Jumaat, 3 Jun 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Mantan Presiden Diadili In Absentia

Posted: 04 Jun 2011 03:59 AM PDT

TUNISIA

Mantan Presiden Diadili In Absentia

Kistyarini | Sabtu, 4 Juni 2011 | 10:59 WIB

TUNIS, KOMPAS.com - Tunisia akan mengadili mantan presiden Zine El Abidine Ben Ali dan isterinya Laila Trabelsi secara in absentia "pada beberapa hari atau pekan mendatang" dalam dua kasus, kata seorang juru bicara kementerian kehakiman, Jumat.      "Penyelidikan telah rampung. Hasilnya akan dikirim ke pengadilan kriminal dalam beberapa hari atau pekan mendatang," kata Kadhem Zine el-Adidine.     Pasangan itu melarikan diri ke Arab Saudi setelah pemberontakan rakyat memaksa kejatuhan Ben Ali pada 14 Januari setelah 23 tahun berkuasa.      Tuduhan pertama berkaitan dengan penemuan senjata dan obat bius di istana presiden di Carthage, juru bicara itu menjelaskan.      Hampir dua kilogram narkoba, diperkirakan ganja, telah ditemukan di kantor pribadi bekas presiden itu. 

Pemerintah juga memeriksa kasus pembunuhan, penyalahgunaan kekuasaan, perdagangan artefak arkeologis dan pencucian uang.

Tuduhan kedua terkait uang kontan sejumlah 27 juta dolar (Rp 230 miliar) yang ditemukan di istana Ben Ali di Sidi Bou di pinggiran kota Tunis pada Februari.      Tuduhan-tuduhan itu adalah dua dari ke-88 (hasil)  penyelidikan tanpa henti terhadap pasangan tersebut, keluarga mereka serta para menteri dan pejabat bekas rezim, kata juru bicara itu.      Pemerintah juga memeriksa kasus pembunuhan, penyalahgunaan kekuasaan, perdagangan artefak arkeologis dan pencucian uang,.      Pemerintah sementara Tunisia telah meminta ektradisi bekas presiden dan istrinya itu dari Arab Saudi.      Beberapa negara Eropa telah membekukan aset milik Ben Ali dan kelompoknya.      Para penyelidik telah menanyai 33 anggota marganya sejak Ben Ali digulingkan. Mantan presiden itu sendiri telah menunjuk seorang pengacaranya dari Lebanon untuk membelanya.      Pemerintah Tunisia juga telah menangkap saudara perempuannya, Najet Ben Ali, di daerah Sousse, sekitar 150 kilometer di selatan Tunis, Kamis (2/6/2011), kantor berita resmi TAP melaporkan.      Ia kemudian dibebaskan sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.      Para pejabat pabean juga telah menyita dua kapal pesiar keluarganya sebelumnya, Jumat.     Pihak berwenang pelabuhan akan mengawasi kedua kapal yang telah ditambatkan di pelabuhan Sousse Kantaoui di Tunisia selama lebih dari setahun.      Satu dari kedua yacht itu telah digunakan oleh kemenakan laki-laki Ben Ali, Douraid Ben Ali. Kapal lainnya kemungkinan digunakan keluarga lain, ungkap Jamel Nakbi, manajer pelabuhan.      Ia telah minta komisi penyelidikan korupsi Tunisia untuk melancarkan penyelidikan guna mengenali pemilik kapal pesiar itu dan memungkinkan pelabuhan untuk mengumpulkan bayaran tambahan yang belum dibayar.      Pada Rabu polisi Italia telah menyita kapal pesiar lainnya milik Ben Ali senilai sekitar 1 juta euro (1,4 juta dolar) yang ditambatkan di pulau Lampedusa di selatan, menyusul penyelidikan yang diminta oleh Tunis.

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

"Lukisan Hidup" Kakek Tommy

Posted: 04 Jun 2011 03:41 AM PDT

LONDON, KOMPAS.com - Dengan 1.000 tato menghiasi sekujur tubuhnya, Tommy Wells dinobatkan sebagai lelaki bertato paling banyak di Inggris Raya.

Kini tak ada secuil pun kulitnya yang bebas dari rajah. Tato menghias dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bahkan alat vitalnya pun bergambar.

Kakek buyut berusia 69 tahun menghabiskan 52 tahun usianya untuk hobinya yang tak lazim, merajah kulit. Kini tak ada secuil pun kulitnya yang bebas dari rajah. Tato menghias dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bahkan alat vitalnya pun bergambar.

Tato terakhirnya, tulisan berbunyi "I love you always, love Tommy", yang menghias kepala belakangnya, dipersembahkan untuk Sandra, istrinya yang meninggal tujuh tahun lalu di usia 61 tahun. Mereka menikah selama 44 tahun.

Padahal dengan tato itu dia melanggar janjinya sebelum sang istri meninggal. Dulu dia berjanji membiarkan wajah dan kepalanya bebas dari tinta. Itu juga berarti dia tidak lagi memiliki ruang untuk tato baru.

Selain itu hampir semua desain tato bisa ditemukan di tubuhnya. "Hari-hari tato saya mungkin sudah berakhri karena saya sudah punya semua tato," kata lelaki yang tinggal di Worsley, Greater Manchester, itu.

"Sebenarnya ada satu tempat kosong di kepala setelah Sandra meninggal. Namun meskipun saya pernah berjanji tidak akan menato bagian itu, saya sangat sedih ketika dia meninggal. Jadi satu-satunya hiburan adalah punya tato baru," ujarnya.

Dia hanya berharap Sandra mau memaafkannya. "Waktu meninggal dia dikremasi dan abunya disimpan di dalam guci. Saya bilang pada anak perempuan saya, 'kalau saya meninggal masukkan saya di situ juga" karena saya tahu dia pasti marah besar kalau melihat saya," kata Wells.

Wells mulai menyukai tato pada umur 17 tahun. Saat itu dia, Sandra dan beberapa teman mereka berlibur di Blackpool. Beberapa dari mereka mencoba tato dan Sandra menantangnya.

"Tato pertama saya di lengan. Sakit sekali, tetapi enak dan menjadi seperti narkoba sejak itu," kenang Wells

Menurut Wells, meskipun Sandra tidak memiliki satu pun tato, dia tidak keberatan tubuh suaminya penuh tato. "Awalnya dia keberatan, tetapi lama-lama dia tidak peduli karena tubuh saya telanjur penuh tato," lanjutnya.

Rupanya kegemaran Well merajah kulit menular ke anak-anaknya. Namun dia tidak yakin mereka bakal seekstrem dirinya.  "Umur mereka tidak akan cukup untuk seperti saya. Saya saja butuh 52 tahun," guraunya.

 

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan