Anda haru malu kepada diri sendiri. Apa yang akan Anda katakan jika suatu saat anak Anda bertanya soal asal usul namanya? Jangan lakukan ini, nanti Anda menyesal," kata seseorang yang menulis di blog Belly Ballot.

"Jangan salah paham. Saya juga akan menggunakan uang hadiahnya, tapi saya tetap berpikir ini berlebihan," kata orang lainnya.

Apapun kata orang, Natasha tetap pada pendiriannya. Sebab dia tak hanya akan mendapatkan nama untuk anaknya kelak. Dia juga akan mendapatkan hadiah uang sebesar 5.000 dolar AS atau hampir Rp 50 juta.

Natasha mengatakan dia akan menggunakan uang itu untuk membayar utang kartu kredit dan sisanya ditabung untuk pendidikan anaknya di masa depan.

 

Penyandera Bersenjata Ditembak Mati Tawanannya

Posted: 04 Mar 2013 03:42 AM PST

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com -  Seorang anggota kelompok bersenjata Sultan Sulu yang mencoba menjadikan 80 warga kampung Senallang Lama, Lahad Datu, Sabah, sebagai tawanan, ditembak mati oleh penduduk kampung dengan senjatanya sendiri.

Lelaki berusia 60 tahun bersenjata M-16 dan sebuah peluncur roket itu panik ketika mendengar deru helikopter, dan saat itulah dua penduduk yang menjadi tawanannya menyergap dan menjatuhkan senjatanya. Ia kemudian ditembak mati oleh penduduk, demikian dilaporkan berbagai media lokal di Kuala Lumpur, Senin.

Ijan (30), seorang penduduk yang turut ditawan selama tujuh jam mengatakan bahwa lelaki itu awalnya menembak beberapa rumah untuk menakut-nakuti penduduk dan memerintahkan mereka untuk berkumpul. "Lelaki itu berbangsa Sulu dan dia sudah dikenal warga karena sudah lama tinggal di kampung kami," katanya.

Dalam peristiwa pada hari Minggu (3/3) pukul 02.00 itu, lelaki Sulu tersebut meminta Ijan untuk mengantarnya ke Kunak. "Akan tetapi, saya enggan karena dia bersenjata," katanya. Lelaki Sulu itu kemudian pergi, namun datang lagi dengan 20 orang penduduk yang dijadikan tawanan.

Para penduduk, termasuk wanita dan anak-anak, yang ditawan kemudian dikumpulkan di Kampung Masjid. Setelah bernegosiasi, akhirnya tawanan wanita dan anak-anak dilepaskan.

Di sepanjang perjalanan menuju ujung kampung, para penghuni setiap rumah yang dilewati dijadikan tawanan sehingga jumlah tawanan terus bertambah. Saat mereka berhenti di sebuah pondok usang di tepi kampung, tiba-tiba sebuah helikopter melintas sehingga lelaki tersebut panik, kata Ijan.

Saat itulah dia diserang balik oleh penduduk kampung dan ditembak dengan senjata M-16 miliknya.

Sementara itu, juru bicara polisi Sabah, Datuk Hamza Taib, mengatakan bahwa lelaki tersebut merupakan salah satu anggota kelompok bersenjata yang melakukan serangan terhadap polisi Malaysia di Kampung Sri Jaya, sekitar 7 kilometer dari lokasi kejadian. "Walaupun tindakan penduduk itu dari segi hukum tampak salah, kami perlu ingat mereka dianggap tawanan. Mereka mengambil tindakan balas untuk menyelamatkan diri," katanya.

Ketegangan di Lahad Datu, Sabah sejak beberapa hari terakhir telah menyebabkan sekitar 2.000--3.000 warga kampung mengungsi. Pusat-pusat perdagangan sepi dan semua toko ditutup, termasuk tiga stasiun pengisian bahan bakar minyak.

Editor :

Egidius Patnistik

Tiada ulasan:

Catat Ulasan