Khamis, 19 Julai 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Empat Rekomendasi SBY untuk Konflik Suriah

Posted: 19 Jul 2012 10:34 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, pertikaian di Suriah telah semakin mengkhawatirkan. Konflik yang berkepanjangan dikhawatirkan akan menimbulkan kerugian dan bertambahnya jumlah korban jiwa, yang mayoritas adalah warga sipil yang tak berdosa.

Kepala Negara menyatakan, Pemerintah Indonesia mempunyai empat rekomendasi terkait penyelesaian konflik di Suriah. Rekomendasi ini telah disampaikan Presiden Yudhoyono ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-mon.

Pertama, kata Presiden, dengan sangat segera, saat ini juga, perlu dilakukan penghentian tindakan kekerasan, bahkan pertempuran.

"Menurut pendapat saya, situasi ini Suriah sudah bisa disebut sebagai perang saudara," kata Presiden di Istana Negara, Jakarta, Kamis (19/7/2012) malam.

Rekomendasi kedua, Presiden mengatakan, jika mandat yang ada saat ini tidak cukup untuk menghentikan semua bentuk kekerasan, maka Indonesia berkeyakinan bahwa sudah saatnya untuk mempertimbangkan penyesuaian mandat berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB.

Perubahan ini pada intinya mentransformasi misi utama PBB, dari semata memelihara perdamaian menjadi misi menciptakan perdamaian.

Ketiga, Presiden juga menyarankan agar upaya menciptakan perdamaian benar-benar ditujukan untuk menciptakan perdamaian yang saat ini tidak lagi terdapat di Suriah.

"Namun, upaya penciptaan perdamaian ini tidak perlu dikaitkan dan tidak harus senantiasa dikaitkan dengan tuntutan perubahan kekuasaan politik ataupun keberlanjutan pemerintahan yang saat ini sedang berkuasa di Suriah," kata Presiden.

Menurut Presiden, proses politik yang mencerminkan dan menghormati keinginan dan kehendak rakyat SUriah tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun dapat digulirkan segera setelah upaya menciptakan perdamaian telah berhasil dilakukan.

Selanjutnya, yang keempat, untuk suksesnya misi penciptaan perdamaian, Indonesia berpandangan sangatlah mungkin untuk kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB membentuk peacemaking force di bawah bendera PBB.

"Membangun perdamaian secara terpadu di Suriah tentunya harus berpedoman pada prinsip-prinsip yang diterapkan dalam operasi perdamaian PBB," kata Presiden.

Perbedaan Awal Ramadhan Jangan Munculkan Gesekan

Posted: 19 Jul 2012 10:18 AM PDT

Perbedaan Awal Ramadhan Jangan Munculkan Gesekan

Penulis : Ilham Khoiri | Jumat, 20 Juli 2012 | 00:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Umat Islam di Indonesia kembali berbeda pendapat dalam menentukan awal Ramadhan 1433 Hijriyah. Kementerian Agama menetapkan awal puasa jatuh pada Sabtu (21/7/2012). Sementara, Muhammadiyah dan beberapa organisasi Islam lain mulai berpuasa terlebih dahulu, yaitu sejak Jumat (20/7/2012).

Keputusan pemerintah diambil dalam Sidang Itsbat di Kementerian Agama di Jakarta, Kamis (19/7/2012) sore hingga malam. Sidang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali, dan diikuti perwakilan dari belasan organisasi Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), pakar astronomi dari beberapa lembaga di Indonesia, dan anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag.

"Awal Ramadhan tahun 2012/ 1433 Hijriyah jatuh pada Sabtu (21/7) besok. Selamat menjalankan ibadah puasa," kata Suryadharma Ali.

Keputusan itu didasarkan pada hasil kajian bahwa ijtima (garis kesejajaran antara matahari, bulan dan bumi) terjadi pada Kamis, pukul 11.24 WIB. Para pemantau di Badan Hisab dan Rukyat Kemenag tidak melihat hilal (bulan) di ufuk barat.

Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Agung Danarto menyatakan, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah telah menetapkan bahwa awal Ramadhan jatuh pada Jumat ini berdasarkan perhitungan wujud bulan (hisab wujudul hilal).

Ijtima' (garis kesejajaran antara matahari, bulan dan bumi) terjadi pada Kamis, sekitar pukul 11:25 WIB. Saat matahari terbenam, hilal sudah wujud di atas Yogyakarta setinggi +01ยบ 38' 40".

"Dari tiga kriteria itu, kami putuskan awal Ramadhan jatuh pada Jumat, dan 1 Syawal jatuh pada hari Minggu, 19 Agustus," katanya.

Muhammadiyah tidak hadir dalam Sidang Itsbat kali ini untuk menghindari gesekan. Agung Danarto menilai, berbagai pendapat soal awal Ramadhan merupakan hasil ijtihad oleh organisasi keislaman dengan argumentasi masing-masing. "Kita perlu mengembangkan sikap toleran dan saling menghargai perbedaan itu. Jangan sampai perbedaan itu memunculkan gesekan di tengah umat," katanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan