Isnin, 14 November 2011

ANTARA - Hiburan

ANTARA - Hiburan


Peluncuran Buku SBY warnai ASEAN Fair

Posted: 14 Nov 2011 06:27 AM PST

Nusa Dua (ANTARA News) - Peluncuran buku "Tembang Untuk Bangsa-Bahasa Musik SBY" mewarnai ajang pameran ASEAN Fair di Pulau Peninsula, Nusa Dua, Bali, Minggu malam (13/11) .

"Buku ini memberi gambaran tentang proses kreatif Pak SBY dalam menciptakan syair dan lagu yang dikerjakannya di saat waktu senggang usai menjalani kegiatan padat sebagai seorang presiden," kata Bens Leo yang menjadi salah satu penulis buku tersebut, di Nusa Dua.

Ia menyampaikan, buku tersebut juga menjadi dokumentasi karya-karya musik Presiden yang berisi komentar para seniman yang terlibat dalam penciptaan musiknya. Buku itu ditulis bersama Nini Sunny.

Dalam acara peluncuran buku sekaligus dirangkaikan dengan acara bedah buku yang menghadirkan tiga pembedah, yakni Bens Leo selaku penulis, Remy Silado (seniman dan budayawan), dan Franky Raden (pengamat seni). Acara bedah buku tersebut dipandu oleh Ngatawi Al Zastrouw.

Remy Sylado menyebutkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai sosok presiden yang pertama kali bisa menghayati sastra dan layak sebagai pejuang sastra.

Sementara itu, Franky Raden menyambut positif peluncuran buku itu mengingat tradisi tertulis memang penting untuk mengukur kemajuan yang telah tercapai dalam suatu penciptaan. Tidak cukup jika diukur lewat bahasa lisan.

"Apa yang dilakukan Pak SBY dalam penciptaan musik hingga berhasil menelurkan empat album itu dapat menjadi kekuatan politik dan ekonomis bagi para pemusik di Tanah Air," katanya.

Ia berharap pencipta lagu dapat berjuang menembus pasar luar negeri dan mendatangkan devisa. Tidak berhenti pada sekadar kebanggaan dengan sosok presiden yang mencintai musik.

"Musik sebagai bagian dari identitas bangsa dan sekaligus bagaimana kiat-kiat kita sekarang agar mampu bersaing di pasar musik global," katanya.

Bens Leo mengharapkan sosok Presiden mampu menyatukan tulang-tulang terpisah dari seniman musik dan menjadi orang tua asuh bagi mereka.

Peluncuran buku didukung oleh tari kecak dari Sanggar Krisna, Batubulan, Sukawati, Kabupaten Gianyar, pembacaaan puisi karya SBY yang dibacakan oleh Remy Sylado dan Prof Jacob Sumardjo.

Untuk lebih mengenal karya lagu Pak SBY juga, Rio Febrian berkesempatan menyanyikan lagu yang ada di album "Ku Yakin Sampai Di Sana" dan Joy Tobing menyanyikan lagu dari album terbaru karya Pak SBY bertajuk "Bersatu dan Maju, Together We Can Rise".

Peluncuran buku juga dihadiri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh dan beberapa seniman, budayawan, intelektual, serta para sahabat presiden.
(T.KR-LHS/M038)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Rumah Limas menjadi situs sejarah Melayu

Posted: 14 Nov 2011 01:15 AM PST

Batam (ANTARA News) - Rumah Limas Potong di Batu Besar, Nongsa, Kota Batam, Kepulauan Riau, dijadikan situs budaya dan peninggalan sejarah Melayu.

Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Batam Yusfa Hendri di Batam Senin mengatakan, Rumah Limas Potong memiliki nilai sejarah bagi perkembangan budaya Melayu di Batam sehingga ditetapkan sebagai situs sejarah.

"Dengan ditetapkan sebagai situs sejarah, Rumah Limas Potong akan memiliki tiga fungsi yaitu historis, pendidikan, dan wisata," kata Yusfa.

Fungsi historis, kata Kepala Dinas, untuk melestarikan peninggalan kebudayaan melayu di Batam sedang fungsi edukasi yaitu menjadikan rumah adat sebagai laboratorium sejarah sekaligus pendidikan generasi muda.

"Selain itu, fungsi pariwisata, yaitu kami mengharapkan bangunan ini dapat menjadi salah satu objek mendukung kepariwisataan di Kota Batam," kata Yusfa.

Rumah Limas Potong di Kampung Teluk, Batu Besar, Nongsa, merupakan rumah adat berbentuk panggung milik keluarga Haji Muhammad Sain.

Dari prasasti yang terdapat di atas pintu masuk rumah, diketahui bangunan tua itu didirikan 1 November 1959.

Untuk menambah daya tarik dan kelestarian rumah panggung, Yusfa mengatakan pemerintah kota memugar beberapa bagian asli. "Tentunya dengan izin ahli waris," kata Yusfa.

Ia mengatakan pemugaran beberapa bagian rumah dilakukan tanpa mengubah bentuk asl.

Pemkot memanfaatkan beberapa bagian rumah, di antaranya satu ruangan yang dijadikan tempat memajang diorama perkawinan adat Melayu.

Menurut dia, penetapan Rumah Limas Potong sebagai situs sejarah merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Batam untuk melestarikan budaya sekaligus mengembangkan potensi wisata di Kota Batam.

Sementara itu, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengatakan sejarah berdirinya Kota Batam bermula dari surat perintah Yang Dipertuanmuda Riau Lingga kepada Raja Isa untuk membina suatu kawasan yang kemudian bernama Nongsa pada 18 Desember 1829.

"Saat itu, Batam bukan sebagai pusat kerajaan melainkan hanya semacam pemberian otoritas kepada Raja Isa untuk mengembangkan kawasan ini, sehingga tidak banyak situs sejarah yang dapat kami temukan," kata pria tempatan.

Rumah Limas Potong, kata Wali Kota, dipenuhi dengan simbol-simbol dan nilai kearifan budaya di zamannya.

"Rumah Limas ini merupakan prototipe rumah adat melayu pada masa yang lampau, yang juga merupakan situs sejarah yang adalah akar budaya melayu sehingga merupakan kebanggaan bagi kami untuk dapat melestarikan situs ini, hingga kelak generasi mendatang dapat terus menyaksikan kebudayaan Melayu," kata Wali Kota.

(Y011/N002)

Editor: Suryanto

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full content generated by Get Full RSS.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan