Jumaat, 30 Disember 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Pengunjung PDT 2011 antusias saksikan festival budaya

Posted: 30 Dec 2011 06:19 AM PST

Parapat, Sumut (ANTARA News) - Memasuki hari ketiga pelaksanaan Pesta Danau Toba 2011 di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, ratusan pengunjung yang hadir menyaksikan berbagai festival budaya sejak siang hingga malam hari tetap terlihat antusias mengikuti atraksi yang dipertunjukkan.

"Panitia Pesta Danau Toba (PDT) 2011 menyampaikan apresiasi tinggi terhadap masyarakat yang tetap antusias untuk menyaksikan berbagai kegiatan tersebut, kata Ketua Umum PDT 2011, Jhon Hugo Silalahi di Parapat, Kamis.

Menurut dia, tingginya antusias masyarakat mau pun pengunjung untuk menyaksikan beragam festival budaya dan olahraga tradisional masyarakat Batak tersebut membuktikan kecintaan terhadap kekayaan budaya.

Hal tersebut, kata dia, tentunya sangat baik guna pelestarian budaya-budaya Indonesia, khususnya daerah Sumatera Utara, sebab aset budaya bangsa tersebut harus dapat tetap terpelihara dan dijaga sepanjang masa.

Jika diperhatikan secara lebih luas, lanjut Hugo, baik masyarakat lokal maupun pengunjung dari luar Sumatera Utara, mereka tetap menunjukkan antusias tinggi dalam menyaksikan berbagai kegiatan perlombaan olahraga pada sejumlah lokasi berbeda.

Hugo menjelaskan, festival seni budaya yang diselenggarakan di antaranya, seminar Budaya dan Pariwisata, untuk menggali potensi budaya dan persepsi seluruh pemangku kepentingan dalam pengembangan budaya di seputar Danau Toba mendukung kepariwisataan.

Selain itu, Festival Gondang yang diikuti berbagai sanggar di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara dan Parade Gondang selama 72 jam non stop, ditargetkan untuk memecahkan rekor muri, karena dimulai sejak upacara pembukaan hingga penutupan dilakukan oleh enam sanggar dan 24 orang pemain

Untuk Festival Tari Daerah, lanjutnya, akan diperlombakan oleh tujuh etnis besar di Sumatera Utara yang masing-masing memiliki keindahan tari yang mempesona untuk memperlihatkan harmoni keragaman budaya dalam satu provinsi.

Ia menyebutkan, `Ulos go to Fashion` akan dipagelarkan oleh seribu orang yang memakai pakaian kreasi ulos, menggambarkan semangat para perancang di Sumatera utara dalam membawa ulos menjadi salah satu material yang indah dan luwes untuk dikenakan dalam berbagai kegiatan.

"Beberapa perancang papan atas Sumut, yakni Torang, Oki Wong dan Merry akan memamerkan karya mereka," kata Hugo.

Lomba suling, menurut dia, akan menjadi salah satu pertunjukkan yang selalu mendapat perhatian khusus, karena keahlian memainkan suling secara otodidak dengan suara melo yang khas mewakili nuansa danau, sawah dan semua alam di seputaran Danau Toba.

Begitu juga,katanya, dengan perlombaan vocal group merupakan ajang bergengsi yang tidak hanya atas nama group vocalis, tetapi juga martabat daerah asal group tersebut. Bernyanyi adalah jiwa yang paling mendasar bagi masyarakat Danau Toba.
(ANT-219/M034)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tayangan kekerasan di televisi jangan eksesif

Posted: 29 Dec 2011 04:56 PM PST

Ilustrasi (istimewa)

Berita Terkait

Video

Semarang (ANTARA News) - Pakar komunikasi Universitas Diponegoro Semarang Triyono Lukmantoro mengatakan, aksi kekerasan yang ditayangkan di televisi sebaiknya jangan dipertontonkan secara eksesif.

"Kalau kemudian tayangan aksi kekerasan itu dipertontonkan gamblang atau diulang-ulang. Saya pikir itu eksesif," katanya usai "Refleksi Akhir Tahun Peran Pendidikan Tinggi dan Media dalam Pendidikan Karakter Bangsa" di Semarang, Kamis.

Ia mendukung Dewan Pers yang kemudian meminta stasiun-stasiun televisi untuk menyetop menyiarkan peristiwa kekerasan, termasuk peristiwa bentrok antara polisi dengan masyarakat di Pelabuhan Sape, Bima, NTB.

Menurut dia, media televisi memiliki kekuatan visualisasi luar biasa yang bisa memengaruhi penonton untuk meniru apa yang ditayangkan.

Apalagi, katanya, jika penontonnya adalah kalangan anak-anak akan sangat mudah terpengaruh.

"Kalau saya lihat, berita dan tayangan aksi-aksi kekerasan itu selama ini ditayangkan pada jam-jam ketika anak-anak menonton. Meski peristiwa-peristiwa semacam itu memang mengandung sisi berita yang menarik," katanya.

Namun, kata Triyono yang juga pengajar FISIP Undip tersebut, media seharusnya bisa menyampaikannya secara halus atau implisit dan jangan ditayangkan secara eksesif karena berdampak tidak baik terhadap masyarakat yang menonton.

Menyikapi tayangan aksi kekerasan di televisi, ia mengatakan, seharusnya yang paling berperan aktif adalah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atau KPID. Mereka harus bersikap ketika melihat televisi yang eksesif menyiarkan aksi kekerasan.

"Saya kaget kenapa Dewan Pers justru yang lebih dulu bersikap? Di mana KPI dan KPID di daerah-daerah yang memiliki tugas mengawasi program dan isi siaran lembaga penyiaran, atau jangan-jangan menunggu aduan dari masyarakat," katanya.

Ia mengatakan, KPI dan KPID harus lebih responsif dalam mengawasi program siaran lembaga penyiaran dan jangan menunggu pengaduan dari masyarakat, sekaligus mengantisipasi ditayangkannya aksi kekerasan secara eksesif.

Pada masa mendatang, kata dia, perlu ada pengawasan secara ketat terhadap tayangan, terutama yang berbau kekerasan dan seksualitas yang akan lebih efektif, dibandingkan dengan melarang masyarakat menonton tayangan-tayangan tertentu.

"Kalau masyarakat dilarang jangan nonton ini-itu, yang ada justru rasa penasaran dan ingin tahu membuat ingin menonton, karena merasa dibatasi. Lain halnya kalau ada pengawasan dan penyaringan tayangan," kata Triyono.

(KR-ZLS/M029)

Editor: Suryanto

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan