Isnin, 26 November 2012

Republika Online

Republika Online


Tujuh Penyakit Menular Saat Banjir dan Pencegahannya (1)

Posted: 26 Nov 2012 09:17 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan musim hujan yang merata di tanah air, bencana banjir juga mulai  menggenangi beberapa daerah yang menjadi langganan banjir.

Dampak lain dari banjir yang patut diwaspadai adalah timbulnya penyakit menular yang sering muncul di musim penghujan. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dr Tjandra Yoga Aditama mengingatkan bahaya beberapa penyakit yang kerap muncul saat memasuki musim hujan.

Inilah tujuh penyakit menular yang harus diwaspadai jika terjadi banjir dan langkah antisipasinya.

1. Penyakit Diare.

Penyakit Diare sangat erat kaitanya dengan kebersihan individu. Pada musim hujan dengan curah hujan yang tinggi maka potensi banjir meningkat.

Pada saat banjir, maka sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.

Disamping itu pada saat banjir biasanya akan terjadi pengungsian dimana fasilitas dan sarana serba terbatas termasuk ketersediaan air bersih.

Langkah antisipasi diingatkan kepada  masyarakat untuk tetap waspada dan untuk menghindari terserang penyakit diare disarankan hal-hal berikut:

Suntik Darah Kurangi Efek Penuaan?

Posted: 26 Nov 2012 04:30 PM PST

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Satu penelitian menyebutkan jika menyuntikkan darah dapat memperlambat efek penuaan.

Peneliti di Inggris melakukan percobaan pada tikus. Hasilnya menunjukkan darah dari tikus muda meningkatkan memori dan sel-sel otak pada tikus yang lebih tua.

Kepala peneliti dari Universitas Standford, Saul Villeda, membuktikan darah tikus muda membalikkan efek penuaan pada tikus yang lebih tua. Memori si tikus tua meningkat ke level yang sebanding dengan tikus muda.

Teknik ini, kata Villeda, suatu hari bisa membantu mencegah dampak terburuk dari penuaan. Khususnya, bisa digunakan untuk pengobataan Alzheimer atau pikun dini. "Ini sangat mungkin," katanya, dikutip dari the Guardian, Selasa (27/11).

Hasil penemuan Villeda ini sudah dipresentasikan di Society for Neuroscience di New Orleans tahun ini. Darah tikus tua dan tikus muda dibaurkan. Ilmuwan menggunakan teknik ini untuk mempelajari sistem kekebalan tubuh yang disebut heterochronic parabiosis. Setelah beberapa hari, Villeda menemukan proses penuaan pada tikus tua itu melambat.

Jumlah sel-sel batang di otak tikus tua meningkat hingga 20 persen setelah menerima darah dari tikus yang lebih muda. Pada dasarnya, pertambahan usia itu mengurangi memori ingatan.

Villeda mengakui penemuannya ini masih perlu diperdalam. Namun, tak ada alasan untuk tak berpikir bahwa dimasa depan nanti, mereka yang berusia 40-50 tahun bisa mengambil terapi serupa.

Profesor Kedokteran Regeneratif Bioprocessing di Universitas Colleg London, Chris Mason, menilai penelitian ini mengejutkan. Namun, masih perlu menjawab pertanyaan, khususnya membuktikan jika hal yang berlaku pada tikus tua itu juga berlaku bagi manusia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan