Jumaat, 27 Januari 2012

ANTARA - Mancanegara

ANTARA - Mancanegara


Pasukan Ethiopia tetap berada di Somalia sampai pasukan UA tiba

Posted: 27 Jan 2012 03:25 PM PST

Peta negara Somalia dan Ethiopia. (istimewa)

Kami berharap pasukan AMISOM (pasukan Uni Afrika di Somalia) mengisi kekosongan sebelum kami menarik diri dan karenanya pada tahapan ini kami tidak terburu-buru menarik diri sebelum pasukan AMISOM masuk.

Berita Terkait

Addis Ababa (ANTARA News/Reuters) - Pasukan Ethiopia akan tetap berada di Somalia sampai pasukan Uni Afrika (UA) menggantikan mereka untuk menghindari kekosongan pengamanan yang akan membangkitkan gerilyawan garis keras di negara Tanduk Afrika tersebut, kata Perdana Menteri Meles Zenawi, Jumat.

Addis Ababa mengirim pasukan ke negara tetangganya, Somalia, pada November sebagai bagian dari operasi luas untuk menumpas kelompok gerilya Al-Shabaab yang menguasai sejumlah besar wilayah Somalia tengah dan selatan.

Pada Malam Tahun Baru, pasukan Ethiopia merebut kota perbatasan Somalia, Baladwayne, dari gerilyawan Al-Shabaab, yang diperangi pasukan Kenya sejak Oktober lalu.

Sejumlah pejabat Ethiopia, yang tidak ingin penyerbuan pasukan itu mengulangi nasib buruk mereka dalam perang 2006-2009 di Somalia, menegaskan bahwa pasukan Ethiopia hanya akan ditempatkan untuk kurun waktu singkat.

"Kami berharap pasukan AMISOM (pasukan Uni Afrika di Somalia) mengisi kekosongan sebelum kami menarik diri dan karenanya pada tahapan ini kami tidak terburu-buru menarik diri sebelum pasukan AMISOM masuk," kata Meles kepada wartawan setelah pertemuan para pemimpin Afrika timur di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

Belum jelas kapan pasukan AMISOM, yang hingga kini terpusat di ibu kota Somalia, Mogadishu, tiba di Somalia tengah.

Pasukan Ethiopia menyerbu Somalia pada 2006 dan meninggalkan negara itu pada awal 2009 setelah menghalau kelompok garis keras Persatuan Pengadilan Islam dari Mogadishu.

Sebagian besar penduduk Somalia pada saat itu menentang intervensi tersebut dan para analis mengatakan, hal itu bisa mendorong masyarakat bergabung dengan Al-Shabaab.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut.

(M014)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Warga AS dibebaskan setelah sepekan diculik di Nigeria

Posted: 27 Jan 2012 03:12 PM PST

Ilustrasi (ANTARA News/Lukisatrio)

Delta Niger, pusat industri gas dan minyak terbesar Afrika, rawan kerusuhan dan terpecah oleh kelompok-kelompok militan. Beberapa geng menggunakan senapan dan kapal cepat untuk menjalankan organisasi kejahatan yang mengeruk keuntungan dari penculikan

Berita Terkait

Yenagoa, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Seorang warga negara AS yang bekerja untuk perusahaan Marubeni Corp yang diculik di daerah kaya minyak Nigeria, Delta Niger, pada 20 Januari, telah dibebaskan, kata polisi dan Kedutaan Besar AS, Jumat.

Orang-orang bersenjata menculik pria itu Jumat pekan lalu di kota wilayah tenggara, Warri. Mereka membunuh supirnya dan menuntut uang tebusan 50 juta naira (310.300 dolar), kata satu sumber keamanan.

"Warga AS yang diculik sepekan lalu telah dibebaskan oleh penculiknya," kata Charles Muka, juru bicara kepolisian negara bagian Delta, yang mengidentifiksi pria itu sebagai William Gregory (50).

"Kami diberi tahu oleh perusahaan tempatnya bekerja bahwa tidak ada uang tebusan yang dibayar bagi pembebasan tersebut," tambahnya.

Seorang juru bicara Kedutaan Besar AS mengatakan, "Saya bisa memastikan bahwa ia telah dibebaskan, namun tidak bisa berkomentar lebih lanjut."

Delta Niger, pusat industri gas dan minyak terbesar Afrika, rawan kerusuhan dan terpecah oleh kelompok-kelompok militan. Beberapa geng menggunakan senapan dan kapal cepat untuk menjalankan organisasi kejahatan yang mengeruk keuntungan dari penculikan, perampokan dan pencurian minyak.

Kegiatan kriminal menurun setelah amnesti diberikan kepada sejumlah komandan kelompok itu pada 2009, namun kawasan tersebut tetap bergolak.

Sementara itu Jumat, Kementerian Luar Negeri Jerman memastikan bahwa seorang warga negara Jerman diculik di Nigeria.

Pria Jerman itu adalah pegawai perusahaan konstruksi Jerman Bilfinger Berger, kata seorang juru bicara perusahaan itu, yang melakukan kontak langsung dengan kementerian luar negeri.

Seorang pejabat kepolisian Nigeria mengatakan, Kamis, sejumlah orang bersenjata menculik seorang warga negara Jerman yang bekerja di sebuah lokasi pembangunan di kota terbesar kedua Nigeria, Kano.

Kano, kota berpenduduk sekitar 10 juta orang, dilanda kekerasan militan selama beberapa pekan terakhir ini.

Rangkaian pemboman dan penembakan melanda Kano setelah sholat Jumat (20/1), menewaskan 185 orang, dalam serangan-serangan yang diklaim oleh Boko Haram yang ditujukan pada markas polisi dan kantor-kantor polisi lain, sebuah bangunan kepolisian dan kantor imigrasi.

Penembakan juga terjadi di sejumlah daerah kota itu, yang sejauh ini luput dari kekerasan terburuk selama beberapa bulan ini yang dituduhkan pada kelompok muslim garis keras tersebut.

Satu sumber kepolisian Nigeria mengatakan kepada AFP, sebagaimana dikuti ANTARA News, di Jakarta, Kamis, sekitar 200 orang ditangkap setelah serangan itu.

Sehari sebelumnya, Rabu, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan, yang dituduh gagal mengendalikan kekerasan kelompok militan, mencopot kepala kepolisian dengan mengatakan, tokoh baru diperlukan untuk memimpin lembaga itu.

Jonathan mengangkat Mohammed D. Abubakar untuk menggantikan Hafiz Ringim, "sebagai langkah pertama ke arah reorganisasi luas dan reposisi pasukan kepolisian Nigeria untuk membuatnya lebih efektif dan mampu memenuhi tantangan keamanan internal yang muncul", kata kantor presiden dalam sebuah pernyataan.

Ringim dicopot bersama enam asistennya ketika negara itu diguncang gelombang serangan bom dan penembakan oleh kelompok muslim garis keras Boko Haram di kota terbesar kedua Kano yang menewaskan sedikitnya 185 orang.

Serangan-serangan itu merupakan operasi paling mematikan oleh kelompok tersebut dan ditujukan terutama pada kantor polisi.

Kekerasan meningkat di Nigeria sejak serangan-serangan menewaskan puluhan orang selama perayaan Natal 2011 yang diklaim oleh kelompok muslim garis keras Boko Haram.

Boko Haram mengklaim puluhan serangan di Nigeria, termasuk pemboman bunuh diri pada Agustus di markas PBB di Abuja yang menewaskan sedikitnya 24 orang.

Serangkaian serangan bom di kota Jos, Nigeria tengah, pada Malam Natal 2010 juga diklaim oleh Boko Haram.

Boko Haram meluncurkan aksi kekerasan pada 2009 yang ditumpas secara brutal oleh militer yang menewaskan sekitar 800 orang dan menghancurkan masjid serta markas mereka di kota Maiduguri, Nigeria timurlaut.

Kelompok itu tidak aktif selama sekitar satu tahun dan kemudian muncul lagi pada 2010 dengan serangkaian pembunuhan.

(M014)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan