Khamis, 10 Januari 2013

Republika Online

Republika Online


Anak Sekarang Lebih Cuek dan Egosentris. Mengapa?

Posted: 10 Jan 2013 05:44 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini, banyak orang tua banyak mengeluhkan anak sekarang lebih cuek, cenderung egosentris, emosional, dan kurang hormat pada orang tua. Anak-anak sekarang juga enggan mengenali budaya sendiri, apalagi bahasa daerah.

Menurut Psikolog Klinis Anak Dr Indria Laksmi Gamayanti, MSi hal ini terjadi karena model pendidikan saat ini berorientasi Barat atau mengikuti trend internasional. Di samping itu, dia menambahkan, dengan model pendidikan yang ada sekarang, orang tua juga sering mengeluhkan dampak negatifnya , misalnya kurikulum terlalu padat dan berat.

Tidak jarang, orang tua ikut sibuk ketika anak ujian atau ada tugas sekolah. Beratnya beban pendidikan yang harus dihadapi, juga membuat anak kelelahan baik secara fisik maupun psikis.

Karena itu,  Indria yang juga Ketua Ikatan Psikologi Klinis ini mengatakan, mempersiapkan masa depan bangsa Indonesia sebenarnya bisa dimulai dari bahasa. Jangan ajarkan bahasa asing sejak dini pada anak.

Menurutnya, bahasa bukanlah sekedar alat berkomunikasi. "Bahasa yang diajarkan sejak dini akan ikut membentuk karakter anak  seperti pola pikir, pola rasa  pola perilaku dari seorang anak,''ungkap Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM ini.

sebetulnya, kata dia, tidak terlalu sulit mengembalikan lagi pelajaran bahasa daerah sesuai dengan wilayah geografisnya. Selain itu bahasa Indonesia yang diajarkan harus digunakan secara aktif mulai dari tingkat TK sampai dengan SD.

"Suku lain yang bertempat tinggal di wilayah tersebut, harus menghormati dan ikut mempelajari dan  bahkan menguasai bahasa daerah setempat. Jangan mengajarkan bahasa asing apapun di tingkat TK dan SD," ujarnya.

Anak Nakal Banget, Begini Solusinya

Posted: 10 Jan 2013 05:18 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk mengatasi kenakalan yang sering dilakukan anak, menurut psikolog dari Jagadnita Consulting, Clara Istiwidarum Kriswanto, Anda harus memilah mana perilaku yang Anda sukai dari anak, perilaku yang kurang disukai dan perilaku yang tak bisa ditoleransi. Buatlah, ketiganya dalam bentuk daftar. Lantas bagaimana caranya untuk mengurangi perilaku buruk pada anak? Agar perilaku buruk alias kenakalan yang dilakukan si buah hati bisa diminimalisasi, Clara mengatakan ada beberapa tips yang perlu dilakukan orang tua. Saat anak Anda berbuat nakal, maka Anda harus mengabaikannya.

''Memarahinya, justru akan membuat si anak merasa diperhatikan,'' katanya. Anda pun disarankan untuk menoleh ke arah lain, saat si anak menjadi-jadi. Menurut Clara, Anda pun bisa mengubah subjek pembicaraan dan memusatkan perhatian kepada hal lain. Malah, Anda pun harus memutuskan kontak mata. Saat Anda mengabaikan si buah hati yang tengah nakal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Saat mengabaikannya, ekspresi wajah Anda harus tenang dan netral. ''Tak perlu marah-marah, justru si anak akan senang jika Anda marah,'' tuturnya.

Masalah waktu pun sangat penting. Anda harus mengabaikannya, begitu si anak melakukan kenakalan. Namun, jangan lupa untuk menyampaikan pujian sesegera mungkin, apabila si anak telah menunjukkan perilaku positif seperti yang Anda inginkan. ''Saat Anda mengabaikan si anak, jangan pernah melakukan kontak mata.'' Tubuh Anda pun disarankan untuk tak menghadap ke arah anak. Selama mengabaikan, hindarkan mengucapkan kata-kata, isyarat atau desah jengkel.

Bagaimana bila melakukan tindakan yang fatal di luar batas toleransi? Clara menyarankan untuk mengatasinya dengan menyampaikan perintah. ''Anda bisa melakukan teknik piringan hitam rusak,'' papar Clara. Saat anak Anda malas membuat PR, maka Anda bisa memberinya perintah dengan kalimat berulang-ulang. Misalnya, ''Pokoknya, Mama ingin lihat kamu kerjakan PR.''

Saat si anak membantah dan mengatakan, ''Tapi Ma, aku malas.'' Anda harus terus mengulang kalimat Anda hingga si anak mau mengerjakannya. Selain itu, jika tindakan anak sudah melampaui batas, Anda bisa membawa masalah tersebut dalam pertemuan keluarga. Bahkan, bila perlu Anda bisa menyetrapnya. Namun, dalam menyetrap harus dilakukan di tempat yang aman dan sesuai kemampuan anak.

Saat Anda membatasi si anak untuk tidak melakukan tindakan yang melampaui batas, maka ungkapkanlah perintah dengan kalimat positif. ''Jangan sekali-kali mengucapkannya dengan kalimat negatif, karena itu akan membuat anak tertantang.'' Kalimat perintah pun harus disampaikan secara sederhana, jelas, dengan ekspresi serius. Setelah Anda menyetrap anak, jangan pernah menguliahinya dan marah pada si buah hati. Selain itu, Anda pun tak perlu merasa bimbang. ''Semuanya harus dilakukan dengan konsisten, agar memberi hasil.''

Tiada ulasan:

Catat Ulasan