Ahad, 15 April 2012

Sindikasi news.okezone.com

Sindikasi news.okezone.com


Tak Ada Vidic, Evans pun Jadi

Posted: 15 Apr 2012 11:05 PM PDT

MANCHESTER – Pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson mengaku sempat khawatir mengenai seriusnya cedera yang dialami oleh bek United, Nemanja Vidic. Namun ia kini bisa bernapas lega, karena ada sosok yang mampu menggantikannya, yaitu Jonny Evans.
 
Vidic mendapat cedera ligament lutut pada pertandingan Liga Champions melawan Basel, Desember tahun lalu. Cedera tersebut cukup serius sehingga Vidic baru bisa dimainkan pada awal musim 2012/2013.
 
"Saya harus mengakui kalau saya sedikit khawatir saat saya mempelajari berapa lama Nemanja Vidic harus absen. Dia dan Rio Ferdinand telah menjadi benteng kokoh di lini pertahanan kami, dan Rio kini melakoni duet yang bagus bersama Jonny Evans," ujar Ferguson seperti dilansir Tribalfootball, Senin (16/4/2012).
 
Ferguson mengatakan kalau permainan Evans semakin berkembang dan menjadi tembok hebat di lini pertahanan United bersama Ferdinand. Ditambahkannya, pengalaman Ferdinand turut membantu perkembangan yang ditunjukkan oleh Evans.
 
"Jonny tiba di klub dari Belfast saat ia berusia 12 atau 13 tahun. Ia memiliki talenta yang luar biasa dan terus berkembang," ujar Ferguson.
 
"Kami pernah meminjamkannya ke Antwerp dan Sunderland, dan sekarang kami melihat bagaimana ia begitu berharga untuk dipertahankan. Tidak diragukan lagi, ia telah dibantu oleh pengalaman Rio, dan dia merupakan salah satu bek terbaik di sini," pungkas pelatih berkebangsaan Skotlandia itu.
(fit)

Malaikat Pencabut Nyawa Itu Bernama 'Serangan Jantung'

Posted: 15 Apr 2012 10:29 PM PDT

Sepakbola dunia kembali berduka. Kali ini malaikat pencabut nyawa yang bernama 'serangan jantung' itu menyambangi Italia dan mencabut ruh salah satu pemain muda, Piermario Morosini.

Gelandang Udinese yang tengah dipinjamkan ke klub Serie B, Livorno itu harus mengembuskan napas terakhir di lapangan. Morosini terkena serangan jantung (Cardiac arrest) di tengah pertandingan Livorno kontra Prescara di pentas Serie B, Sabtu (14/4/2012).

Kejadian tragis itu diketahui terjadi pada menit ke-34, saat Livorno tengah dalam posisi unggul 2-0. Morosini yang tidak dalam memegang bola, tiba-tiba terjatuh sambil memegang dadanya. Sempat berusaha bangkit selama tiga kali, Morosini akhirnya tak mampu menahan sakit hingga ambruk di lapangan.

Sontak, tim medis langsung berlari untuk memberikan pertolongan. Namun, ada sekelumit cerita tidak menyenangkan di balik penanganan Morosini. Tim medis dianggap kurang siap dalam menghadapi insiden ini, karena hanya memberikan bantuan berupa CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation), bukan dengan defibrillator atau alat kejut jantung, seperti yang dilakukan tim medis Inggris saat menyelamatkan nyawa gelandang Bolton Wanderers, Fabrice Muamba yang juga kolaps di lapangan.

Tak hanya itu, kehadiran ambulan juga dituding mengambil peran. Kabarnya, ambulan datang terlambat sekira lima menit, karena terhambat mobil polisi yang menghalangi di pintu darurat Stadion Adriatico, tempat berlangsungnya laga.

Spekulasi terakhir menyebut, Morosini meninggal bukan karena serangan jantung. Gelandang 25 tahun ini dikabarkan meninggal karena pendarahan otak, karena sebelum kolaps dia sempat berbenturan kepala dengan pemain Pescara.

Memang, hingga kini pihak rumah sakit belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab pasti kematian Morosini. Yang pasti, mereka mengaku telah mendapati Morosini sudah tidak bernyawa saat tiba di rumah sakit.

"Kami telah melakukan segala cara. Tapi, dia tidak bereaksi," ujar Leonardo Paloscia, dokter Rumah Sakit jantung Civile Santo Spirito saat mengonfirmasi bahwa nyawa Morosini tak bisa tertolong.

Insiden yang menimpa Morosini sontak membuat sepakbola Italia dan dunia pada umumnya kembali berduka, setelah sebulan sebelumnya pemain dari Liga India, D. Venkatesh juga meregang nyawa akibat serangan jantung. Imbasnya, laga Serie A dan B di pekan kemarin harus ditunda, sebagai bentuk penghormatan.

Tragedi yang menimpa Morosini bukan yang pertama kali menimpa pesepakbola. Tercatat, mulai tahun 1889, sudah 87 pemain harus meregang nyawa, 45 diantaranya akibat serangan jantung.

Menyikapi fenomena ini, banyak kalangan menilai FIFA dan UEFA selaku otoritas tertinggi sepakbola dunia kembali menggencarkan regulasi tes kesehatan yang lebih detil. Sebelumnya, pada Desember 2007 lalu, FIFA telah mengumumkan bahwa tim harus melakukan tes jantung kepada para pemain.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Pembina Adinkes (Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia) Umar Wahid, cardiac arrest merupakan serangan yang bisa datang dengan tiba-tiba. Bahkan menyerang pemain yang tidak memiliki riwayat jantung.

Cardiac Arrest sendiri terjadi karena seorang pemain melakukan aktivitas yang berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada dua cabang arteri koroner. "Cardiac arrest adalah gangguan pada ritme jantung saat bilik jantung, yakni ventricles, berdenyut terlalu cepat dan tidak teratur, yaitu 4 sampai 600 kali per menit," tutur Umar.

"Kita bisa saja tidak pernah mengalami sakit di bagian dada, sulit bernapas, atau napas yang pendek. Intinya, tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami. Ini yang harus diwaspadai," lanjutnya.

Nah, di Indonesia sendiri kasus yang menimpa Morosini sudah dua kali terjadi. Pertama pada pemain Persebaya Eri Irianto yang harus menghembuskan napas terakhir di rumah sakit akibat gagal jantung. Eri mengalami serangan jantung saat membela Persebaya melawan PSIM Yogyakarta, 2 April 2000.

Sementara yang terakhir menimpa pemain PKT Bontang, Jumadi Abdi pada 15 Maret 2009. Dia mengalami kolaps karena mendapat tendangan dari pemain Persela Lamongan, Denny Tarkas saat keduanya tengah berebut bola. Jumadi yang sempat menjalani perawatan selama 8 hari di rumah sakit akhirnya meninggal karena mengalami sejumlah infeksi.

Menyikapi insiden ini bisa terjadi kapan saja, sudah sepatutnya tim medis di Sepakbola Indonesia memiliki standar operasi yang jelas dan alat yang memadai.

Salah satu alat yang dirujuk agar dimiliki setiap tim medis adalah alat kejut jantung sederhana, atau biasa disebut automated external defibrillator (AED). Alat yang merupakan versi mudah dari alat serupa yang ada di rumah sakit dan mudah digunakan oleh orang awam.

Daftar pemain yang meninggal di lapangan:

Pemain (usia) --- Tanggal --- klub --- penyebab kematian:
  1. David "Soldier" Wilson (23): 27 Oktober 1906, Leeds City: Serangan jantung
  2. Frank Levick (26) 1908: Sheffield United: Gagal jantung
  3. Nikola Mantov (23): 1 Juli 1973, FK Osogovo: Serangan jantung
  4. Pavão (26): 16 Desember 1973, FC. Porto: Serangan jantung
  5. Renato Curi (24): 30 Oktober 1977, Perugia: Serangan Jantung
  6. Dursun Özbek (17): 9 Desember 1987, Galatasaray: Gagal jantung
  7. Samuel Okwaraji (24): 12 August 1989, Nigeria: Pecah pembuluh darah jantung
  8. David Longhurst (25): 8 September 1990, York City: Serangan jantung
  9. Michael Klein (33): 2 Februari 1993, Bayer Uerdingen: Serangan jantung
10. Michael Goddard: 25 August 1995, Dundela: Serangan Jantung
11. Amir Angwe (29): 29 Oktober 1995, Julius Berger FC: Serangan jantung
12. Hedi Berkhissa (24): 4 Januari 1997, Esperance Sportive de Tunis: Serangan jantung
13. Waheeb Jabara (23): 4 April 1997, Hapoel Taibe: Serangan jantung
14. Robbie James (40): Februari 1998, Llanelli AFC: Cardiomyopathy
15. Axel Jüptner (29): 28 April 1998, Carl Zeiss Jena: Serangan jantung
16. Stefan Vr?bioru (23): 24 Juli 1999, Astra Ploie?ti: Serangan jantung
17. John Ikoroma (17): Februari 2000, Al-Wahda: Serangan jantung
18. Eri Irianto (26): 2 April 2000, Persebaya Surabaya: Gagal jantung
19. Catalin Hîldan (24): 5 Oktober 2000, Dinamo Bucharest: Serangan jantung
20. Stefan Toleski: Desember 2002, FK Napredok: Kolaps karena jantung
21. Marc-Vivien Foe (28): 26 Juni 2003, Kamerun: Serangan jantung
22. Miklós Fehér (24): 25 Januari 2004, Benfica: Serangan jantung
23. Serginho (30): 27 Oktober 2004, São Caetano: Serangan jantung
24. Alin Paicu (32): 2005, Minerul M?t?sari: Serangan jantung
25. Paul Sykes (28): 12 April 2005, Folkestone Invicta: Serangan jantung
26. Rasmus Green (26): 12 June 2006, Næstved BK: Serangan jantung
27. Mohamed Abdelwahab (23): 30 Agustus 2006, Al-Ahly: Serangan jantung
28. Matt Gadsby (27): 9 September 2006, Hinckley United: Serangan jantung
29. Nilton Pereira Mendes (30): 18 September 2006,  FC Shakhter Karagandy: Jantung
30. Ivan Kara?i? (19): 27 Maret 2007, NK Široki Brijeg: Serangan jantung
31. Antonio Puerta (22): 28 Agustus 2007, Sevilla FC: Serangan jantung
32. Chaswe Nsofwa (28): 29 Agustus 2007, Hapoel Beersheba: Gagal jantung
33. Hervé King (27): 16 Februari 2008, Ringmer: Dugaan serangan jantung
34. Jumadi Abdi (26): 15 Maret 2009, PKT Bontang: Infeksi
35. Daniel Jarque (26): 8 Agustus 2009, RCD Espanyol: Serangan jantung
36. Maurizio Greco (25): 15 November 2009, TuS Güldenstern Stade: Jantung
37. Endurance Idahor (25): 6 Maret 2010, Al-Merreikh: Serangan jantung
38. Goran Tunji? (32): Mei 2010, Mladost FC: Serangan jantung
39. Ambrose Wleh (24): 2 Mei 2010, Invincible Eleven: Serangan jantung
40. Wilson Mene: 8 Mei 2010, Prek Pra Keila: Serangan jantung
41. Lokissimbaye Loko (30): 12 April 2011, FC Beaumontois: Serangan jantung
42. Naoki Matsuda (34): 4 Agustus 2011, Matsumoto Yamaga FC: Serangan jantung
43. Bobsam Elejiko (30): 13 November 2011, K. Merksem SC: Serangan jantung
44. D. Venkatesh (27): 15 Maret 2012, Bangalore Mars: Serangan jantung
45. Piermario Morosini (25): 14 April 2012, Livorno: Serangan jantung. (acf)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan