Jumaat, 1 Julai 2011

ANTARA - Peristiwa

ANTARA - Peristiwa


Jambi Daerah Paling Sebentar Dijajah Belanda

Posted: 01 Jul 2011 07:19 AM PDT

Peperangan besar terakhir yang terjadi di Jambi menjelang kemerdekaan terjadi pada 1925 yang dipimpin oleh Wahid. Perang itu sering disebut sebagai Perang Raja Batu atau Perang Serikat Abang.

Berita Terkait

Jambi (ANTARA News) - Peneliti Sejarah Jambi, Fachruddin Saudagar, Selasa (28/6) menyatakan, wilayah Jambi merupakan salah satu daerah di Nusantara yang paling sebentar dijajah Belanda.

Menurut dia, penelitian terkait keberadaan Belanda di Negeri Jambi telah dilakukan, dan berdasarkan bukti-bukti yang ada, ditarik kesimpulan bahwa Belanda menjajah Jambi termasuk paling singkat dari daerah lain di Nusantara.

"Analisa itu kami simpulkan setelah melakukan penelitian panjang atas perlawanan dan perjuangan rakyat Jambi yang dipimpin oleh Sultan Thaha Syaifuddin. Dan Didapat fakta bahwa negeri Jambi termasuk daerah yang paling singkat mengalami penjajahan Belanda," katanya.

Belanda Masuk ke Tanah Jambi dimulai dengan misi perdagangan yang dilakukan oleh VOC pada tahun 1615. VOC, terangnya, saat itu memohon kepada Sultan Abdul Kohar dari Kesultanan Jambi untuk mendirikan Loji di Muara Kumpeh.

"Dalam cerita rakyat setempat, Belanda pada waktu itu meminta izin untuk menanam labu di Jambi. Oleh sultan diizinkan, tapi Belanda kemudian tidak saja menanam labu di bidang yang telah disediakan, tapi malah menanam di lahan yang lain, sampai masuk ke dalam pekarangan dan perkebunan warga pribumi," sebut penulis buku
`Sultan Thaha Syaifuddin, Perang Tak Kenal Damai (1855-1904)' itu.

Namun, kelicikan Belanda itu mendapat perlawanan sengit dari rakyat Jambi, dan mengalami puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha Syaifuddin yang naik tahta menggantikan ayah dan pamannya Sultan Fachruddin dan Sultan Abdurrahman Nazaruddin pada 1855.

"Selama 46 tahun Sultan Thaha Syaifuddin mengobarkan perlawanan kepada Belanda, meskipun pada saat itu beliau harus menyingkir dari keraton dan wilayah kekuasaaanya di Kota Jambi yang diduduki oleh penjajah. Ia menyingkir ke Muara Tembesi, dan Desa Betung Berdarah, di Kabupaten Tebo," lanjut Fachruddin.

Meskipun serangan Belanda ke Desa Betung Berdarah yang merupakan tempat pertahanan Sultan pada malam 27 April 1904 menyebabkan kematiannya, namun perlawanan rakyat yang dipimpin oleh panglima-panglima andalan Sultan terus berlanjut.

"Sepeninggal Sultan, perang masih terus dilanjutkan secara sporadis oleh Raden Mattahir, Depati Parbo, Haji Umar, Raden Pamuk, Raden Perang, dan Wahid serta lainnya yang merupakan prajurit-prajurit andalan Sultan," jelasnya.

"Peperangan besar terakhir yang terjadi di Jambi menjelang kemerdekaan terjadi pada 1925 yang dipimpin oleh Wahid. Perang itu sering disebut sebagai Perang Raja Batu atau Perang Serikat Abang," lanjut dia.

Setelah Perang Raja Batu atau Perang Sarikat Abang ini usai dan Rakyat Jambi mengalami kekalahan pada 1925, barulah seluruh daerah Jambi dapat dikuasai oleh Belanda.

"Oleh karena itu, daerah Jambi termasuk salah satu daerah yang paling sedikit mengalami penjajahan Belanda," jelas dosen Universitas Jambi itu.

(PSO - 290)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Pemkot Bekasi Rotasi 700 Pegawai

Posted: 01 Jul 2011 07:09 AM PDT

Kalau rotasi terus ditunda, kemudian hanya melibatkan segelintir pegawai, Bekasi bisa bubar, bangkrut karena tak ada perangkat yang mengelola keuangan.

Berita Terkait

Bekasi (ANTARA News) - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, menggelar rotasi jabatan terhadap lebih dari 700 pegawai setempat guna memaksimalkan pelayanan terhadap publik dan penyegaran.

Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi di Bekasi, Jumat, mengatakan rotasi tersebut dilaksanakan dalam tiga tahapan berbeda. Rotasi pertama dilakukan terhadap 169 pegawai eselon II dan III pada 9 Juni 2011.

Sepekan kemudian 37 pegawai eselon IV dirotasi untuk mengisi dua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang baru dibentuk, yakni Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah. Rotasi terakhir dilaksanakan Kamis (30/6) malam dengan melibatkan 490 pegawai eselon IV dan V.

"Rotasi dilakukan supaya keuangan berjalan dan pembangunan yang hingga saat ini belum dimulai bisa segera bergulir. Kalau rotasi terus ditunda, kemudian hanya melibatkan segelintir pegawai, Bekasi bisa bubar, bangkrut karena tak ada perangkat yang mengelola keuangan," katanya.

Terkait munculnya rencana interpelasi DPRD Kota Bekasi yang menilai rangkaian rotasi telah menyalahi aturan, Rahmat menepisnya. Sebab dirinya mengaku telah mengantongi surat rekomendasi dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang merestui kebijakan tersebut dilakukan.

"Gubernur merupakan perwakilan Kementerian Dalam Negeri. Saya rasa hal itu (rotasi-red) sah-sah saja. Sebelum melakukannya pun saya terus berkomunikasi dengan Kepala Bidang Pengembangan Karir di Kementerian Dalam Negeri," katanya.

Rahmat mengimbau, seluruh pihak tidak terus-menerus berpolemik seputar kebijakan tersebut agar tak menjadi perdebatan di tengah masyarakat.

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by USA Best Price.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan