Isnin, 3 Jun 2013

Republika Online

Republika Online


Para Pria Bersiaplah Hadapi Andropause, Apa Itu?

Posted: 03 Jun 2013 02:04 PM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, Bila perempuan bisa mengalami menopause yang berarti masa berhentinya menstruasi, hal serupa juga dialami kaum pria. Inilah yang biasa disebut andropause. Bedanya, pada pria muncul gejala tertentu bisa berupa intonasi suara menjadi lebih tinggi, rambut menipis atau botak, kelebihan lemak terutama di bagian perut dan paha sehingga timbul rasa kurang percaya diri.

Selain itu, derajat kesehatan juga cenderung menurun. Beberapa keluhan fisik mulai kerap muncul seperti gangguan pencernaan, insomnia (susah tidur), rasa letih, pegal, dan lain-lain. Ia juga kerap merasa gelisah, tegang, dan lekas marah secara tiba-tiba atau emosi tidak terkontrol, karena merasa tidak nyaman pada perubahan ini.

Gejala-gejala tersebut memang serba tidak mengenakkan. ''Dan semua gejala ini tidak dapat diobati. Kita hanya bisa berupaya agar gejala-gejala itu tidak datang lebih awal, dan menekan risikonya agar lebih minim,'' kata dokter Karmini Sri Mastuti SpOG, spesialis kandungan dari RSAB Harapan Kita. Untuk itu, Karmini memberi beberapa saran. Salah satunya, pilih makanan yang kaya protein, terutama protein nabati (tumbuhan). Misalnya, protein dari kedelai. Ini bisa Anda peroleh dari tahu, tempe, atau susu kedelai.

Sebaliknya, kurangi konsumsi lemak hewani karena mengandung asam lemak jenuh dan kalori yang tinggi. Selain itu, berolahragalah secara teratur dengan intensitas sedang selama kurang lebih 30 menit, dengan frekuensi 3-5 hari setiap minggu. Olahraga, menurut Karmini, dapat menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi obesitas (kegemukan), dan merehabilitasi osteoporosis (pengeroposan tulang). ''Lakukan juga pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin,'' sarannya.

Makanan Siap Saji Akan Dilarang di Rumah Makan Prancis

Posted: 03 Jun 2013 10:21 AM PDT

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kecemasan terhadap reputasi seni memasak yang bisa rusak oleh kedai makan yang menyajikan masakan di bawah standard. Akibatnya, Prancis mempertimbangkan untuk melarang penyebutan "rumah makan" jika tempat itu tidak menyediakan koki yang mengolah sendiri sejak awal masakannya.

Gerakan itu didukung oleh persatuan rumah makan dan sekelompok pembuat undang-undang, dimaksudkan untuk memerangi jaringan kedai-kedai yang semakin merebak menyajikan masakan kemasan siap saji yang tinggal direbus atau dipanaskan pada "microwave" dan menyajikannya seperti penganan berkualitas rumah makan.

Namun, rencana itu ditentang oleh sejumlah pemilik rumah makan yang khawatir peraturan itu akan memukul industri makanan dan mendorong kenaikan biaya serta memperingatkan kemungkinan akan menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.

Usulan peraturan yang diajukan oleh pembuat undang-undang (UU) Daniel Fasquelle dari kelompok oposisi sayap-kanan akan diajukan ke parlemen bulan ini sebagai amandemen terhadap UU hak konsumen yang baru.

Berdasarkan peraturan itu, kedai makan akan dibatasi memakai sebutan "rumah makan" hanya untuk tempat yang mengolah masakan dari awal apakah memakai bahan yang segar atau yang beku.

Pengecualian akan diberikan untuk beberapa produk yang harus disiapkan seperti roti, es krim dan daging olahan seperti sosis, ham, bacon.

Seorang ahli menduga, banyak rumah makan yang menggunakan masakan olahan siap saji itu tapi tidak mengakuinya. Alain Fontain, pemilik rumah makan Le Mesturet di pusat kota Paris, mengatalan bahwa perbedaannya sangat mendasar.

"Artinya, kita memiliki koki yang mampu membuat resep-resep dan menyiapkan masakan, beda dengan mereka yang cuma membuka bungkus dan memanaskan masakan," katanya.

Mereka yang mendukung usul itu berharap untuk menandingi UU tahun 1995 yang membatasi pemakaian sebutan "bakery" untuk perusahaan yang menyiapkan dan membuat sendiri roti atau pastry dari awal. Peraturan tersebut dapat diketahui memberikan dorongan tumbuhnya pembuat roti tradisional.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan