Rabu, 26 Januari 2011

KOMPAS.com - Internasional

KOMPAS.com - Internasional


Tamparan Keras bagi Presiden Medvedev

Posted: 27 Jan 2011 02:04 AM PST

Seluruh rakyat Rusia berduka

Tamparan Keras bagi Presiden Medvedev

Editor: Jimmy Hitipeuw

Kamis, 27 Januari 2011 | 10:04 WIB

AP PHOTO/SERGEY PONOMAREV

Seorang pegawai menyalakan lilin-lilin di lokasi ledakan bom di Bandara Domodedovo dekat Moskwa, Rusia, Rabu (26/1). Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi pada Senin lalu membuat pengamanan bandara tersibuk di Moskwa ini semakin diperketat.

TERKAIT:

MOSKWA, RABU — Pascainsiden teror bom bunuh diri yang mengguncang Moskwa dua hari lalu dan menewaskan 35 orang, seluruh rakyat Rusia menggelar hari berkabung nasional. Upacara berkabung juga digelar di Bandar Udara Internasional Domodedovo, tempat insiden itu terjadi.

Masyarakat yang berduka berdatangan ke bandara dengan menyalakan lilin dan membawa serta menaburkan bunga tanda dukacita. Upacara kematian juga digelar di sejumlah gereja besar. Stasiun televisi dan radio menunda acara hiburan mereka.

Dalam upacara yang digelar di Bandara Internasional Domodedovo, Presiden Dmitry Medvedev, Rabu (26/1/2011), hadir dan memimpin upacara. Dia sebetulnya dijadwalkan terbang menuju Davos, Swiss, Selasa kemarin, untuk hadir dan berbicara dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia.

"Saya terpaksa mempersingkat kunjungan ke Davos menjadi beberapa jam saja. Saya tidak ingin membatalkan kehadiran di Davos karena pertemuan itu sangat penting, di mana keputusan-keputusan global diambil. Kehadiran saya sekaligus untuk menunjukkan posisi Rusia saat ini (pascateror bom bunuh diri kemarin)," tutur Medvedev.

Pecat pejabat

Presiden Medvedev juga merealisasikan kemarahannya terhadap sejumlah aparat bawahannya yang dia anggap lalai. Rabu kemarin, dia memecat seorang pejabat senior bidang transportasi di Kementerian Dalam Negeri, Andrei Alexeyev.

Polisi transportasi yang bertanggung jawab mengamankan kawasan bandara juga dipecat menyusul hal serupa yang dilakukan sebelumnya oleh Menteri Dalam Negeri Rashid Nurgaliyev terhadap dua pejabat kepolisian yang dianggap gagal menjalankan tugas pengamanan.

Teror bom bunuh diri yang terjadi pada Senin kemarin adalah tamparan keras bagi Pemerintah Rusia lantaran tidak sampai setahun berselang teror seperti itu kembali terjadi. Maret lalu, bom bunuh diri ganda juga mengguncang Moskwa. Serangan dilakukan terhadap sistem transportasi kereta api bawah tanah yang menyebabkan 40 orang tewas dan lebih dari 100 orang terluka.

Kedua insiden bom bunuh diri yang terjadi nyaris setahun berselang tersebut punya pola sama, direncanakan dengan matang, dan dilakukan oleh perempuan yang meledakkan dirinya. Teror lain sebetulnya juga dirancang bertepatan dengan malam pergantian Tahun Baru 2011.

Namun, bom bunuh diri yang pelakunya juga perempuan itu tidak sengaja meledak di dalam sebuah apartemen. Diperkirakan, bom itu meledak karena terpicu sebuah pesan singkat spam berisi ucapan selamat tahun baru. Beberapa pelaku diketahui melarikan diri.

Bom yang meledak pada Senin kemarin di Bandara Domodedovo diduga dirancang orang yang sama dengan pelaku yang melarikan diri dalam peristiwa meledaknya bom di apartemen. (WASHINGTON POST/BBC/AFP/REUTERS/DWA)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Mengenang Nostalgia Kehidupan Komunis

Posted: 27 Jan 2011 01:44 AM PST

Polandia

Mengenang Nostalgia Kehidupan Komunis

Editor: Jimmy Hitipeuw

Kamis, 27 Januari 2011 | 09:44 WIB

AP PHOTO/CZAREK SOKOLOWSKI

Warga Polandia menyalakan lilin dan meletakkan bunga tanda berkabung di depan Istana Kepresidenan di Warsawa, Polandia, Sabtu (10/4), setelah Presiden Polandia Lech Kaczynski tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Kaczynski, istrinya, serta sejumlah pejabat sipil dan militer tewas ketika pesawat hendak mendarat dalam kondisi kabut tebal di bandar udara di bagian barat Rusia. Total korban tewas adalah 96 orang.

TERKAIT:

WARSAWA, KOMPAS.com - Krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Eropa, termasuk wilayah eks-komunis di Eropa timur, membuat sebagian warga mulai bernostalgia tentang enaknya hidup di bawah sistem komunis. Akan tetapi, Pemerintah Polandia punya cara unik agar warganya mengingat susahnya hidup di era komunis.

Institut Peringatan Nasional Polandia menciptakan permainan papan semacam monopoli yang diberi nama kolejka (antrean). Berbeda dengan monopoli, yang menyimulasikan dunia kapitalis, seperti bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dengan membangun hotel, kolejka berisi simulasi kebobrokan sistem komunisme.

Seorang pemain yang mendapat tugas membeli bahan-bahan kebutuhan pokok, misalnya, akan dihadapkan pada kenyataan pasokan makanan sudah habis. Pemain yang berniat membeli ranjang, akan mendapat bangku. Sementara pemain yang berniat membeli sepasang sepatu terakhir yang tersedia di sebuah toko akan kalah dengan pemain lain yang memegang kartu "Punya Teman di Pemerintah".

"Kami ingin menunjukkan kepada generasi muda dan mengingatkan orang-orang tua betapa susahnya hidup dan seperti apa mekanisme yang berlaku di era itu," tutur pencipta permainan ini, Karol Madaj (30). Madaj mengalami sendiri pahitnya hidup pada masa komunis saat ia harus antre berjam-jam bersama ibunya setiap ingin mendapatkan sesuatu.

"Kita mungkin akan menertawakan semua itu sekarang, tetapi itu sama sekali tidak lucu bagi mereka yang mengalaminya sendiri, membuang waktu hidup mereka untuk antre," kata Madaj. Permainan kolejka, yang berwarna abu-abu untuk menggambarkan kesuraman era komunisme itu mulai dijual pada 5 Februari nanti. (Reuters/AP/DHF)

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Kirim Komentar Anda

Full Feed Generated by GetFullRSS.com, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan