Rabu, 21 Disember 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Anggito : seni belum jadi investasi

Posted: 21 Dec 2011 06:53 AM PST

Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada Anggito Abimanyu (Foto ANTARA)

Berita Terkait

Video

Yogyakarta (ANTARA News) - Kalangan pemerintah belum menganggap seni sebagai sebuah investasi yang menjanjikan dan memiliki nilai tambah ekonomi, kata Ekonom Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Anggito Abimanyu.

"Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) sebagai salah satu kegiatan tahunan semestinya dikelola dengan baik agar memberikan nilai tambah ekonomi dan berdampak pada perilaku masyarakat menjadi lebih berbudaya," kata dia dalam diskusi Kesenian, Manajemen, dan Strategi Pendanaan yang digagas Yayasan Biennale di Yogyakarta, Rabu.

Dia mengatakan dalam pelaksanaan FKY selama ini cenderung hanya menampilkan produk dan jasa.

"Cara pandang terhadap seni dan produknya semestinya diubah yaitu dengan meningkatkan nilai tambah ekonomi," kata dia.

Menurut dia, produk kesenian yang memberikan nilai tambah ekonomi hendaknya tidak hanya menghibur melainkan menjadi kebutuhan manusia dengan pengembangan kreativitas.

"Produk-produk seni akan memberikan nilai tambah jika diikuti dengan kemampuan pengelolaan wirausaha yang baik," katanya.

Menurutnya, industri kreatif dan produk seni saat ini semakin bervariasi sehingga seluruh pihak hendaknya mampu menangkap peluang tersebut dengan meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Ia mengatakan dari sisi seniman hendaknya memiliki perencanaan dan pengelolaan kegiatan seni dengan visi yang jelas.

"Kalangan seniman juga harus terus menciptakan produk seni yang kreatif dan bekerja secara profesional karena di lapangan seringkali terjadi sejumlah persoalan, misalnya pengelolaan keuangan," katanya.

Ia mengatakan konsumsi produk seni dan industri kreatif di Indonesia tergolong tinggi karena mencapai 300 triliun pada tahun ini.

"Daya beli masyarakat yang semakin tinggi membuat konsumsi produk seni semakin meningkat sehingga peluang tersebut harus dimanfaatkan dengan baik," katanya.

Menurut dia, produk seni akan terus digemari karena jumlah konsumen yang merupakan golongan kelas menengah dengan pengeluaran dua dolar per hari terus bertambah.

Ia mengatakan masyarakat Indonesia selama ini tergolong sebagai masyarakat konsumtif dengan peringkat ketiga tertinggi di dunia.

"Setiap tahun jumlah konsumen kelas menengah yang menikmati produk seni dan industri kreatif mencapai tujuh juta orang di Indonesia.

Sementara itu, Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta Yustina Neni mengatakan diskusi mencoba menghitung manfaat kegiatan seni yang diinisasi oleh pemerintah maupun swasta. "Ada banyak kegiatan kesenian di Yogyakarta sehingga potensi ekonominya cukup besar," katanya.

Ia mengatakan diskusi mencoba melihat kemitraan yang mungkin dijalin antara pelaku kesenian dan pelaku bisnis untuk mencapai tujuan bersama. (ANT)

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Festival Equator usung keberagaman

Posted: 21 Dec 2011 04:30 AM PST

Yogyakarta (ANTARA News) - Festival Equator sebagai rangkaian acara Biennale Jogja XI mengusung tema keberagaman sebagai bagian penyampaian nilai-nilai pengetahuan sehari-hari lewat berbagai program bersama masyarakat.

Direktur Artistik Festival Equator Biennale Jogja XI Joned Suryatmoko di Yogyakarta, mengatakan selain pameran seni rupa, Biennale XI juga menyelenggarakan Festival Equator.

"Nama festival berasal dari tema Biennale Jogja selama 10 tahun ke depan yakni Equator," katanya.

Ia mengatakan Festival Equator bertujuan memfasilitasi dialog pengetahuan yang disebarkan ke masyarakat melalui kenyataan sosial yang berhadapan.

"Festival juga memfasilitasi kreativitas masyarakat untuk membentuk dinamika kesenian maupun kebudayaan masyarakat secara luas," kata dia.

Ia mengatakan Festival Equator bukan hanya menampilkan kesenian yang konvensional berupa pementasan, melainkan menyebarkan nilai-nilai pengetahuan sehari-hari masyarakat.

Menurut dia, Festival Equator memberikan ruang bagi masyarakat untuk ikut merayakan Biennale Jogja 2011 dengan cara mereka sendiri.

Dia mengatakan Festival Equator memiliki sejumlah program keberagaman yang digelar di kabupaten dan kota di DIY.

Menurutnya, keberagaman selama ini menjadi isu yang marak terjadi dan melibatkan kelas menengah sehingga Festival Equator kali ini ingin menggali sisi lain.

Ia mengatakan program keberagaman di masyarakat dinamakan umbul-umbul.

Menurutnya, umbul-umbul merupakan aktivitas yang mengajak masyarakat di empat kabupaten dan Kota Yogyakarta melihat ulang keyakinan dan keberagaman yang mereka praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Masyarakat di masing-masing wilayah menyiapkan sendiri pertunjukkannya dan menggelar kegiatan yang berkaitan dengan kepercayaan masing-masing wilayah," katanya.

Menurutnya, sejumlah program umbul-umbul meliputi tradisi tahunan warga Kayangan, Kulon Progo yang biasa disebut dengan kembul sewu sedulur.

Dia mengatakan kegiatan itu menggambarkan eratnya kekerabatan dan perwujudan syukur masyarakat.

Sementara itu, di Gunung Kidul akan diselenggarakan pertunjukkan wayang inovatif oleh pemuda Nglanggeran.

(ANT-293/H008)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan