Khamis, 14 April 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Kebanyakan Perempuan Katolik AS Pakai Kontrasepsi

Posted: 14 Apr 2011 06:55 AM PDT

Boston (ANTARA News) - Sekitar 98 persen perempuan Katolik Amerika Serikat yang aktif secara seksual mengaku menggunakan metode kontrasepsi yang dilarang gereja, demikian sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan Kamis ini di AS seperti dikutip Reuters.

Laporan terbaru dari Guttmatcher Institute, organisasi riset kesehatan seksual nirlaba ini, memperlihatkan hanya 2 persen perempuan Katolik, bahkan mereka yang rutin ke gereja, mengaku mengandalkan keluarga berencana alami.

Data terakhir menunjukkan pada praktik-praktik yang dilakukan perempuan Katolik sejalan dengan perempuan agama lain dan perempuan dewasa Amerika pada umumnya.

"Dalam kehidupan nyata Amerika, penggunaan kontrasepsi dan kesalehan beragama itu sangat saling mengimbangi," kata ketua penelitian itu, Rachel Jones.

Dia mengatakan kebanyakan perempuan aktif secara seksual namun tidak ingin hamil, selalu menggunakan alat kontrasepsi. Dan, cara efektif yang paling banyak digunakan adalah sterilisasi, pil, atau IUD.

"Ini terbukti dilakukan perempuan-perempuan Evangelis, Protestan, dan juga Katolik, meskipun hirarki Katolik setia menentang penggunaan kontrasepsi," kata Jones.

Berdasarkan riset Guttmacher Institute iti, hampir 70 persen perempuan Katolik menggunakan sterilisasi, pil anti hamil atau IUD.

Angka itu sedikit lebih tinggi di antara perempuan yang dikenal sebagai kaum Evangelis dan Protestan.

Data terakhir itu berasal dari National Survey of Family Growth (NSFG) tahun 2006-2008.

Penemuan itu hampir sesuai dengan data NSFG sebelumnya dari tahun 2002, yang menunjukkan bahwa 97 persen perempuan Katolik menggunakan alat pencegah kehamilan, dan konsisten dengan kecenderungan yang dilacak selama dekade terakhir oleh Catholics for Choice. (*)

Neny

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Otak Menyusut Satu Dasawarsa Sebelum Alzheimer`s Muncul

Posted: 14 Apr 2011 06:43 AM PDT

Chicago (ANTARA News/Reuters) - Pemeriksaan otak pada orang yang sehat memperlihatkan tanda bahwa otak menyusut di daerah yang dipengaruhi Alzheimer`s hampir satu dasawarsa sebelum penyakit itu didiagnosis, kata beberapa peneliti AS pekan ini.

Temuan itu, yang disiarkan di jurnal Neurology, mungkin menawarkan cara baru untuk mendeteksi penyakit tersebut pada tahap dini, kemajuan yang dapat membantu pengembangan perawatan efektif bagi penderita Alzheimer`s, penyakit yang menyia-nyiakan otak dan mempengaruhi sebanyak 26 juta orang di dunia.

"Pengukuran resonansi magnetik dapat menjadi penunjuk sangat penting untuk membantu mengidentifikasi orang yang mungkin beresiko terserang demensia Alzheimer`s," kata Leyla deToledo-Morrell dari Rush University Medical Center di Chicago, yang mengerjakan studi itu, di dalam satu pernyataan.

"Jika terapi obat atau perawatan dikembangkan pada masa depan, mereka yang masih tak memiliki gejala tapi menghadapi resiko sangat besar akan mendapat manfaat paling besar dari perawatan itu," kata deToledo-Morrel.

Studi tersebut melibatkan dua kelompok orang yang sehat yang berusia 70-an tahun dan menjalani pemeriksaan otak di Rush University di Chicago dan di Massachusetts General Hospital/Harvard Medical School di Boston. Perkembangan mereka diikuti selama rata-rata sembilan tahun.

Selama studi itu, 50 peserta secara kognitif tetap normal dan 15 terserang penyakit Alzheimer`s.

Pada akhir studi tersebut, orang yang memiliki jumlah penyusutan tertinggi di daerah tertentu di lapisan luar otak besar memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk terserang penyakit itu.

"Kami juga mendapati mereka yang memperlihatan penanda MRI penyakit Alzheimer`s ini di otak mereka tiga kali lebih mungkin untuk terserang demensia dalam waktu 10 tahun berikutnya dibandingkan dengan orang yang memiliki pengukuran yang lebih tinggi," kata Dr. Brad Dickerson dari Massachusetts General, yang memimpin studi tersebut, di dalam satu pernyataan.

"Ini adalah hasil awal yang tak siap diterapkan di luar studi penelitian saat ini, tapi kami optimistis penanda ini akan bermanfaat pada masa depan," katanya.

Para peneliti di dalam studi itu menggunakan alat pencitraan resonansi magnetik, atau MRI, yang sudh digunakan secara luas di sebagian besar rumah sakit.

Eli Lilly and Co., General Electric dan perusahaan lain sedang mengembangkan alat pencitraan khusus yang dapat mendeteksi protein di otak yang memberi tanda kehadiran protein yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer`s.

Namun semua percobaan itu saat ini dikembangkan untuk mengesampingkan Alzheimer`s pada pasien yang sudah memiliki berbagai gejala penyakit tersebut.(*)

(Uu.C003/B002)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan