Sabtu, 18 Februari 2012

KOMPAS.com - Nasional

KOMPAS.com - Nasional


Kader Masih Hijau, Demokrat Kerap Gagap Media

Posted: 18 Feb 2012 07:36 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai, setidaknya ada dua hal yang membuat Partai Demokrat buruk dalam hal komunikasi politik. Pertama, tidak adanya pemimpin yang mampu mengarahkan sikap resmi partai. Kedua, kader-kadernya yang sebagian besar masih hijau, tampak gagap menghadapi media.

Hal itu disampaikan Yunarto saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/2/2012) sore. "Problem pertama adalah, tidak adanya keepemimpinan yang bisa mengarahakan sikap resmi partai," kata Yunarto.

Hal tersebut berbeda dengan partai politik lain yang lebih matang dibanding demokrat. Umumnya, kata Yunarto, kader partai politik lain yang lebih mapan, menunggu keputusan ketua umum atau dewan pembina mereka terlibih dahulu sebelum menyampaikan pernyataan politik. Namun, tidak demikian dengan sebagian besar kader Partai Demokrat.

Menurutnya, kader Partai Demokrat dapat secara bebas mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan mengatasnamakan partai. Kemudian, biasanya pernyataan kader ini akan langsung dibantah oleh kader lain yang tidak sependapat. Karakteristik Partai Demokrat yang seperti ini, kata Yunarto, berpotensi menurunkan citra partai.

"Memperlihatkan kepemimpan Partai Demokrat yang sudah tidak lagi punya wibawa. Masing-masing melakukan manuver sendiri, tidak ada yang seirama, sikap dan statement tidak berdasarkan persetujuan pimpinan," katanya.

Lalu masalah yang kedua, menurut Yunarto, kurangnya pengalaman sebagian besar kader Partai Demokrat dalam menghadapi manuver lawan politik. "Ini bentuk kegagapan sebagian besar kader, orang-orang baru yang masih hijau dalam berpolitik, lebih bersikap reaktif dibandning produktif, dalam menghadapi manuver dan media," ujarnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, lanjut dia, Partai Demokrat harus memiliki garis komando yang jelas dalam menyampaikan pernyataan politik. Bagaimana membangun komunikasi politik yang terpusat dengan pembagian tugas yang jelas. Ditambah, pelatihan ulang untuk para kader dalam hal berkomunikasi politik.

"Pelatihan ulang, pembagian job desk (tugas) lebih jelas, siapa yang boleh masuk wilayah komunikasi politik, di garda ke depan. Itulah kenapa ada yang namanya PR (public relation), humas, jubir, layer (lapisan) satu dan layer (lapisan) dua," paparnya.

Yunarto melanjutkan, jika kondisi Partai Demokrat yang buruk dalam berkomunikasi ini tidak segera diperbaiki, hal itu jelas merugikan. Ketika partai diterpa isu hukum seperti sekarang ini misalnya, kader yang gagap media akan membuat persepsi publik terhadap Partai Demokrat semakin buruk.

"Jelas merugikan, selama ini kan terbukti bukan sekadar fakta hukum saja. Ketika mereka gagap menghadapi fakta hukum, sendiri, akan membuat persepsi publik semakin buruk terhadap demokrat," ujarnya.

John Kei Nyatakan Tak Bunuh Ayung

Posted: 18 Feb 2012 07:05 AM PST

John Kei Nyatakan Tak Bunuh Ayung

| Heru Margianto | Sabtu, 18 Februari 2012 | 21:05 WIB

TRIBUNNEWS/SRIHANDRIATMO MALAU

John Kei, saat dibawa ke ruang rontgen di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Sabtu (18/2/2012)

TERKAIT:

JAKARTA, KOMPAS.com - John Kei mengaku tidak membunuh mantan bos PT Sanex Steel Indonesia (SSI), Tan Harry Tantono alias Ayung (45) di kamar 2701 Swiss-belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada tanggal 26 Januari 2012 lalu.

Pasalnya, Ayung sudah dianggapnya sebagai saudara. Jadi, kata dia, tidak mungkin dirinya melakukan pembunuhan terhadap saudara sendiri. "Karena yang mati itu sahabat saya. Almarhum (Ayung-red) saudara, sudah seperti saudara saya," tepisnya atas tuduhan dirinya terlibat pembunuhan Ayung, saat dipindahkan dari Kamar Rawat Tahanan RS Polri ke ruang rontgen Kamar 5, Jakarta, Sabtu (18/2/2012).

Dia mengaku sering bertemu Ayung. Ia terakhir kali bertemu pada hari kejadian pembunuhan Ayung di Swiss-belhotel, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada tanggal 26 Januari 2012 lalu.

"Kasus pembunuhan (Ayung-red) saya terus terang tidak tahu menahu," katanya. Ditegaskannya, pelaku pembunuhan Ayung sudah ditangkap dan ditahan Polda Metro Jaya. "Kan lima orang," sebutnya.

Polisi menangkap dan menembak tokoh pemuda Jakarta, John Kei, Jumat (17/2/2012) malam. Ia disangka terlibat kasus pembunuhan bos PT Sanex Steel Indonesia (SSI), Tan Harry Tantono alias Ayung (45). John Kei ditangkap di Hotel C'One, Jakarta Timur. Polisi berdalih John Kei melakukan perlawanan sehingga harus ditembak betis kanannya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan