Ahad, 1 April 2012

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Rumah singgah Bung Karno dipagari tembok

Posted: 01 Apr 2012 07:12 AM PDT

ilustrasi Pengunjung melihat interior ruang tamu rumah masa kecil presiden pertama Ir Soekarno di Ndalem Gebang, Blitar, Jawa Timur.(ANTARA/Arief Priyono)

Berita Terkait

Karawang (ANTARA News) - Pagar rumah singgah Bung Karno yang berlokasi di Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang sebelumnya hanya di pagar dengan potongan belahan bambu kini diganti dengan pagar tembok berbentuk pagar tembok khas Purwakarta.

Cucu Djiaw Kie Siong, yang menempati rumah bersejarah itu, Iin Kwin Moy, Minggu, mengatakan pembangunan pagar tembok rumah singgah Bung Karno itu sudah dilakukan sejak sepekan terakhir.

Pembangunan pagar tembok di rumah singgah Bung Karno tersebut berbentuk bangunan pagar tembok khas Purwakarta, terlihat dari bagian atas bangunan pagarnya, seperti bunga melati. Pembangunan pagar tembok itu dilakukan sesuai dengan izin keluarga Djiaw Kie Siong, yang menempati rumah bersejarah itu.

Pagar tembok yang dibangun di depan rumah bersejarah, tempat singgah Bung Karno, itu dibangun di atas lahan sepanjang sekitar 40 meter. Pembangunan pagar tembok itu sendiri dibiayai sepenuhnya oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, mengaku dirinya sangat menghargai sejarah dan merupakan pengagum berat Bung Karno. Karena itu, ia merasa terpanggil untuk ikut memelihara dan melestarikan peninggalan sejarah berupa rumah singgah Bung Karno.

Sebelumnya, Dedi menyatakan ketertarikannya untuk membeli rumah singgah Bung Karno yang kini masih dimiliki cucu Djiaw Kie Siong, karena rumah itu memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi bagi bangsa Indonesia.

Setelah dilihat secara langsung, diakui cukup tinggi nilai sejarah bangsa Indonesia yang berada di dalam rumah bersejarah tersebut. Sehingga ia mengaku tertarik untuk membeli rumah bersejarah yang kini masih dimiliki keturunan Djiaw Kie Siong.

Untuk tahap awal, sebagai bentuk perhatiannya terhadap aset sejarah yang dalam hal ini rumah singgah Bung Karno, Dedi mengaku memasang pagar di sekitar rumah bersejarah. Hal itu dilakukan agar rumah bersejarah tersebut tetap terjaga dan terpelihara dengan baik oleh pemiliknya.

Menurut dia, rumah singgah Bung Karno itu harus dipelihara dengan baik. Bahkan, jangan sampai kepemilikan rumah bersejarah itu dimiliki pihak swasta. Karena rumah bersejarah yang berlokasi di Rengasdengklok tersebut cukup tinggi nilai sejarahnya bagi bangsa Indonesia.

"Kami memang tertarik membeli rumah singgah itu, tetapi untuk saat ini kami hanya akan membantu perawatannya saja, dengan memasang pagar di sekeliling rumah singgah itu," kata dia.

Sementara itu, sejarah mencatat bahwa rumah milik Djiaw Kie Siong, seorang warga keturunan Tionghoa di kota itu menjadi tempat persinggahan Presiden Soekarno ketika diasingkan ke Rengasdengklok.

Peristiwa tersebut terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk kemudian didesak mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Dari peristiwa itu, akhirnya muncul kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan, sedangkan proklamasi dikumandangkan pada 17 Agustus 1945.
(T.KR-MAK/Y008)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

10 persen seni budaya Jabar hampir punah

Posted: 01 Apr 2012 06:59 AM PDT

ilustrasi tarian Jaipongan asal Jabar. (FOTO ANTARA/Agus Bebeng)

Berita Terkait

Sukabumi (ANTARA News) - Sekitar 10 persen dari 234 seni budaya Jawa Barat hampir punah karena tidak adanya regenerasi dan minimnya anggaran untuk mempertahankan seni kebudayaan asli suku sunda ini seiring dengan kuatnya pengaruh kebudayaan asing.

"Sekitar 10 persen kebudayaan asli Jabar hampir punah karena tidak adanya regenerasi seni dan kebudayaan tersebut," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar, Nunung Sobari di sela-sela acara kirab budaya di Sukabumi, Minggu.

Adapun seni dan kebudayaan yang hampir punah tersebut, di antaranya goong renteng, pantun buhun, dan pantun beton. Kebudayaan sunda ini, menurut dia, sudah kurang banyak peminatnya, apalagi dari kalangan remaja.

Selain itu, lanjut dia,pelajaran tentang kebudayaan sunda pun di sekolah hanya paling lama dua jam dan minimnya ekstrakulikuler tentang kebudayaan dan seni sunda sehingga pelajar lebih memilih kebudayaan asing sebagai panutan.

"Sebenarnya kebudayaan sunda sangat banyak dan menarik, bahkan warga negara asing banyak yang ingin belajar, tetapi anehnya orang asli Jabar malah enggan belajar dan mendalami kebudayaan sunda ini," ujarnya.

Nunung berharap kirab budaya sunda di kota itu bisa menjadi momen kebangkitan budaya dan seni sunda yang hampir punah dan tersusupi oleh kebudayaan asing.

Wali Kota Sukabumi Muslikh Abdussyukur menjelaskan kebudayaan dan kesenian sunda dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-98 Kota Sukabumi ini bertujuan untuk meningkatkan citra budaya sunda.

Selain itu, kata Wali Kota, kirab juga menampilkan kebudayaan dan seni sunda dari berbagai daerah di Jabar.

"Kami berharap dengan diangkatnya seni dan budaya sunda ini, bisa meningkatkan kembali ketertarikan warga Jabar dan sebagai langkah mempromosikan kesenian sunda," kata Muslikh.
(T.KR-ADR/D007)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan