Ahad, 27 Januari 2013

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Clinton mengatakan tidak bisa meramal masa depannya jelang 2016

Posted: 27 Jan 2013 09:26 PM PST

Washington (ANTARA News) - Hanya beberapa hari tersisa sampai turun sebagai diplomat puncak Amerika Serikat, Hillary Clinton Minggu membiarkan pintu terbuka untuk kemungkinan maju dalam pemilihan presiden 2016.

Dan, dalam sebuah wawancara bersama yang jarang dengan CBS, dia nampaknya memenangkan restu dari tak lain Presiden Barack Obama, orang yang mengalahkannya dalam persaingan menjadi calon Partai Demokrat pada 2008, lapor AFP.

Berbulan-bulan, Clinton yang berusia 65 tahun itu pernah menandaskan bahwa sesudah lebih dari dua dasawarsa dalam sorotan politik dia bermaksud mundur ke dalam bayang-bayang, menghabiskan waktu untuk istirahat dan menikmati waktu tidak bekerja untuk perubahan.

Namun dengan popularitasnya yang tinggi -- sekitar 65 persen menurut jajak pendapat Washington Post-ABC minggu lalu -- banyak orang yakin dia akan memantul kembali mengambil kesempatan lagi untuk menjadi wanita presiden pertama negara itu pada 2016.

"Saya masih menteri luar negeri. Jadi saya di luar politik," kata Clinton pada tayangan "60 Minutes" televisi CBS, meninggalkan bagi dirinya opsi untuk menghidupkan kembali karirnya ketika dia meninggalkan pemerintahan.

Wanita yang telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk pelayanan publik, sebagai ibu negara dan sebagai senator New York, dia menekankan dia masih "sangat peduli terhadap apa yang akan terjadi untuk negara kita di masa depan."

Clinton mengatakan bukan Obama ataupun "saya dapat membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi besok atau tahun depan," dalam komentar terkait pengobaran kembali spekulasi bahwa dia kemungkinan sedang bersiap-siap maju pada 2016.

"Apa yang kami telah coba lakukan selama empat tahun terakhir adalah bangun setiap hari, membuat mata melihat jelas tentang apa yang terjadi di dunia. Dan saya sungguh bangga dimana saya berada," tambahnya.

Obama tidak melakukan apapun guna mengecilkan spekulasi, menumpuk pujian pada Clinton dan mengatakan dia yakin, dia "akan turun sebagai salah seorang menteri luar negeri terbaik yang kami punya."

"Ini merupakan kolaborasi yang hebat selama empat tahun terakhir. Saya tentu merasa kehilangan dia," tambahnya, mengatakan dia berharap dia tetap terus.

"Saya ingin negara mengapresiasi begitu luar biasanya peran yang dia mainkan selama masa kepemerintahan saya dan banyak keberhasilan internasional telah kami capai karena kerja kerasnya," tambah Obama.

Wawancara duduk bersama, yang difilmkan di Gedung Putih, nampaknya merupakan ide Obama, dan sejumlah pengamat melihatnya sebagai dukungan awal seandainya dia memilih untuk maju mencalonkan diri menjadi presiden pada 2016.

Obama harus mundur sesudah menjabat menurut undang undang maksimal dua masa jabatan, namun restunya kemungkinan akan memberi dorongan besar bagi kandidat manapun.

Seringnya wakil presiden menjadi pilihan alami sebagai calon presiden partai berkuasa. Namun tidak jelas apakah Wakil Presiden Joe Biden akan condong ke Gedung Putih, namun dia akan berusia 73 tahun menjelang 2016.

Obama memuji Clinton kerena telah menjadi salah seorang "penasehat terpentingnya," mengatakan dia telah menciptakan "standar dalam pengertian profesionalisme dan kerja tim dalam kabinet kami, dalam pembuatan kebijakan luar negeri kami."

Hubungan mereka telah berubah menjadi persahabatan, dengan "rasa percaya dan berada dalam lubang perlindungan bersama," katanya.

Obama mengatakan kepada CBS dia meminta Clinton sejak dari awal masa tugasnya pada 2009 untuk pergi keluar dan mewakili Amerika di luar negeri sehingga dia dapat fokus pada penanganan krisis ekonomi yang sedang dihadapi negara.

Namun dia menolak kecaman bahwa Amerika Serikat telah menjadi enggan untuk mengambil kepemimpinan dalam masalah-masalah yang lebih rumit sekarang, seperti Suriah, mengemukakan alasan almarhum diktator Libya Moamer Kadhafi kemungkinan besar tidak sepakat dengan penilaian itu.

"Kami tidak membantu siapapun jika kami melompat sebelum melihat. Dimana kami ... memulai bekerja tanpa memikirkan terlebih dahulu sepenuhnya semua konsekuensinya," kata Obama.

"Pekerjaan kami adalah untuk, nomor satu, menjaga keamanan Amerika dan kepentingan nasional. Dan nomor dua, menemukan dimana kesempatan itu -- dimana intervensi kami, keterlibatan kami dapat sungguh-sungguh membuat berbeda." (K004)

Bashar al-Assad membuat kesal Rusia

Posted: 27 Jan 2013 08:18 PM PST

Damaskus (ANTARA News) - Perdana Menteri Rusia Dmitri Medvedev menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad telah membuat kesalahan serius yang mungkin fatal dengan menangguhkan reformasi politik karena memilih menekan pasukan oposisi.

"Dia semestinya bertindak lebih cepat lagi dan merangkul oposisi damai yang siap duduk bersama di meja perundingan dengannya," lapor kantor berita Rusia mengutip pernyataan Medvedev, seperti dikutip AFP.

"Ini adalah kesalahan serius baginya, malah mungkin fatal," kata Medvedev dalam pernyataan yang tak biasanya kritis terhadap Assad yang merupakan sekutu tradisional Moskow.

"Sepertinya bagi saya peluang dia untuk bertahan (dalam kekuasaan) terus menyempit dari hari ke hari," kata Medvedev kepada CNN di sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Sementara itu majelis kehakiman tinggi Suriah mengumumkan penangguhan peradilan atas anggota oposisi sehingga mereka bisa bergabung dalam dialog nasional.

"Majelis kehakiman tinggi telah memutuskan untuk menangguhkan semua dakwaan kepada kekuatan dan individu oposisi sehingga mereka bisa berperan serta dalam dialog nasional," lapor kantor berita Suriah SANA, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Sabtu pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Mohammed al-Shaar berjanji mengendurkan kembalinya anggota oposisi di pengasingan agar mereka bisa bergabung dalam dialog nasional yang ditawarkan Bashar al-Assad 6 Januari lalu.

Dalam nada pidato yang tidak biasa, Assad mengajukan dialog dengan tokoh-tokoh oposisi yang bukan "budak Barat" dengan syarat pemberontak menghentikan serangannya.

Rezim Bashar al-Assad terus menerus menyebut aktivis dan pemberontak sebagai teroris.

Namun sehari kemudian, Minggu, Medvedev menegaskan pendirian Rusia bahwa rakyat Suriah adalah satu-satunya pihak yang berhak menentukan nasib Bashar al Assad.

"Secara pribadi saya telah menyeru Assad berulangkali, 'Anda perlu memulai reformasi, Anda perlu duduk  di meja perundingan'", kata Medvedev kepada CNN.  "Dalam pandangan saya, sayangnya pemerintah Suriah berubah tidak siap dengan hal ini." (*)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan