Rabu, 4 Julai 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Spa Bali populer di Rusia

Posted: 04 Jul 2012 08:32 PM PDT

SPA Bali lagi ngetrend di Rusia mengalahkan popularitas seni pijat bangsa lain seperti shiatsu"

Berita Terkait

Moskwa (ANTARA News) - Perawatan tubuh dan seni pijat khas Bali ternyata populer di Rusia dan orang-orang Negeri Beruang Putih itu menggemarinya sampai rela mengeluarkan uang 100 sampai 400 dolar AS untuk menikmatinya.

"SPA Bali lagi ngetrend di Rusia mengalahkan popularitas seni pijat bangsa lain seperti shiatsu," kata Dubes RI di Rusia Djauhari Oratmangun saat menjamu delegasi Indonesia pada World Media Summit di Cafe Mania, Moskwa, Kamis.

Delegasi Indonesia yang diwakili para pejabat LKBN ANTARA, TVRI, RRI dan Detik.com itu dijamu Dubes dengan sajian makanan dan minuman beraroma Indonesia, diantaranya kue Raja Ampat dan wedang jahe.

Dubes mengatakan warga Rusia yang memadati cafe dekat dengan Kremlin itu umumnya sudah pernah ke Bali dan Raja Ampat, Papua, atau minimal telah mengenal tradisi, kuliner, seni budaya dan seni pijat khas Bali.

Saat ini, menurut Djauhari, ada lebih dari 400 pekerja SPA Bali di Rusia yang tersebar di kota-kota besar seperti Moskwa, St.Petersburg, dan Vladivostok.

Industri SPA Bali di Rusia berkembang sejak sekitar lima tahun lalu dan makin banyak wanita Indonesia yang bekerja pada sektor pariwisata ini.

Para pekerja SPA Bali didatangkan ke Rusia secara resmi oleh perusahaan Sim Krasok melalui perizinan yang berkoordinasi dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif.

SPA Bali dipromosikan besar-besaran oleh perusahaan ini ke berbagai media, bahkan Bandara Internasional Demodevodo pun mengiklankannya dengan gambar layanan kebugaran dengan pijatan khas tradisional Bali.

Menteri Pemberdayaan Perempuan Linda Agum Gumelar pekan lalu sempat bertemu dengan para wanita Indonesia yang bekerja pada industri wisata ini di KBRI.

"Ibu menteri sangat mendukung berkembangnya SPA Bali di Rusia dan berpesan kepada para pekerja di sektor ini agar tetap menjaga nama baik Indonesia," kata Djauhari.

Para pekerja Indonesia, tambah Kabid Penerangan KBRI Moskwa M Aji Surya, umumnya bahagia dan sejahtera karena dilindungi aturan resmi, sedangkan KBRI terus memantau keberadaan mereka.

Setiap 17 Agustus, saat Indonesia merayakan hari kemerdekaan, perusahaan meliburkan pekerjanya.

"KBRI jadi ramai oleh mereka. Setelah upacara bendera, kita makan bersama," kata Aji Surya.

Aji mengatakan para pekerja Indonesia ini hidup makmur dan bisa berkirim uang hasil kerjanya ke Indonesia. Mereka bahkan bisa lebih dulu memiliki gadget-gadget canggih ketimbang para diplomat Indonesia di Rusia.

(A017/C004)

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Komentar Pembaca

Kirim Komentar

Swiss bantah ekspor senjata ke Suriah

Posted: 04 Jul 2012 07:36 PM PDT

Jenewa (ANTARA News) - Departemen Bidang Ekonomi Federal Swiss (FDEA) Rabu membantah tuduhan telah menjual granat tangan buatan Swiss untuk sejumlah pihak yang terlibat konflik di Suriah, kata satu pernyataan FDEA.

Senjata-senjata yang digambarkan di Suriah itu mungkin akan dikirimkan kembali melalui ekspor ke Uni Emirat Arab (UEA), kata FDEA menambahkan.

Surat kabar Swiss Sonntagszeitung Minggu lalu mempublikasikan satu gambar granat yang diduga ditemukan dan difoto oleh seorang reporter pada 28 Juni di kota Marea di Suriah.

Menurut temuan awal dari penyelidikan yang diprakarsai oleh FDEA, granat tangan yang telah telah difoto itu berasal dari pengiriman yang dibuat oleh produsen senjata milik negara Swiss RUAG ke UEA pada tahun 2003, ketika total 225.162 granat tangan diekspor kepada angkatan bersenjata UAE.

Untuk membatasi kesepakatan itu, satu deklarasi non re-ekspor telah ditandatangani setelah penjualan.

FDEA mengatakan, saat ini tidak ada bukti bahwa granat tangan Swiss itu yang ditemukan itu dikirimkan ke Suriah, tetapi penyelidikan akan terus dilakukan.

FDEA dalam pernyataannya juga mempertanyakan keaslian klaim dari pers, mengutip contoh yang masih belum jelas mengapa tidak ada foto lokasi saat granat tangan itu ditemukan.

Sebagai satu negara yang secara historis mempertahankan status netral sejak tahun 1815, ada larangan penjualan senjata Swiss kepada negara-negara berperang, meskipun senjata yang diproduksi oleh manufaktur Swiss telah berulang kali terlihat digunakan dalam perang.

Pada tahun 2000, granat tangan yang dibuat oleh RUAG dijual ke Inggris dan digunakan di Irak. Sementara tank-tank buatan Swiss dijual ke UEA tahun 2004 dan Rumania pada tahun 2007. Tank-tank itu digunakan di Maroko, Irak dan Afghanistan.
(ANT)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan