Sabtu, 7 Januari 2012

ANTARA - Berita Terkini

ANTARA - Berita Terkini


Mangga dan manggis bebas pestisida

Posted: 07 Jan 2012 07:22 PM PST

Buah manggis (ANTARA/ARIF FIRMANSYAH)

Berita Terkait

Mataram (ANTARA News) - Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan manggis dan mangga gedong gincu produksi petani di Pulau Lombok bebas residu pestisida sehingga bisa memperoleh sertifikat prima tiga.

"Dengan sertifikat prima tiga (P3, dua jenis komoditas buah tersebut dinyatakan aman untuk dikonsumsi karena residu pestisidanya di bawah ambang batas," kata Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Husnanidiaty Nurdin di Mataram, Minggu.

Menurut dia, pemberian sertifikat P3 sebagai bukti bahwa manggis produksi Kelompok Tani Karya Bakti, Desa Batu Kumbung, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat dan mangga gedong gincu produksi petani di Kabupaten Lombok Utara, aman dikonsumsi karena bebas dari bahaya pestisida.

Pembuktian bebas residu pestisida dilakukan bekerja sama dengan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Husnanidiaty terus mendorong para petani untuk tetap mempertahankan kualitas produksinya, sehingga ke depan bisa meraih sertifikat P2 atau memiliki mutu bagus ditinjau dari sisi rasa, warna dan ukuran buah yang seragam.

"Kami akan terus melakukan pembinaan kepada para petani agar tetap mempertahankan kualitas produksinya, bahkan kalau bisa meningkatkannya lagi, sehingga bisa memperoleh sertifikat P2 dan P1," ujarnya.

Sementara itu, Inspektur OKKPD NTB Ayu Sri Sandiasi mengatakan, sebelum proses pemberian sertifikat P3, tim OKKPD NTB terlebih dahulu melakukan survei yang dilanjutkan dengan pembinaan.

Pemberian sertifikat bebas residu pestisida tersebut diharapkan akan berdampak terhadap harga jual produk itu, sehingga memberikan keuntungan yang lebih tinggi kepada petani sebagai produsen.

Tim OKKPD NTB berasal dari Badan Ketahanan Pangan (BKP), Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan.

"Seluruh tim tersebut telah memiliki sertifikat atau pengakuan dari Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat Kementerian Pertanian," ujarnya.

Hingga awal 2012, kata Ayu, sebanyak lima jenis buah produksi petani di NTB yang sudah mendapat sertifikat P3. Sebelumnya pada 2010, label yang sama juga dicantumkan pada melon produksi Kelompok Tani Pacu-pacu, Desa Ganti, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah, serta jeruk Pumello dan jeruk Grape Fruit produksi petani di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa.

(WLD/E005)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Revitalisasi posyandu untuk tanggulangi gizi buruk

Posted: 07 Jan 2012 07:13 PM PST

Mataram (ANTARA News ) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat merevitalisasi kader pos pelayanan terpadu sebagai salah satu upaya menanggulangi gizi buruk pada bayi usia di bawah lima tahun.

Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Khairul Anwar di Mataram, Minggu, mengatakan, upaya mengaktifkan para kader pos pelayanan terpadu (posyandu) sudah dilakukan pada 2011, dan diharapkan berlanjut pada 2012.

"Para kader posyandu yang tersebar di setiap kelurahan dan desa diminta aktif mencari balita penderita gizi buruk untuk didata agar segera mendapat penanganan medis," ujarnya.

Ia mengatakan, melalui upaya revitalisasi tersebut, para kader posyandu diberikan intensif sebesar Rp3 juta per tahun. Dengan adanya intensif itu diharapkan bisa memotivasi mereka untuk lebih giat mencari penderita gizi buruk yang tidak bisa terdeteksi karena keluarga penderita enggan melakukan pemeriksaan.

Selain melakukan pencarian, kata Khairul, para kader posyandu juga diminta aktif memberikan penyuluhan kepada para ibu hamil dan yang memiliki balita mengenai pola asuh anak yang baik dan bagaimana memberikan makanan yang bergizi seimbang bagi balita.

Upaya peningkatan pemahaman pola asuh dan makanan bergizi seimbang terus kepada kaum ibu terus dilakukan karena masalah gizi buruk yang masih banyak ditemukan pada balita di NTB bukan disebabkan karena ketersediaan bahan pangan yang kurang, namun lebih disebabkan karena balita kurang mendapat asuhan yang baik dari orang tuanya.

Penyakit bawaan lainnya juga menjadi penyebab masih tingginya penemuan kasus gizi buruk pada balita di NTB.

Data Dinas Kesehatan Provinsi NTB tercatat jumlah balita yang menderita gizi buruk yang ditemukan pada 2011 sebanyak 891 orang atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 750 anak.

(WLD/M008)

Editor: Desy Saputra

COPYRIGHT © 2012

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan