Jumaat, 3 Februari 2012

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


KRI Nanggala/402 dalam pelayaran kembali di Tanah Air

Posted: 03 Feb 2012 06:14 AM PST

ejumlah prajurit TNI-AL berada di atas lambung KRI Cakra 401 saat melintas di perairan laut Surabaya, Jatim, Senin (4/7). KRI Cakra 401 merupakan salah satu armada pemukul TNI Angkatan Laut yang dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci. "Kembaran" KRI Cakra/401, yaitu KRI Nanggala/402 akan datang kembali ke Tanah Air sebentar lagi, (FOTO ANTARA/M Risyal Hidayat)

... Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang memiliki kapal selam, sejak masa pemerintahan Soekarno. Tercatat Indonesia pernah memiliki hingga 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia...

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Kapal selam TNI-AL, KRI Nanggala/402 dalam pelayaran kembali ke Tanah Air setelah dua tahun direparasi total di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. Direncanakan dia akan merapat ke pangkalannya di Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, Surabaya, pada 6 Februari nanti.

Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, dan sejumlah besar pimpinan TNI-AL beserta pimpinan DPR akan menyambut kehadiran kembali kapal selam tipe U-209/1300 buatan Jerman pada 1981 itu. Dengan kehadiran kembali KRI Nanggala/402 maka lengkap kekuatan kapal selam Indonesia karena KRI Cakra/401 telah lebih dahulu memperkuat arsenal bawah laut Tanah Air.

Selama perawatan total di Korea Selatan itu, KRI Nanggala/402 bermesin diesel-listrik buatan galangan kapal di Kiel, Jerman, itu diperkuat struktur kapal, "kulit" bajanya, sistem navigasi, dan persenjataan bawah air serta sonarnya. Yang terakhir ini sangat vital dan bisa dibilang menjadi mata, telinga, dan indra peraba kapal selam untuk menghantam ataupun penghindari lawan.

Kali ini, KRI Nanggala/402 dikomandani Letnan Kolonel Pelaut Purwanto, melayari perairan di selatan Korea Selatan hingga memasuki perairan Nusantara. Kapal berkelir hitam dengan beberapa menara pengintai dan penghisap udaranya itu telah meninggalkan Indonesia sejak Desember 2009 dan menjalani pelayaran percobaan pasca perawatan besar di Korea Selatan pada Desember 2011.

Sebelum KRI Nanggala/402, galangan kapal sama di Okpo, Korea Selatan, itu juga sukses merawat secara menyeluruh terhadap KRI Cakra/401, kapal selam identik dengan dia mulai Mei 2004 hingga 13 Februari 2006. Dengan kedua proses perawatan berat itu, Indonesia juga menyerap pengetahuan dan penguasaan teknologi perkapalselaman dari negara maju.

Sejak pertama kali memiliki kapal-kapal selam pada masa Orde Lama, TNI-AL menamai flotila kapal selamnya dengan nama-nama senjata perwayangan. KRI Nanggala-402 mengambil nama dari senjata pewayangan "Nanggala", sebagaimana halnya dengan KRI Cakra/401, dibuat galangan kapal Howaldtswerke, Kiel, Jerman pada 1981 tipe U-209/1300.

Kapal selam ini memiliki bobot mati 1.395 ton, berdimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter. Dengan mesin diesel elektrik mampu melaju dengan kecepatan kurang lebih 25 knot di dalam air, menyelam di kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan lut, dan diawaki 35 anak buah kapal termasuk komandannya.

Indonesia merupakan negara pertama di ASEAN yang memiliki kapal selam, sejak masa pemerintahan Soekarno. Tercatat Indonesia pernah memiliki hingga 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia, bahkan sebagian sempat "dipinjamkan" secara diam-diam kepada Pakistan untuk menghadapi armada laut India pada dasawarsa '60-an.

Dalam banyak buku ajar dan praktik peperangan laut dan maritim, kepemilikan dan pengerahan kapal selam bernilai amat sangat strategis. Kapal selam juga mampu menjadi alat pemunah akhir yang sangat sulit diprakirakan manuvrabilitasnya dalam banyak peperangan laut dunia.

Walau saat itu Indonesia merupakan negara baru, namun Presiden Soekarno sangat paham akan peran strategis flotila kapal selam itu, sehingga pendekatan dengan Blok Timur menghasilkan kehadiran 12 kapal selam kelas Whiskey dari Rusia itu.

Di ASEAN, belakangan Singapura memiliki empat kapal selam bekas Kerajaan Swedia dari kelas Sjoormen (di Inggris dikenal sebagai kelas Challenger); diikuti Malaysia yang membeli kapal selam baru kelas Scorpene dari Perancis. (ANT)

Editor: Ade Marboen

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Staf Khusus Presiden minta parpol koreksi diri

Posted: 03 Feb 2012 05:36 AM PST

Heru Lelono (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jangan menambah dosa kepada rakyat yang telah memberikan kepercayaannya"

Berita Terkait

Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi dan Informasi, Heru Lelono meminta partai politik mengoreksi diri karena ada kader-kadernya yang terlibat kasus korupsi.

"Saya hanya berharap partai-partai politik di tanah air ini, apalagi PD yang mendapat suara terbanyak, sebaiknya segera memperbaiki dirinya. Jangan menambah dosa kepada rakyat yang telah memberikan kepercayaannya," Heru kepada ANTARA News, Jumat.

Mengenai penetapan Wakil Sekretaris Jenderal PD Angelin Sondakh sebagai tersangka dalam kasus suap Wisma Atlit, dia menilai KPK mempunyai pertimbangan tersendiri.

"Saya pikir mereka butuh waktu untuk mengumpulkan bukti yg kuat sebab KPK juga tidak boleh gampangan menjadikan seseorang tersangka, karena bila salah, rehabilitasi nama orang akan sulit.

Namun bila bukti sudah kuat, jangan juga KPK mengulur waktu, sehingga menjadi gunjingan dan masuk angin menjadi opini lain seperti politik. KPK tidak berpolitik," kata dia.

Heru juga menegaskan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat akan selalu menghormati proses hukum.

"Seperti yang sering saya katakan, bila berkaitan dengan masalah hukum, kepada siapa saja, SBY akan selalu menghormati.

Tentu dengan harapan bahwa proses hukum tersebut jujur, adil dan tidak diboncengi masalah lain seperti politik dan sebagainya. SBY sudah memberikan contoh konkrit dengan kasus besannya beberapa tahun lalu," papar Heru..

Jumat ini Angelina Sondakh ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus Wisma Atlet.

Zul

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan