Khamis, 19 Julai 2012

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Facebook Satukan Ibu-Anak yang Terpisah Setengah Abad

Posted: 20 Jul 2012 04:12 AM PDT

Facebook Satukan Ibu-Anak yang Terpisah Setengah Abad

Penulis : Egidius Patnistik | Jumat, 20 Juli 2012 | 11:12 WIB

DEERFIELD BEACH, KOMPAS.com — Facebook membuktikan kekuatannya untuk menghubungkan orang-orang ketika situs jejaring sosial itu membantu menyatukan kembali seorang ibu dengan putrinya yang telah terpisah selama hampir setengah abad.

Stephanie Phillips menggunakan Facebook untuk melacak ibunya, Joan Wehrmeyer. Ia telah berpisah dengan ibunya saat masih bayi pada tahun 1960-an. Mereka berdua berbagi pelukan emosional ketika akhirnya bertemu di Restoran Two Georges di Deerfield Beach, Amerika Serikat, Selasa lalu; kurang dari sebulan setelah keduanya terhubung kembali melalui Facebook, lapor Mail Online, Kamis kemarin.

Wehrmeyer, yang punya nama gadis Courchene, berusia 17 tahun ketika menikah dengan Richard Botwin. Stephanie pun lahir tak lama setelah itu. Namun, karena sering bertengkar dengan keluarga suaminya, Wehrmeyer mengatakan kepada jaringan berita CBS4 bahwa dia merasa tak punya pilihan selain pergi. Ia meninggalkan putrinya dalam perawatan Botwin.

Stephanie terus tinggal bersama ayahnya di New Jersey, sementara ibunya, yang kini berusia 67 tahun, pindah ke South Florida dan menikah lagi. Ibunya kemudian melahirkan seorang anak dan seorang lagi hasil adopsi. Dia sekarang tinggal di Coral Springs.

Stephanie, sekarang 48 tahun, tinggal di Waynesburg, Pennsylvania. Ia menjelaskan bahwa bertemu ibunya merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Dia berkata, "Ketika saya tumbuh dewasa, saya tak pernah diizinkan untuk mengajukan pertanyaan (tentang ibu saya). Ini merupakan subyek yang benar-benar tabu."

Stephanie telah berusaha mencari ibunya bersama Rodney, suaminya, beberapa kali selama bertahun-tahun. Walau gagal melacak keberadaan ibunya, mereka berdua tidak mau menyerah.

Rodney membesarkan hati istrinya yang putus asa dengan mengatakan bahwa mereka akan menemukan ibu Stephanie. Kesempatan itu datang ketika Stephanie menemukan nama gadis ibu, usia, dan dari mana ibunya berasal ketika merawat bibinya yang sakit.

Ia lalu melacak ibunya via Facebook. Untungnya Wehrmeyer menggunakan nama gadisnya ketika membuat profil di Facebook dan Rodney bisa terhubung dengannya. Setelah mengirim sejumlah pesan melalui situs itu, pasangan tersebut akhirnya mendapat balasan pada 18 Juni. Wehrmeyer membenarkan bahwa dia adalah ibu dari Stephanie.

Editor :

Egidius Patnistik

Resolusi DK PBB Kembali Diveto

Posted: 20 Jul 2012 03:40 AM PDT

NEW YORK, KOMPAS.com - Rusia dan China, dua anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Kamis (19/7/2012), untuk kali ketiga kembali menggunakan hak veto guna membatalkan resolusi baru yang memuat ancaman sanksi terhadap Suriah. Sementara di Damaskus, eskalasi pertempuran terus meningkat.

Pemungutan suara di Dewan Keamanan (DK) PBB dilangsungkan Kamis pagi waktu New York, AS, atau Kamis malam WIB. Dari 15 negara anggota DK PBB, 11 negara mendukung rancangan resolusi itu, sementara dua suara abstain dan dua suara menolak.

Penolakan Rusia dan China itu sudah diperkirakan sebelumnya, setelah sikap kedua negara itu tak berubah, meski berbagai cara diplomasi telah ditempuh untuk membujuk mereka.

Saat DK PBB gagal melakukan terobosan untuk memaksa penghentian kekerasan di Suriah, pertempuran sengit terus terjadi di Damaskus.

Eskalasi kekerasan itu membuat sebagian warga ibu kota Suriah itu memutuskan mengungsi.

Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang bermarkas di London, Inggris, menyatakan, ratusan warga distrik Mazzeh di sebelah barat, Tadamon di sebelah selatan, dan kamp pengungsi Palestina di Yarmuk sudah mulai mengungsi.

Mereka khawatir tentara rezim Presiden Bashar al-Assad akan menggelar operasi militer besar-besaran yang akan mengancam keselamatan mereka. Selain itu, mereka juga mulai kesulitan menjalankan kehidupan sehari-hari.

Toko-toko ditutup dan warga mulai kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari, seperti roti.

Eskalasi pertempuran terjadi setelah serangan bom di markas besar Biro Keamanan Nasional Suriah, Rabu, menewaskan tiga pejabat tinggi militer Suriah. Insiden, yang diklaim dilakukan oleh pihak Tentara Pembebasan Suriah (FSA)—pasukan oposisi— memicu kemurkaan pasukan pemerintah.

Pihak tentara pemerintah sendiri memberi 48 jam bagi warga yang tinggal di titik-titik pertempuran agar segera mengungsi. "Bentrokan keras yang ekstrem akan terus terjadi dalam 48 jam ke depan untuk membersihkan Damaskus dari para teroris pada saat bulan Ramadhan dimulai," tutur seorang pejabat keamanan Suriah.

Pejabat tersebut mengatakan akan mengerahkan segala upaya untuk memukul mundur pasukan oposisi yang sudah lima hari menyerang ibu kota. "Tentara selama ini telah mencoba menahan diri dalam operasi-operasinya. Tetapi, setelah serangan (Rabu), tentara memutuskan menggunakan semua senjata yang mereka miliki untuk menghabisi para teroris," tutur pejabat yang tak disebut namanya itu.

Pernyataan ini memicu kekhawatiran bahwa pasukan rezim akan nekat menggunakan senjata kimia terhadap pihak oposisi.

Dukung sanksi

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta mengatakan, jika mandat PPB saat ini tidak lagi efektif untuk menghentikan kekerasan dan pertempuran, sudah saatnya dipertimbangkan penyesuaian mandat berdasarkan Bab VII Piagam PBB. Pasal tersebut memberi wewenang DK PBB menjatuhkan sanksi kepada negara yang dianggap mengancam perdamaian.

"Perubahan ini intinya mentransformasikan misi utama PBB, dari semata memelihara perdamaian (peace keeping) menjadi misi menciptakan perdamaian (peace making)," kata Presiden. (AP/AFP/Reuters/DHF/WHY)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan